NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: pralam

Liu Wei, sang kultivator bayangan, bangkit dari abu klannya yang dibantai dengan Pedang Penyerap Jiwa di tangannya. Dibimbing oleh dendam dan ambisi akan kekuatan absolut, dia mengarungi dunia kultivasi yang kejam untuk mengungkap konspirasi di balik pembantaian keluarganya. Teknik-teknik terlarang yang dia kuasai memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun dengan harga kemanusiaannya sendiri. Di tengah pertarungan antara takdir dan ambisi, Liu Wei harus memilih: apakah membalas dendam dan mencapai keabadian lebih penting daripada mempertahankan sisa-sisa jiwa manusianya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lembah Sembilan Hantu

Kabut hitam menggelayut rendah di antara tebing-tebing curam Lembah Sembilan Hantu. Di tepiannya, Liu Wei, Guru Feng, dan Biksu Hui Chen berdiri mengamati. Bahkan dari jarak ini, mereka bisa merasakan aura kematian yang menguar dari lembah itu - seolah tempat ini sendiri adalah makhluk hidup yang haus akan jiwa-jiwa yang tersesat.

"Kau yakin tentang ini, Wei'er?" Guru Feng bertanya, matanya tak lepas dari pusaran energi gelap di bawah. "Bahkan dengan Sayap Transenden, melintasi tempat ini..."

"Tidak ada pilihan lain," Liu Wei memotong, suaranya tenang namun tegas. "Ini satu-satunya jalan menuju Gunung Yin Lu yang tidak dijaga Sekte Awan Hitam."

Hui Chen mengeluarkan tiga untai tasbih dari dalam jubahnya. "Pakailah ini," dia memberikan masing-masing satu. "Tasbih Sutra Hati - akan membantu melindungi jiwa kalian dari ilusi lembah ini."

Liu Wei mengalungkan tasbih itu di pergelangan tangannya, merasakan energi suci yang berdetak lembut - seperti detak jantung kedua. Pedang Penyerap Jiwa di punggungnya beresonansi dengan energi tasbih, menciptakan harmoni yang aneh antara yang suci dan yang terlarang.

"Ada yang harus kalian ketahui sebelum kita turun," Liu Wei berkata setelah hening sejenak. "Dalam visi yang kulihat... Lembah ini tidak selalu seperti ini."

Guru Feng mengangkat alisnya, menunggu kelanjutan.

"Dulu, ini adalah tempat suci - Lembah Sembilan Berkah. Tapi kemudian..." Liu Wei mengerutkan kening, mencoba mengingat detail dari visi yang semakin kabur. "...Sekte Awan Hitam melakukan sesuatu. Ritual terlarang yang mengubah berkah menjadi kutukan."

"Ah," Hui Chen mengangguk paham. "Itulah sebabnya energi di sini terasa... familiar sekaligus asing. Seperti cermin yang retak."

Liu Wei mengangguk. "Dan karena itulah kita bisa melewatinya. Sayap Transenden..." dia mengaktifkan teknik itu, sayap keemasan terbentuk dari qi di punggungnya, "...tidak hanya untuk terbang. Tapi untuk melihat celah antara yang terkutuk dan yang diberkati."

Tanpa menunggu lebih lama, Liu Wei melompat ke dalam lembah. Guru Feng dan Hui Chen segera mengikuti, qi mereka membentuk perisai pelindung di sekeliling tubuh.

Begitu memasuki kabut hitam, realitas seolah berubah. Suara-suara aneh menggema dari segala arah - tangisan, tawa, jeritan yang terdengar terlalu manusiawi untuk diabaikan.

"Jangan dengarkan," Liu Wei memperingatkan. "Apapun yang kalian dengar atau lihat..."

Kalimatnya terputus saat sosok familiar muncul dari kabut - seorang wanita cantik dengan senyum lembut yang sangat dikenalnya.

"Wei'er..." wanita itu - ibunya - memanggil. "Kenapa kau meninggalkan ibu? Bukankah kau berjanji akan melindungi klan kita?"

Liu Wei memejamkan mata sejenak, tangannya menggenggam erat tasbih Hui Chen. Saat dia membuka mata, sosok ibunya telah berubah - menjadi tengkorak dengan jubah berlumuran darah.

"Ini bukan nyata," dia bergumam, lebih kepada dirinya sendiri.

Mereka terus terbang menembus kabut, mengikuti jalur qi kuno yang hanya bisa dilihat Liu Wei berkat Sayap Transenden. Sesekali, kilasan-kilasan masa lalu muncul di sekitar mereka - adegan-adegan dari saat lembah ini masih menjadi tempat suci.

"Lihat," Guru Feng berbisik, menunjuk ke arah sebuah altar batu yang muncul sekilas dari kabut. "Simbol-simbol kuno..."

"Petunjuk ritual yang mengubah tempat ini," Liu Wei mengangguk. "Tapi ada yang aneh. Lihat pola qi-nya..."

Sebelum dia bisa menjelaskan lebih jauh, udara di sekitar mereka tiba-tiba menjadi jauh lebih dingin. Dari kegelapan, sembilan sosok muncul - hantu-hantu dengan wajah yang terus berubah.

"Para Penjaga," Hui Chen berbisik, tangannya membentuk segel pelindung. "Mereka yang gagal dalam ritual..."

"Pencuri," suara-suara itu bergema sekaligus. "Kalian mencuri berkah kami..."

Liu Wei menarik Pedang Penyerap Jiwa, cahaya keemasannya membelah kegelapan. "Bukan kami," dia berkata tegas. "Sekte Awan Hitam yang mencuri takdir kalian. Dan kami... akan mengembalikannya."

Para hantu terdiam, seolah mempertimbangkan kata-katanya. Kemudian, perlahan, mereka membentuk formasi - membuka jalan di tengah kabut hitam.

*"Ikuti Jalan Tangis,"* mereka berkata. *"Tapi ingat... harga untuk keluar... sama dengan harga untuk masuk."*

Tanpa menunggu penjelasan, Liu Wei mengangguk dan memimpin yang lain melalui jalur yang ditunjukkan. Kabut hitam menjadi semakin tebal, tapi di antara kegelapan, titik-titik cahaya keemasan mulai muncul - seperti remah-remah roti dalam dongeng kuno, menuntun mereka menuju jalan keluar.

Setelah yang terasa seperti selamanya, mereka akhirnya mencapai tepian lain dari lembah. Tapi saat mereka mendarat...

"Wei'er!" Guru Feng berseru kaget. "Rambutmu..."

Liu Wei menyentuh rambutnya yang kini telah berubah sepenuhnya putih. Dia tersenyum pahit. "Harga untuk keluar... sama dengan harga untuk masuk. Lembah ini mengambil sebagian masa hidupku."

"Tapi kenapa hanya kau?" Hui Chen bertanya, meski sepertinya dia sudah tahu jawabannya.

"Karena aku pemimpin kalian dalam perjalanan ini," Liu Wei menjawab simpel. "Dan pemimpin... selalu membayar harga tertinggi."

Di kejauhan, puncak Gunung Yin Lu menjulang tinggi menembus awan. Dan di suatu tempat di sana, Lin Xiao Mei menunggu - tanpa tahu bahwa penyelamatannya akan datang dengan rambut seputih salju dan jiwa yang telah melihat sisi lain kematian.

Karena terkadang, untuk menyelamatkan masa depan seseorang... kita harus rela mengorbankan masa depan kita sendiri.

1
Yurika23
cresendo teh naon nya?
Yurika23
keren
Yurika23
suka karakter MC ya..kereeen...
ricky suitela
keren thor ceritanya jangan sampe berhenti
ricky suitela
up terus thor
ricky suitela
gasss
ricky suitela
mantap
ricky suitela
mantap
Yurika23
aku mampir ya Thor ..
Siti Komariyah
cukup bagus, semoga terus berlanjut ya
Anonymous
cukup bagus lanjutkan terus ceritanya
yos helmi
go..
asri_hamdani
Menarik. Penyampaian cerita berbeda dari kebanyakan.
Ismaeni
awal cerita yang menarik, bahasanya enak tidak berat. ..semoga selalu update ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!