Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Debutante?" Beo Leona saat mendengar perkataan dari Arelle. Dalam kehidupan sebelumnya, dia pernah membaca manhwa dan beberapa novel kerajaan. Sudah dipastikan jika seseorang yang menghadiri hal itu akan berjumpa dengan banyak bangsawan dan berbagai kelicikan nya.
"Iya, Leona-sama. Mengingat Anda bersekolah di Akademi Moon Shadow dan mulai menerima misi setelah musim semi. Mereka yang bersekolah di sana akan mengadakan perayaan kedewasaan lebih awal. Biasanya kaisar datang untuk melihat langsung siswa akademi ini." Jelas Arelle panjang lebar.
"Karena desa kita akhir-akhir ini mulai terkenal, raja mengundang Anda dan Jimmy-sama untuk datang ke istana." Imbuh Kazuma.
Istana adalah tempat yang tidak ingin dia datangi. Segala tingkah laku dan gerak gerik sekecil apapun akan di perhatikan dan menjadi pembicaraan, sekaligus tempat paling berbahaya dari sarang monster.
"Arelle, aku tidak ingin pergi." Tolak Leona tegas.
"Tidak bisa, Leona-sama. Anda harus pergi." Sahut Arelle tak kalah tegas.
Leona kesal. Kenapa Arelle yang bersemangat, sih? Ide licik terlintas di pikiran Leona saat melihat salju lebat turun dari langit. Seketika dia tersenyum miring membuat Arelle dan Kazuma curiga.
"Kazuma, tolong buka jendelanya."
"Tidak, Leona-sama." Tolak Kazuma tegas.
"Arelle, tiba-tiba aku ingin berendam air es."
"Tidak bisa, Leona-sama. Anda tetap harus ke istana meskipun flu."
Leona berdecak kesal.
"Kalau begitu patahkan kakiku. Bukankah orang patah kaki tidak bisa ke istana?" Ucap Leona sengit.
"Tetap tidak bisa, Leona-sama." Sahut mereka tegas dan kompak. Leona kalah telak mendengar penolakan mereka.
Sungguh, dari manhwa kerajaan maupun novel yang pernah dia baca, seorang penguasa baik raja maupun bangsawan serta orang kaya cenderung gila jika berjumpa dengan wanita yang bersikap dan memiliki penampilan berbeda dengan wanita pada umumnya.
"Anda harus segera bersiap untuk mencari gaun, Leona-sama. Mengingat di lemari Anda tidak ada satupun gaun maupun dress." Ucap Arelle datar.
"Kalau aku pergi pakai karung goni, tidak ada yang melarang, kan?"
"Anda tetap harus mencari gaun, Leona-sama." Tegas Kazuma.
"Kalau begitu aku akan menghancurkan stok madu di dapur, Kazuma." Ancam Leona kesal.
"Silahkan, Leona-sama. Sebelum itu terjadi, saya akan menyelamatkan mereka." Kazuma menantang.
Leona memijit pelipisnya yang terasa pusing. Astaga, mereka tidak bisa diajak kerja sama.
"Kalau begitu, aku pakai celana saja. Beres kan?"
Arelle melirik Kazuma dan memberikan kode mata yang langsung di pahami pemuda itu. Kazuma menganggukkan kepalanya dan berjalan mendekati Leona yang duduk setengah rebahan.
"Maaf, Leona-sama." Ucap Kazuma dan langsung menggendong Leona dengan bridal style. Leona yang kaget karena tubuhnya tiba-tiba melayang langsung memekik histeris.
"Kyaaa!! Kazuma apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!!"
💠💠💠
Leona menatap malas pajangan gaun dan dress yang ada di butik ibu kota bersama Arelle dan Ken, seekor siluman harimau dengan wajah tampan khas Thailand, memiliki mata amber hangat membuat siapapun terpesona saat melihat tatapannya. Rambut bewarna jingga kekuningan dengan hitam loreng seperti bulu harimau membuatnya tampak gagah dan tampan.
Leona mencoba semua gaun lalu melemparkannya sambil berceloteh membuat Arelle jengkel. Kenapa nonanya sangat susah untuk di ajak pergi ke acara resmi, sih?
"Ini terlalu mewah."
"Ini terlalu sederhana. Apa tidak ada gaun yang buluk?"
"Ini terlalu panjang. Lebih baik aku pakai celana atau karung goni saja."
Arelle yang kesal langsung saja mengomeli Leona panjang lebar hingga mulutnya berbusa. Tingkah sang Nona sangat menjengkelkan dan membuatnya pusing.
"Leona-sama, tolong jangan membuat ulah sekali saja. Nanti citra Anda tercoreng di kalangan bangsawan kelas atas. Anda tidak ingin kan nama baik Jimmy-sama tercoreng dan membuatnya malu."
"Namaku sudah tercoreng dari dulu, Arelle. Lagipula tidak masalah jika tidak memiliki koneksi dari kalangan atas." Sahutnya cuek.
Ken yang melihat ulah Leona yang sekaligus menjadi penyelamat nya hanya bisa geleng-geleng kepala. Sementara sang pemilik butik hanya berkeringat dingin melihat perdebatan mereka. Bisa-bisa karena ulah gadis itu, butiknya sepi pembeli.
Leona mengambil sebuah pakaian dan mencocokkan dengan dirinya. Dia melihat pantulan dirinya di cermin dan bersiul-siul. Tingkahnya tidak mencerminkan seorang lady bangsawan sama sekali membuat Arelle dan Ken hanya menghembuskan nafas lelah.
"Oh, omong-omong aku terlihat cantik dengan baju ini. Dududu~" Ucap Leona percaya diri dengan memasang wajah yang minta di hajar sambil bersenandung ria membuat Arelle dan Ken sweatdrop.
"Leona-sama, Anda harus segera mencari baju dan pergi dari sini." Tegur Arelle kesal.
Leona terpaksa menurut dan mengambil asal beberapa gaun dan dress tanpa mencobanya.
Setelah mendapatkan pakaian dan baju yang diinginkan, Leona segera membayar dan beranjak dari sana.
"Terimakasih, jangan datang lagi."
Leona menyusuri area ibu kota dengan berjalan kaki diikuti oleh Ken dan Arelle. Mereka tiba di pasar dan segera menuju stand aksesoris. Dia tidak ingin pergi ke toko perhiasan karena dia tidak akan melihat beberapa kerajinan unik.
Leona mengamati beberapa kerajinan dan matanya tertuju pada sebuah pin rambut bermotif sulur dengan beberapa taburan batu bewarna merah delima yang indah. Leona mengamati nya sebentar lalu memutuskan membelinya.
Dia juga mencari hadiah yang cocok untuk Jim, mengingat pria itu juga akan pergi ke acara itu. Dia melihat sebuah bross sederhana bewarna perak dengan hiasan batu bewarna merah delima.
Dia juga memberi beberapa hadiah untuk Kazuma, Arelle dan Ken yang setia menemaninya. Setelah membayar, mereka segera pergi dari sana.
Beberapa langkah setelah keluar dari sana, sekelompok preman tiba-tiba muncul dan menghadangnya. Leona mengernyitkan dahinya sejenak sebelum tersenyum senang.
"Serahkan harta milik kalian dan ikut kami!" Seru salah satu diantara mereka sambil tersenyum yang menurut Leona minta di hajar.
Ken menggeram dengan mengeluarkan geraman khas harimau, tidak lupa memamerkan gigi taringnya membuat mereka kaget, namun mereka kemudian tersenyum mengejek.
"Wah, wah. Rupanya ada bangsa siluman. Sepertinya menarik jika dia di jual malam ini." Ucap salah satu preman sambil tertawa mengejek.
"Ken, tenanglah." Ucap Leona sambil menenangkan Ken. Pemuda itu menurut.
Leona mengamati sekitar yang sepi lalu tersenyum miring membuat Arelle seketika merasa kasihan dengan kelompok itu.
"Wah~ Apa ini? Ternyata ada sekumpulan orang yang otaknya berisi otot doang." Ucap Leona dengan nada mengejek yang sukses membuat kelompok itu terdiam. "Jangan berpura-pura menjadi manusia, dasar sampah." Lanjut Leona dengan sinis.
Hening sejenak. Beberapa saat kemudian mereka menggeram marah dan menyerang Leona yang tersenyum menyeringai.
"Sialan kau!"
'Buakh'
💠💠💠
Calvian dan Emilio baru saja pulang dari istana. Saat melewati sebuah gang, dia mendengar suara teriakan dan disusul dengan sebuah tubuh yang terlempar kearahnya.
"Sepertinya ada sebuah pertarungan. Cepat kita kesana!" Perintah Calvian pada pasukannya.
Mereka segera mendekati kesebuah gang dan mendapati seorang gadis berambut hitam tengah baku hantam dengan beberapa preman yang tak lain adalah Leona. Seketika Calvian dan Emilio menatapnya dengan tertegun. Mereka tak menyangka jika Leona mampu menghajar para preman itu dengan mudah tanpa sihir. Seketika rasa penyesalan menghampiri perasaan mereka.
'Bruakh'
'Kretek'
Leona menendang ketua preman hingga membentur tembok lalu menginjak bahunya dengan keras.
"Astaga, ini membosankan. Sudah ku duga mereka ini mengganti ototnya dengan otak." Sungut Leona kesal.
"Bagaimana jika kita memajang kepalanya disini, Leona-sama." Usul Arelle sambil tersenyum manis.
"Bukannya tadi dia bilang ada sebuah pelelangan? Sebaiknya kepalanya di lelang saja. Kita juga bisa mendapatkan uang." Ken menimpali.
"Usul kalian benar juga. Sayang sekali mereka ini hanyalah orang berotot tanpa otak. Tidak ada harga." Sahut Leona santai.
Calvian beserta pasukannya melongo mendengar percakapan mereka yang terdengar kasar, bahkan beberapa prajurit mengeluarkan keringat dingin.
Salah satu pria bertubuh besar segera berdiri dan hendak menebaskan pedangnya kearah Leona. Ken yang melihat hal itu menendang pria itu dengan keras hingga jatuh tersungkur.
"Aduduh, menyerangku saat lengah itu tidak baik, loh." Ucap Leona kesal saat melihat sebuah tubuh terlempar dan dia langsung menghajar mereka dengan membabi-buta.
Arelle dan Ken memperhatikan Leona yang sibuk menghajar preman-preman itu. Mereka tidak ingin membantu mengingat Leona tidak suka jika seseorang ikut campur jika dia sudah menghajar seseorang.
"Hentikan, Leona!" Bentak Calvian yang membuat Leona menghentikan aksinya. Dia menatap Calvian dingin lalu melirik Emilio yang masih tertegun.
"Ken, Arelle. Kita pergi." Ucap Leona dan mereka segera menghilang dari sana sebelum Calvian sempat menahannya.
Calvian dan Emilio menatap kosong tempat Leona menghilang lalu segera menatap sekeliling, dimana beberapa preman tergeletak bersimba darah.
"Periksa mereka." Perintah Calvian.
"Tuan, mereka semua telah tewas." Lapor salah satu prajurit yang membuat mereka terdiam.
"Tuan, ada sebuah tatto lipan di dada mereka." Lapor prajurit lainnya. Calvian segera turun dari kuda dan memeriksa tubuh preman itu. Seketika ekspresi wajahnya berubah.
"I-ini.."