Menikah Dengan Suami Sahabat Karena Dijebak

Surat perjanjian telah ditanda tangani dan uang denda pun tengah dinanti. Restu terpaksa melakukannya, mengundang orang tua sekaligus pihak Azelia ke kediaman Kenzo, kemudian menjadikan ketua RT maupun ketua RW sebagai saksi sidang. Tak lupa, di sana juga ada pihak pemuda desa yang turut andil menjadi bagian musyawarah dalam persidangan.

Restu terpaksa melakukannya karena meski sudah kepergok dan bukti foto maupun video turut pria itu sodorkan kepada Azelia, wanita yang tetap tidak mau dicerai itu tetap tidak mau mengakui perbuatannya. Karenanya, Restu yang tak mau dipermainkan apalagi sampai mengalami kejadian serupa, sengaja mengadakan sidang untuk menyelesaikan kasus mereka. Padahal awalnya, cukup mengaku dan berjanji tidak mengulangi, Restu hanya meminta itu tapi Azelia tetap tidak mau mengakuinya

Walau sadar apa yang terjadi malah membuat orang-orang menganggapnya gagal menjadi seorang suami maupun kepala keluarga, Restu tak ambil pusing lantaran Azelia sudah sangat keterlaluan. Malahan Restu sangat heran, kenapa Azelia tetap tidak mau dicerai, selain wanita itu yang juga terus meminta Restu untuk tidak menceraikan Arnita?

Sidang kali ini memang tidak dihadiri banyak orang layaknya ketika sidang Restu dan Arnita, tetapi sidang kali ini malah tidak berlangsung lancar. Hal tersebut terjadi lantaran baik Azelia maupun Kenzo menepis tudingan Restu. Termasuk juga dengan orang tua Kenzo yang selalu berdalih tidak tahu apa-apa. Orang tua Kenzo berdalih baru pulang dari rumah anak perempuannya, dan tidak ada saat kejadian yang ditudingkan. Namun tentu, kenyataan tersebut hanya bagian dari keduanya yang sengaja mencari aman sekaligus sengaja melindungi sang putra.

Baik Azelia, Kenzo, maupun orang tua Kenzo sampai mempermainkan sumpah. Membuat Restu berjuang sendiri, dan dituding telah melakukan fitnah. Berulah ketika di kamar Kenzo ditemukan cairan hasil dari percintaan panas Kenzo dan Azelia, ditambah Azelia yang memang masih belum memakai celana dallam, kasus tersebut menemukan titik terang. Namun, Azelia malah berdalih apa yang ia lakukan sebagai wujud rasa sakit hatinya. Apa yang terjadi Azelia katakan sebagai ketidakmampuan dari seorang Restu yang baginya telah gagal menjadi seorang suami sekaligus kepala rumah tangga.

“Bukan suami kamu yang gagal, memang kamu yang kega-telan padahal kamu tahu, suami dan sahabatmu begitu karena mereka dijebak dan pelakunya pun langsung dihukum.”

“Lagian kalau kamu memang merasa suami kamu sudah gagal, kenapa juga kamu enggak mau dicerai?”

Cibiran barusan dari para pemuda, seolah mewakili isi hati Restu walau jujur, ia tak berniat membuat Azelia ada di titik sekarang.

“Andai kamu memanfaatkan kesempatan dariku dengan baik, Li. Andai kamu mau mengakui, dan berjanji tidak mengulangi,” batin Restu memilih menunduk, duduk di sebelah pak RT dan pak RW, di risban yang ada di ruang tamu keluarga kediaman orang tua Kenzo. “Namun kamu membuat keadaan makin rumit,” batin Restu lagi. Di hadapannya, Azelia terus menangis ditenangkan oleh orang tua maupun kakak-kakaknya. Azelia dan orang tuanya duduk di risban persis di hadapannya. Sedangkan Kenzo ada di sebelah bersama orang tuanya. Sisanya, kompak berdiri di sekitar maupun duduk lesehan di lantai.

“Andai kejadian ini sampai terulang, saya sudah pasrah dan akan menyerahkan semuanya ke polisi!” tegas Restu yang tidak sedikit pun menatap siapa-siapa. Namun Restu sadar, di luar sudah nyaris sore, terlepas dari beberapa orang berdatangan dan tampak menonton.

“Mas,” rengek Azelia memohon dan sampai sekarang belum memakai jilbab maupun celana dalammnya. Ia menyusul Restu keluar lantaran pria itu pergi tanpa mengajak maupun membawanya.

Restu balik badan, sengaja menatap sekaligus menunggu Azelia. “Kamu sama orang tua kamu dulu. Renungi apa yang terjadi, dan kembali lah setelah kamu menyadari semuanya. Kamu salah, dan kamu harus mengakui sekaligus menyadari itu. Yang paling harus kamu ingat, aku enggak mau kamu terus-menerus menjadikan hubunganku dan Nita sebagai alasan, jika pada kenyataannya kamu tetap menolak dicerai!”

Restu pergi dan tak menghiraukan Azelia lagi. Tak peduli walau Azelia langsung jadi tontonan mereka yang datang setelah alasan sidang sempat bocor oleh beberapa dari mereka yang entah sengaja atau sekadar keceplosan.

***

Menghela napas pelan, Restu masih bertanya-tanya, sebenarnya apa alasan sekaligus tujuan Azelia menolak ia ceraikan? Jika wanita itu sampai jijik kepadanya, wanita itu tak mau lagi dengannya, kenapa fakta justru tak sejalan dan Azelia tetap ingin bertahan?

Tanpa Restu sadari, mobilnya sudah ada di jalan sebelah kontrakan ia membiarkan Arnita tinggal. Di sana, di halaman depannya, tampak Arnita yang membawa sapu sekaligus ember. Arnita tak hanya sendiri karena kini sampai ada Juan. Namun, tampaknya Juan yang sampai kuyup sudah membuat masalah hingga membuat Arnita sangat marah.

“Sadar, Ta! Walau Restu lebih kaya dari aku, dia suaminya Lia. Mending kamu balikan sama aku karena aku sudah cerein Sita!” yakin Juan masih berisik.

Arnita yang telanjur emosi, sengaja mendekati Juan dengan langkah cepat, kemudian menaruh ember di tangan kanannya di kepala itu hingga menutup penuh kepala hingga leher Juan. Terakhir, menggunakan gagang sapu yang kini ia kendalikan menggunakan kedua tangan, Arnita memba-bi-buta memuku-li kepala Juan yang terbungkus ember.

“Makan tuh cinta! Makan tuh harta!” kesal Arnita yang memilih buru-buru masuk kontrakan setelah sebelumnya sampai mendorong sekuat tenaga tubuh Juan. Juan yang awalnya sempoyongan menjadi berakhir meringkuk di pelataran.

Lantaran kucing-kucingnya ikut masuk, kenyataan tersebut membuat Arnita menunggu cukup lama, hingga yang ada, ia tak sengaja memergoki Restu di balik kemudi. Pria itu tengah diam-diam memperhatikannya, dan tatapan mereka berakhir bertemu. Mereka bertatapan cukup lama.

“Kamu betah di sini, enggak?” tanya Restu setelah Arnita selesai menyuguhkan semua masakan yang juga sampai wanita itu hidangkan.

Arnita terdiam dan merenung. Ia berpikir alasan Restu bertanya begitu karena kejadian tadi, setelah Restu memergokinya mengha-jar Juan.

“Masalah Juan, atau omongan tetangga, ... Mas enggak usah khawatir. Harusnya dua mingguan lagi, semuanya ada titik terang.”

“Ini bukan hanya perkara kamu hamil atau tidak, Nit. Aku sudah menghan-curkan masa depan kamu, apa pun alasannya, aku benar-benar sudah melakukannya. Mau enggak mau, aku harus tetap bertanggung jawab.” Restu mengakhiri ucapannya dengan menghela napas pelan, merasa sangat lelah dengan kehidupan baru yang ia miliki. Namun entah kenapa, kepada Arnita, ia sama sekali tidak bisa kasar karena memang tidak tega.

Setelah selesai makan dan memboyong barang-barangnya, Restu pulang ke rumahnya dan Azelia. Tak disangka, di sana ada Azelia dan orang tua maupun keluarganya. Mereka semua sudah masuk karena Azelia memang memiliki kunci serep.

Restu hanya menatap, mengangguk tanpa berniat menyapa. Apalagi saat di rumah Kenzo, mereka semua termasuk Azelia, kompak mengatai Restu, mengecap Restu sengaja memfitnah.

Tak mau kehilangan kesempatan, Azelia sengaja menyusul Restu yang masuk ke dalam kamar. Kali ini, Azelia yang sudah mandi dan sampai keramas, tak sampai memakai jilbab. Wanita itu sengaja mengunci pintu kamar mereka. Tampak Restu yang akan langsung masuk ke kamar mandi, tapi Azelia sengaja memanfaatkan itu untuk menahannya.

Azelia mendekap erat tubuh Restu dari belakang, tapi dengan cepat, Restu menggunakan kedua tangannya untuk mengakhiri dekapan kedua tangan Azelia.

“Jangan lupa membersihkan diri. Aku yakin, kamu yang jauh lebih paham agama, juga jauh lebih paham dengan apa yang harus kamu lakukan setelah kamu dengan sadar berzina dengan mantan kamu, kemudian kamu juga sampai memfitnahku!” tegas Restu sarat kekecewaan walau ia masih bertutur lirih.

Azelia bergeming dan memang tidak bisa menjawab. Ia hanya berangsur menunduk dalam setelah pintu kamar mandi di hadapannya benar-benar tertutup bahkan sampai dikunci.