Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK ADA KABAR
Malam ini, Rere kedatangan tamu spesial. Bu Risa, mertuanya itu tiba tiba datang dengan membawa banyak sekali makanan. Wanita yang sudah 2 tahun terakhir ini menggeluti usaha cathering itu datang sendirian menggunakan taksi.
"Romeo belum pulang Bu." Rere pikir, Bu Risa datang untuk bertemu Romeo.
"Ibu tahu, tadi juga habis teleponan sama Meo."
Rere mengernyit mendengar itu. Jika mereka habis teleponan, Itu artinya Romeo tak sibuk sibuk sangat. Tapi kenapa, 3 hari di Jepang, Romeo sama sekali tak menghubungi Rere? Hanya sekali saja mengabarkan jika dia sudah sampai di Jepang.
"Ibu kesini karena kangen kamu dan calon cucu ibu." Bu Risa mengusap lembut perut Rere, membuat Rere hampir menangis karena terharu. Terbuat dari apa hati mertuanya itu. Bisa bisanya menyayangi janin dalam kandungannya padahal jelas jelas bukan cucu kandungnya.
Jia yang juga berada disana merasa tercubit hatinya. Risa yang tak ada hubungan darah dengan janin itu, terlihat sangat perhatian. Sedangkan dia, terkesan sama sekali tak peduli dengan janin itu, bahkan kadang masih merasa kesal karena kehadirannya yang bisa saja merusak nama baik keluarga.
"Apa ini gak terlalu banyak Bu?" Jia memperhatikan keresek besar diatas meja yang isinya adalah makanan semua. "Bisa bisa kami gak masak seminggu ini Bu Risa," kelakar Jia.
"Bu Jia ini bisa saja. Palingan besok atau lusa juga udah habis." Ucapan Bu Risa langsung disambut tawa oleh Jia dan Rere.
"Kamu sehatkan? Masih sering mual kalau pagi?" Bu Risa meraih tangan Rere dan menggenggamnya.
Rere mengangguk, morning sickness nya memang belum hilang. Selalu mengganggunya disaat mau sarapan hingga di kantor.
Bu Risa mengambil kotak teratas yang ada didalam keresek. Begitu dia membuka tutupnya, aroma sedapnya seketika menguar kemana mana.
"Ini kesukaan Meo, ayam rica rica. Kamu cobain, siapa tahu suka."
Tampilannya sungguh menggoda, dan aromanya membuat Rere langsung berasa lapar. Dia mencuil sedikit lalu mencicipinya.
"Em...enak sekali Bu, Rere suka." Rere kembali hendak mencomot sedikit, tapi deheman Jia menghentikannya.
"Kamu belum cuci tangan Re."
Rere hanya nyengir tanpa rasa bersalah. Bukannya kedalam untuk cuci tangan, dia malah menjilat sisa bumbu yang ada dijarinya.
"Rere." Desis Jia sambil melotot. Bisa bisanya Rere melakukan itu didepan ibu mertuanya. Rere yang berbuat, tapi dia yang malu.
"Gak papa Bu. Rere kan lagi hamil. Mungkin saja dia tak bisa menahan rasa inginnya. Biasakan kalau ibu hamil tiba tiba terasa sangat menginginkan sesuatu. Dulu saja pas hamil Romeo, saya sukanya makan sepiring berdua mulu dengan suami. Kalau gak gitu, gak selera makan."
Jia lega karena Bu Risa bisa memaklumi perilaku Rere. Bu Risa bahkan meletakkan kotak berisi ayam rica rica itu dipangkuan Rere. Menyuruh menantunya itu menikmatinya hingga puas agar cucunya tak ileran.
"Kalau kamu ngidam pengen makan sesuatu, bilang sama ibu, nanti ibu buatkan. Jangan ada perasaan sungkan, anggap ibu ini ibu kamu sendiri. Karena kamu sudah ibu anggap sebagai anak sendiri."
Rere tak bisa menahan laju air matanya. Dia merasa sangat beruntung memiliki mertua sebaik Bu Risa.
.
.
.
Rere duduk diatas ranjang sambil menatap ponselnya. Tak ada kabar sama sekali dari Romeo membuat dia berpikir macam macam. Mungkinkah jika saat ini, Romeo berubah pikiran? Apa mungkin pria itu menyesal telah melepaskan pekerjaaanya? Atau bahkan mungkin saat ini Romeo merasakan penyesalan karena telah menikahinya?
"Masih mikirin Haikal?" Tanya Jia yang baru masuk.
"Mamah, ngagetin aja." Rere menggeser posisinya agar Jia bisa duduk disebelahnya.
"Move on Re. Inget, kamu udah ada Romeo. Dia pria yang sangat baik, jangan melukai hatinya dengan memikirkan pria lain."
"Apaan sih Ma, siapa juga yang mikirin Haikal."
"Lalu?" Jia mengerutkan keningnya.
"Sejak Romeo di Jepang, dia gak penah menghubungiku Mah."
Jia lumayan kaget mendengar itu. Dia tak tahu jika selama 3 hari ini, menantunya itu tanpa kabar.
"Apa mungkin, saat ini Romeo tengah menyesali keputusannya Mah? Dia pasti menyesal meningalkan kariernya demi aku dan janin ini." Rere mengusap perutnya. Belajar menerima keadaan jika janin itu darah dagingnya. Siapapun ayahnya dan sebejat apa, janin itu tetap tak bersalah. Mungkin kalau diberi pilihan, janin itu juga tidak akan mau berada dirahimnya dengan cara yang salah.
"Jangan berfikiran negatif dulu. Mungkin saja Romeo sibuk."
"Tapi mama dengar sendirikan, Bu Risa bilang Romeo tadi meneleponnya. Itu artinya dia tak terlalu sibuk. Tapi mengapa dia tidak meneleponku?"
Wajar sekali Rere berfikiran negatif. Sebab sebagai istri, dia sama sekali tak tau kabar suaminya itu. Pernikahan mereka baru seumur jagung. Tak ada cinta, tak ada ikatan kuat antara mereka. Wajar jika dia mencemaskan rumah tangganya.
"Kamu sudah mencoba menghubunginya?"
Rere menggeleng.
"Astaga Rere, daripada kamu galau mikirin Romeo yang gak ada kabar, kenapa bukan kamu aja yang menghubungi dia."
Rere sudah kepikiran itu sejak tadi. Tapi dia gengsi untuk melakukannya.
"Apa itu tidak memalukan?"
Jia berdecak pelan. Memalukan dilihat dari mananya coba, sangat wajar seorang istri mencari tahu kabar suaminya.
"Kamu hubungi dia sekarang," titah Jia.
"Tapi Mah." Rere masih ragu untuk melakukan itu.
"Romeo sudah sangat baik pada kita Re. Sudah sepantasnya kamu berbuat baik balik pada suamimu itu. Menunjukkan perhatian pada pasangan bukan hal yang memalukan, tapi malah dianjurkan agar rumah tangga kalian makin harmonis."
Jia melihat jam dinding dikamar Rere. Sekarang jam 9 malam, itu artinya sudah pukul 11 di Jepang karena beda 2 jam. Meski sudah larut, tapi waktu yang tepat juga untuk suami istri saling mengobrol dari hati ke hati.
"Mama kembali ke kamar dulu. Jangan ditunda lagi, serega telepon Romeo." Jia beranjak dari duduknya lalu keluar dari kamar Rere.
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁