Cerita ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya. Karena ayahandanya menuduh bundanya berselingkuh. Maka lahirlah seorang pangeran tanpa disaksikan oleh ayahandanya.
Sang pangeran harus dibesarkan oleh Balakosa, musuh besarnya yang merebut kerajaan ayahnya.
Kemalangan belum usai membayangi hidupnya. Gagalnya pemberontakannya terhadap Balakosa, bahkan hampir dijadikan siluman sejati.
Untung saja seorang sakti berhasil menyelamatkannya yang kemudian menjadi gurunya, dan memberinya amanah besar, membasmi kejahatan di dua negeri; Negeri Mega Pancala dan Negeri Mega Buana.
Seperti apakah kisah pendekar yang membasmi kejahatan di dua negeri? Bagaimana kisah lika-liku percintaannya dengan para gadis yang mencintainya?
Jika pembaca berminat, ikutilah kisah perjalanan PENDEKAR DUA NEGERI!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 PERTARUNGAN YANG SEMAKIN MENEGANGKAN
Mendengar penjelasan Andhini tentang penyembuhan yang dilakakukan Ksatria Naga Hitam terhadapnya, tentu saja Stella merasa heran. Namun saat memikirkan kalau Ksatria Naga Hitam adalah seorang hero, maka hal itu tidaklah mengherankan.
Memikirkan hal itu, Stella makin merasa kagum terhadap Ksatria Naga Hitam. Dan amat berterima kasih sekali bahwa ternyata Ksatria Naga Hingga menyelamatkannya dari kematian. Karena tadi dia sempat berpikir kalau dia sudah mati.
Sedangkan Padma Arumi, begitu telah memastikan kalau Stella sudah benar-benar sembuh, dia beranjak hendak masuk ke dalam. Baru saja sampai di pintu masuk datang Arkayasa dan terus mengikutinya masuk.
Jelas dia ingin melihat keadaan Sherly, adiknya yang katanya ada di rumah ini.
Tapi Arkayasa menyempatkan bertegur sapa dengan Bidadari Pedang Biru sebelum dia masuk ke dalam rumah. Karena biar bagaimana belum lama ini dia dan Sanjaya telah berkenalan dengan gadis cantik itu.
Bidadari Pedang Biru hanya menanggapi secara biasa tegur sapa Arkayasa itu, tapi tetap menjaga kesopanan. Setelah itu dia kembali fokus lagi dengan pertarungan antara Ksatria Naga Hitam dengan Bandhosa.
Sementara Ambar Wuni tetap di luar bersama Andhini menemani Stella.
Dan ketika keadaan sudah tenang, lebih tepatnya saat pikiran Ambar sudah tenang, baru dia ngeh kalau Andhini ternyata berpenampilan dalam mode ksatria.
"Lu ternyata ksatria juga ya, Dhin?" tegur Ambar dengan nada menggoda sambil tersenyum.
Andhini hanya tersenyum sungkan menanggapi ucapan Ambar barusan.
Setelah itu ketiga gadis cantik itu menghampiri Bidadari Pedang Biru dan Senopati Bayanaka yang lagi asyik menyaksikan pertarungan di tengah halaman.
Baik Ambar, Stella maupun Andhini jelas belum mengenal Bidadari Pedang Biru. Apalagi baru kali ini mereka melihatnya di luaran. Maka berkenalanlah mereka dengan gadis cantik laksana bidadari itu.
Ternyata saat memperkenalkan namanya, Bidadari Pedang Biru tidak menyebut julukannya, melainkan langsung menyebut nama aslinya, yaitu Sekar Mayang.
Ketika Sekar Mayang saling berjabatan tangan dengan Ambar dan saling memperkenalkan nama, Sekar Mayang menatap beberapa saat pada wajah Ambar yang cantik. Sorot matanya itu seperti tengah memikirkan sesuatu atau seseorang.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Nona Sekar?" tanya Ambar Wuni bernada heran tapi sambil tersenyum penuh persahabatan.
"Ah tidak, tidak apa-apa...," kilah Sekar Mayang sambil tersenyum kikuk. Tidak lupa dia melepaskan jabat tangannya pada Ambar.
Ambar Wuni tahu kalau Sekar Mayang tengah memikirkan sesuatu atau seseorang. Tapi sepertinya dia tidak ingin memaksa gadis itu untuk berterus terang.
Selanjutnya mereka saling berbincang ringan penuh persahabatan. Tak lupa Ambar menanyakan apa sebenarnya yang terjadi, baik kepada Andhini, Sekar, Stella maupun kepada Senopati Bayanaka yang kalau tidak disenggol tidak akan bersuara.
Mereka menjelaskan sesuai versi masing-masing. Tapi yang tidak jauh berbeda penjelasannya hanyalah Stella dan Andhini. Karena sebelum peristiwa terjadi mereka memang tengah bersama di rumah ini.
Sambil berbincang orang-orang yang ada di serambi itu sambil menyaksikan jalannya pertarungan yang entah kapan berakhirnya.
Namun belum lama menyaksikan pertarungan Stella baru merasakan kalau hawa di sekitar pelataran kedua rumah ini terasa begitu aneh.
Terkadang panas terkadang dingin, terkadang dia merasakan sesuatu yang lain. Namun keadaan udara yang aneh seperti itu belum berdampak pada kondisinya. Tapi dia tanyakan juga hal itu pada Sekar, karena dia banyak bicara pada gadis cantik itu.
Sekar menjelaskan bahwa perubahan keadaan udara seperti itu disebabkan oleh hawa sakti dari jurus-jurus ganas yang kedua petarung itu keluarkan.
Hal itu bisa terjadi karena tenaga atau energi sakti kedua petarung itu sudah mencapai level tinggi.
Makanya, ketika mereka atau siapa pun dari orang sakti mengeluarkan jurus, baik jurus pedang maupun tangan kosong disertai pengerahan tenaga dalam, energi sakti mereka otomatis keluar.
Stella tampak mengangguk-angguk mendengar penjelasan Sekar barusan. Dia baru tahu kalau bisa sampai begitu jika menjadi orang sakti.
Dia menganggap hal itu merupakan sesuatu yang keren dan macho. Memikirkan akan hal tersebut membuat dia semakin kagum, bahkan mulai mengidolakan Ksatria Naga Hitam.
Bersamaan dengan itu dia semakin tertarik memiliki tenaga sakti. Namun dia tahu untuk mencapai level itu tidak semudah meneguk air, harus berjuang keras.
★☆★☆
Sementara itu pertarungan antara Ksatria Naga Hitam melawan Bandhosa masih terus berlangsung, entah kapan berakhirnya.
Durasi pertarungan di antara mereka hingga sekarang sudah hampir mencapai 1 jam. Jadi, sudah berapa jurus yang mereka kerahkan tentu tidak terhitung lagi. Ditambah lagi ritme pertarungan berlangsung dengan amat cepat.
Hingga suatu ketika, entah pada jurus yang ke berapa, tiba-tiba kedua petarung itu mendorong kedua telapak tangan mereka ke depan dengan amat cepat dan kuat.
Dorongan itu bukan sembarang dorongan. Melainkan disertai dengan tenaga sakti yang dahsyat. Terbukti kedua telapak tangan Bandhosa terbungkus sinar hitam kemerahan yang mengeluarkan hawa panas yang aneh.
Sedangkan kedua telapak tangan Ksatria Naga Hitam terbungkus sinar putih bertabur sinar kuning yang juga mengeluarkan hawa yang panas.
Sehingga keadaan udara sekitar tempat itu yang sudah panas, makin bertambah panas.
Sungguh tidak ada yang bisa mencegah lagi, masing-masing kedua telapak tangan petarung itu terus bergerak cepat ke depan. Hingga akhirnya bertemulah kedua telapak tangan itu pada satu titik tengah.
Blaaarrr...!
Maka terdengarlah ledakan amat keras dan dahsyat yang langsung menggemparkan seantero kedua kediaman megah itu. Membuat hampir seluruh penghuni di kedua kediaman itu menjerit histeris sambil menutup kuping mereka rapat-rapat.
Saking kerasnya dan dahsyatnya ledakan itu membuat pelataran kedua kediaman itu seketika bergetar hebat laksana dilanda gempa.
Gelombang ledakan menghempas ke segala arah. Menggetarkan pilar kedua serambi, menghancurkan kaca-kaca jendela ruang tamu hingga berkeping-keping. Menimbulkan suara yang amat berisik.
Membuat mayoritas orang-orang di dalam rumah semakin menjerit-jerit ketakutan.
Dalam sekejap suasana yang lebih menegangkan, lebih menakutkan, lebih menghororkan langsung membungkus seantero tempat itu.
Saking dahsyatnya peristiwa itu, hampir saja Stella terhempas terkena gelombang ledakan kalau tidak cepat ditangkap oleh Sekar Mayang.
Bersamaan menangkap tubuh Stella, Bidadari Pedang Biru mengangkat telapak tangan kanannya yang terbuka lebar dengan cepat ke depan. Maka di depannya membentuk tameng yang melindunginya dan Stella dari hempasan gelombang ledakan.
Hal yang sama pula dilakukan oleh Senopati Bayanaka. Dengan cepat diangkat telapak tangan kanannya ke depan. Sehingga dia aman dari hempasan gelombang ledakan.
Sedangkan Andhini dan Ambar mengangkat kedua telapak tangan mereka ke depan, membentuk perisai bagi diri mereka. Sehingga aman dari hempasan gelombang ledakan. Tapi tak urung sepasang kaki mereka terseret satu langkah ke belakang.
Sementara 7 orang Klan Teratai Ungu juga berbuat hal yang sama. Namun tak urung pula 5 orang yang berdiri di belakang terseret sepang kaki mereka ke belakang.
Dari kejadian ini, maka sudah bisa diukur sampai di mana kehebatan masing-masing para ksatria itu.
★☆★☆
Sementara apa yang terjadi di TKP sungguh lebih dahsyat lagi. Paving block langsung retak pecah sepanjang radius sekitar 10 meter dari tempat kedua petarung itu berpijak. Bahkan di sekitar mereka berpijak terbongkar parah.
Sedangkan kedua petarung itu, Bandhosa terlempar ke belakang dengan deras sejauh belasan meter. Adapun Ksatria Naga Hitam, sepasang kakinya cuma terseret 3 langkah ke belakang.
Akan tetapi Bandhosa, meski terlempar cukup jauh, dia masih bisa mengendalikan tubuhnya. Maka diliukkan tubuhnya dengan cepat. Sehingga dia bisa mendarat di atas paving dengan kedua kakinya. Tapi tak urung dia terjajar juga kebelakang 4 langkah.
Bersamaan dengan itu pula pertarungan berhenti sejenak.
Tampak di bibir sebelah kiri Bandhosa menetes sedikit darah. Menandakan kalau dia terkena luka dalam yang kadarnya masih ringan. Untuk beberapa saat lamanya dia menatap Ksatria Naga Hitam dengan tajam.
Sedangkan Ksatria Naga Hitam, tidak ada perubahan yang berarti pada dirinya selain tempat berpijaknya.
Tampak dia berdiri dengan kokoh dan gagah di atas kedua kakinya. Penampilannya begitu keren. Sepasang matanya yang sedikit aneh menatap Bandhosa dengan tajam. Sikapnya masih dalam mode tenang.
Sementara semua orang yang ada di kedua serambi tidak ada satu pun yang memandang pada Bandhosa. Semua mata tertuju memandang Ksatria Naga Hitam.
Memang tidak bisa dipungkiri oleh mereka semua kalau Ksatria Naga Hitam memanglah gagah dan keren meski memiliki wajah yang menyeramkan.
"Kenapa kau berhenti menyerang, Bandhosa?" tanya Ksatria Naga Hitam bernada kalem dan tenang, tapi mengandung sarkas. "Apa kau sudah gentar?"
"Phuiiih...!"
Bandhosa langsung meludah ke samping sebagai tanggapan atas ejekan Ksatria Naga Hingga. Amarahnya kembali mendidih meluap di atas kepalanya.
Seketika diangkat tangan kirinya ke depan wajahnya. Lalu mengusap wajahnya dengan sedikit cepat. Maka terpanggillah topeng siluman yang telah melekat di wajahnya. Maka menguarlah Aura Cakra-nya yang ganas lagi menyeramkan.
Setelah itu dia mencabut pedangnya yang tersampir di pundaknya. Pedang pusakanya itu bersinar hitam bercampur sinar merah. Mengeluarkan hawa panas yang menyebar dengan ganas ke segala arah.
Selepas mencabut pedangnya, seketika dia menebas udara dari bawah menyilang ke atas. Maka melesatlah dengan amat cepat sinar hitam-merah berbentuk bulan sabit sepanjang 1 setengah meter.
Sinar ganas itu berkawal dengan hawa panas yang amat sangat. Sepanjang lintasannya membuat paving block merekah membetuk garis panjang dan tebal.
Sementara Ksatria Naga Hitam tetap bersikap tenang di tempatnya. Digeser kaki kirinya ke belakang 1 langkah. Bersamaan tangan kanannya diangkat lurus ke depan. Telapak tangannya terbuka dengan jeriji sedikit menekuk ke depan.
Sinar hitam-merah berhawa panas berbentuk bulan sabit cukup tebal terus melesat dengan kecepatan tinggi. Terus mengarah pada Ksatria Naga Hitam yang masih menjulurkan telapak tangannya ke depan.
Dan semua orang yang ada di kedua serambi menyaksikan adegan tersebut tanpa ada yang berkedip.
Sedangkan Stella menyaksikan adegan menegangkan sekaligus mengerikan itu dengan jantung yang berdebar-debar. Dengan napas yang tertahan.
Seketika bulu kuduknya merinding membayangkan apa yang terjadi jika sinar hitam bercampur merah berhawa panas ganas itu tidak berhasil tertahan atau tertangkap di telapak tangan Ksatria Naga Hitam.
Tentu sekujur tubuhnya akan....
★☆★☆★
Mohon pengertiannya...