Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sulit Dimengerti
Ara membawa motor Altaf kembali ke apartemennya Altaf. Lalu menitipkan kunci motornya kepada security apartemen.
Ara mengambil ponselnya dan memesan taksi. Setelah taksi datang dan Ara masuk didalamnya kembali Ara memandang lantai tiga apartemen Altaf dengan perasaan getir.
Di dalam taksi Ara menitikkan air mata.
"Kak, ternyata Ara salah menilai kakak, sekarang Ara nggak akan peduli lagi sama kakak. Sakit kakak tinggal minggu lalu masih bisa Ara tahan. Tapi ini nggak bisa di toleransi lagi, kakak sudah keterlaluan. Sakit banget hati Ara kak!" Kata Ara dalam hati dan dengan air mata yang terus mengalir.
Tangannya merogoh ponsel Altaf dari dalam saku jaketnya. Mencoba berfikir untuk membuka kata sandinya. Percobaan pertama gagal, lalu mencoba membukanya dengan tanggal ulang tahunnya. Dan betapa terkejutnya Ara ketika ponsel Altaf bisa terbuka dengan ia menekan nomor sesuai tanggal ulang tahunnya.
"Hah......kok bisa kebetulan atau gimana, dari mana kak Al tahu tanggal ulang tahunku? Kenapa juga sandinya tanggal ulang tahunku?" Tanya Ara pada dirinya sendiri. Dan....
PLAKKKKKK
Ara menggeplak jidatnya sendiri.
"Ya tahulah, kan semua yang masuk tim basket setor biodata!" Ara menyadari kebodohannya sendiri.
Setelah ponsel terbuka Ara membuka galeri, namun tak ada yang foto perempuan di situ. Justru Ara heran dengan banyaknya foto dirinya yang diambil saat ia main basket, pada waktu ulang tahun Daffa, dan saat ia duduk di gasebo sekolah di samping masjid.
"Kak Al, diam-diam mengambil foto Ara, buat apa?" Tanyanya dalam hati.
***
Sementara Altaf sudah memegang ponsel laki-laki itu. Tapi malah diam tak kunjung menelpon. Bingung harus menelpon siapa, menelpon keluarganya tidak mungkin tentu akan banyak pertanyaan. Satu-satunya nomor yang ia ingat adalah nomor ponsel Leo, karena nomornya mudah diingat.
"Cepetan, malah bengong, jadi nelpon apa nggak?!" Kata laki-laki itu nampak kesal.
"Iya iya sabar, sebentar, gua ingat-ingat dulu nomornya!" Jawab Altaf tak kalah kesal.
"Hallo Le, jemput gua di rest area km 39, gua sherlock tempatnya!" Kata Altaf saat sambungan telepon diangkat dari sebrang.
"Heh elo siapa, minta jemput, jangan coba-coba menipu ya, basi penipuan kayak gini mah!" Kata Leo yang membuat Altaf kesal.
"Leo....ini gua, Altaf temen lo, gua habis kena jarah, ini pinjem ponsel orang buat nelpon elo. Cepetan jemput gua!" Kata Altaf ngegas.
"Ini beneran elo Al?!" Tanya Leo lagi yang membuat Altaf semakin emosi.
"Iya dodol, ini gua Altaf Alfarizi, udah jangan banyak bacot, jemput gua sekarang, ingat bawa mobil, gua masuk tol, nggak boleh bawa motor!" Kata Altaf lagi.
"Iya....iya....tunggu gua ditengah jalan ya!"
"Sial, lo pingin gua di seruduk truk tronton, udah cepetan datang!" Kata Altaf yang semakin kesal dengan candaan sahabatnya. Lalu dengan cepat mematikan sambungan teleponnya.
"Lewat waktu, ini tujuh menit, nanti bayarnya tiga ratus lima puluh ribu, nambah lima puluh ribu!" Kata laki-laki itu membuat Altaf geleng-geleng kepala.
Menunggu hampir setengah jam akhirnya mobil Leo sampai juga. Altaf berjalan mendekati mobil Leo.
"Le, pinjem duit lima ratus ribu!" Kata Altaf sambil mengulurkan tangannya.
""Dih, lo dah bener-bener kere Al, masa uang segitu aja lo nggak punya?!" Tanya Leo setengah menyindir.
"Nggak usah banyak bacrit Le, mana uangnya nanti gua ganti!"
"Nih!" Kata Leo singkat sambil memberikan lima lembar uang kertas warna merah. Altaf berjalan ke arah laki-laki yang menolongnya.
"Nih, lain kali kalau nolong orang yang ikhlas, lihat, orang mau nipu atau bener-bener lagi kesulitan dan butuh pertolongan! Jangan dikit-dikit minta imbalan!" Kata Altaf pada laki-laki yang meminjamkan ponsel kepadanya. Laku-laki itu menerimanya lalu mencium uang itu.
"Tq, ikhlas nggak nih?!" Tanya nya sok.
"Iya, udah sono pergi, btw Tq juga atas bantuannya!" Kata Altaf pada laki-laki itu, dan laki-laki itu mengacungkan jempol sebagai jawaban karena senang Altaf memberi lebih dari yang ia minta. Altaf dan Leo masuk mobil dan leo melajukan mobilnya.
"Antar gua ke apartemen gua Le!" Pinta Altaf.
"Lo tinggal di apartemen Al, sejak kapan? And gimana ceritanya lo bisa terdampar di jalan tol?" Tanya Leo beruntun.
"Nanya tuh satu-satu. Iya gua udah seminggu tinggal di apartemen. Gua tadi bawa Rara ke apartemen, tiba-tiba aja dia marah waktu keluar dari kamar. Trus maksa gua pergi naik motor gua dan ninggalin gua di tengah tol. Mana ponsel sama dompet gua di sandra lagi!" Cerita Altaf kesal pada Leo.
"Gila lo, lo bawa Ara masuk kamar, lo apain Ara sampai marah gitu?!" Tanya Leo sambil nyetir mobilnya. Dan.....
PLAKKKKKK
Satu geplakan tangan Altaf mendarat di bahu kiri Leo.
"Otak lo bisa nggak waras dikit, gua lagi ganti baju di kamar sebelah dan Ara izin ke kamar mandi di kamar yang satunya lagi. Trus keluar kamar marah, marahnya parah lagi, ngeri tahu nggak. Bawa motor kayak orang kesetanan."
"Al, lo bego atau pura-pura bego?!" Kata Leo membuat Altaf mengernyitkan dahinya.
"Cewek kalau udah marah kayak gitu cuma ada dua kemungkinan. Benci bener atau cinta bener. Masa lo nggak nyadar? Gua tahu, lo sama Ara tuh sama-sama suka, cinta! Kenapa lo nggak jadian aja sama dia. Dari dulu gua udah tahu lo tuh cinta sama Ara, cara manggil lo aja udah beda dari yang lain, nyadar bego!" Kata Leo kesal sama sahabatnya, dan Altaf bengong, seperti baru bangun tidur dan menyadari kebodohannya.
"Kalau Ara marah sampai segitunya pasti ada alasannya, nanti lo cari jawabannya, ada apa dengan cinta?!" Kata Leo lagi.
"Maksud lo?!" Tanya Altaf nggak paham dengan kata-kata Leo.
"Hedeuh ......lo cari tahu ada apa di kamar lo, kenapa Ara keluar dari kamar itu trus langsung marah! Duh nggak habis pikir gua, akademi lo plus, tp nyatanya akal lo minus!" Kata Lao kesal. Altaf baru paham dengan apa yang dikatakan Leo.
"Trus gua nanti harus ngapain?" Tanya Altaf lagi.
"Hah......lo nanya harus ngapain? Lo harus guling-guling, koprol, kayang, jungkir balik trus terjun dari ketinggian, ingat nggak usah pakai pengaman! Ya lo harus minta maaf lah, lo jelasin yang sebenarnya, trus lo tembak dia , nembak bilang cinta, jangan nembak pakai pis*ol! Kalau lo nggak mau nyesel keduluan sama Daffa atau sama temennya Ara, si Vano! Karna gua bisa tahu dari gelagatnya mereka berdua juga suka sama Ara."
Kata Lao tidak bisa menahan emosi.
"Tapi gua nggak mau pacaran Le!" Kata Altaf lagi sambil mengacak rambutnya sendiri.
"Ya udah! Selamat menyesal!" Kalau keduluan orang, KELAR kisah cinta lo!" Kata Leo menekan kata kelar.