Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ( Sebuah Peringatan)
Teresa hanya diam di sepanjang perjalanan pulangnya menuju apartemen. Ia tidak berniat untuk membahas apapun sesampainya ia di dalam mobil. Wiliam juga tidak mengatakan apapun, pada dasarnya memang Teresa lah yang lebih sering membuka topik pembicaraan.
Tatapan kosong Teresa terus menghadap ke kaca mobil. Ia memikirkan banyak hal di kepalanya. Ia berpikir bahwa sekarang ia mulai memasuki hubungan rumit yang dimiliki keluarga konglomerat ini. Tere tidak tau jelasnya, dan dia hanya menebaknya saja. Tetapi, ia merasa bahwa tebakannya kali ini benar.
Tere tersenyum kecut, ternyata di dunia ini salah satu hal yang paling rumit adalah perasaan cinta. Ia memikirkan bagaimana rasanya menjadi Wiliam. Jika benar pria itu menyukai kakak iparnya sendiri, maka kehidupan yang selama ini ia jalani mungkin tidaklah mudah.
Tapi seketika Tere tersadar. Ia segera menggelengkan kepalannya untuk menyadarkannya dari lamunan. Ia merasa bahwa ia sudah banyak berpikir saat ini. Ia memikirkan hal yang sama sekali bukan urusannya.
“Kenapa aku peduli? Dia bisa bebas menyukai siapapun. Aku hanya perlu menjadi istri bayangannya saja bukan?” batin Tere.
Lalu matanya beralih pada tangan Wiliam yang menyentuh bahunya. Ia melihat Wiliam memperlihatkan sesuatu di iPad miliknya. Teresa pun mendekat dan menggeser sedikit posisi duduknya.
“Apa kau setuju dengan konsep pernikahan ini?” Ucap Wiliam memperlihatkan sebuah foto.
“Aku setuju! Aku menyukai warna putih” ucap Tere.
“Baiklah kita pakai yang ini” ucap Wiliam.
Tere bisa melihat wajah Wiliam yang sangat dekat dengannya. Wajah yang sangat tampan ini membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa terpesona. Wajah yang tidak akan pernah bisa Teresa sentuh dengan tangannya.
Tiba-tiba Teresa membayangkan jika tiba waktunya nanti ia menikah dengan Wiliam, dan pada saat itu status Wiliam akan berubah menjadi suaminya secara agama dan negara. Tetapi untuk seumur hidupnya ia sama sekali tidak boleh menyentuh tubuh suaminya sendiri.
“Bukankah itu aneh?” batin Tere sembari membayangkan.
“Kau kenapa?” Ucap Wiliam.
Teresa reflek menoleh kearahnya. Dan tidak sengaja wajah mereka menjadi sangat dekat. Bahkan hidung mancung mereka saling bersentuhan. Dada Teresa tiba-tiba berdegup dengan lebih kencang, ia sontak menahan nafasnya.
“Kau akan mati jika menahan nafasmu” ucap Wiliam dan menjauh dari Teresa.
Teresa salah tingkah, ia segera menjauhkan posisi duduknya. Ia kembali melihat kearah jalanan disampingnya. Ia menutupi wajahnya yang sudah memerah. Bahkan pipinya terasa sangat panas saat ia menyentuhnya dengan tangan.
“Aku sudah memindahkan ibumu ke perawatan VIP. Dia bisa lebih dekat dengan ibuku” ucap Wiliam.
“Benarkah! Aku sungguh berhutang banyak denganmu Wiliam!” Ucap Tere sembari tersenyum lebar.
“Tentu, kau memang berhutang banyak padaku. Kau harus membayarnya dengan terus bersikap baik. Oke?” Ucap Wiliam menatap Teresa dengan datar.
Teresa mengangguk bak seperti anak kecil yang menuruti perkataaan orang tuanya. Wiliam tersenyum tipis melihat reaksi wanita di sampingnya. Tanpa sadar tangannya terangkat dan mengelus rambutnya lembut.
Wiliam yang tersadar dengan apa yang ia lakukan, seketika langsung menyudahi gerakan tangannya diatas rambut Teresa. Ia sedikit salah tingkah dan langsung menatap iPadnya.
“Apa yang kau lakukan Wiliam!” batinnya.
Sementara Teresa hanya diam saat Wiliam melakukan itu padanya. Ia berusaha untuk tidak bereaksi berlebihan di depannya. Walaupun jauh di dalam hatinya, Teresa merasa nyaman saat di perlakukan seperti itu.
Tidak berselang lama, mereka sudah sampai di depan gedung apartemen mewah milik Wiliam. Tere segera keluar dan menyusul Wiliam yang sudah keluar lebih cepat darinya. Tere berusaha berjalan cepat menyusul langkah pria itu.
Tapi Langkah teresa melambat, ia memutuskan untuk berjalan di belakang pria itu. Melihat bagaimana Wiliam meninggalkannya tadi, itu pertanda bahwa ia tidak ingin berdekatan dengannya.
Mata Teresa bisa melihat jelas postur tubuh Wiliam yang tinggi dan tegap. Pria itu terlihat sangat memikat di setiap situasi. Bahkan saat berjalan pun, Wiliam tetap menebarkan pesonanya. Tere mencoba mengukur bahu Wiliam dengan jarinya, ia sangat penasaran berapa lebar bahunya.
Dan sampai mereka masuk kedalam lift. Tere segera menyudahi aktivitasnya. Ia sedikit menjauh dari Wiliam, untuk membuat jarak. Karena memang di lift ini hanya ada mereka berdua.
Tapi sebelum pintu lift tertutup, sebuah tangan menahannya. Dan seorang pria yang berpakaian baju olahraga masuk. Tere hanya melihat pria itu sekilas, dan langsung menatap kearah lain.
Pria itu melihat penampilan Teresa. Ia tersenyum saat menatap rok pendek yang di pakai Tere. Ia mulai mendekati Teresa dan berdiri tepat di belakangnya. Dan Wiliam melihat itu semua.
Sebagai sesama pria, tentu saja Wiliam tau apa maksud tatapan pria di depannya ini. Dengan cepat ia menarik bagian belakang pakaian Teresa. Ia menariknya dan memeluknya dari belakang.
“Dia istriku” ucap Wiliam sembari menatap pria itu dengan tatapan dingin.
Kejadian yang sangat cepat itu membuat Tere kebingungan. Tiba-tiba ia sudah berada di pelukan Wiliam. Dan tubuh mereka saling bersentuhan. Tere bisa melihat tangan Wiliam yang melingkar di tubuhnya.
“Istrimu cantik!” ucap pria itu yang masih menatap Teresa.
Teresa yang melihat itu seketika sadar dengan apa yang terjadi sekarang. Ia segera berbalik dan memeluk Wiliam dengan sangat erat. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Disana Tere tersenyum penuh kemenangan.
“Ternyata aku bisa memelukmu juga, Wiliam” batin Teresa.
Sampai pintu lift terbuka. Dan Teresa masih enggan melepaskan pelukannya. Ia terus memeluk Wiliam sampai di depan pintu apartemen. Ia bahkan mendengar Wiliam membuka pintunya.
“Mau sampai kapan kau memelukku?” Ucap Wiliam sembari menutup pintunya.
Teresa yang mendengar itu segera melepaskan pelukannya. Ia langsung mundur dan menjauhkan dirinya dari Wiliam. Ia ketakutan karena Wiliam sedang menatapnya tajam.
“Maafkan aku” ucap Tere.
“Sebaiknya jangan pakai rok pendek itu lagi” ucapnya.
“Hah?” ucap Tere. Ia tidak percaya bahwa Wiliam akan mengatakan itu padanya.
“Jangan pakai rok itu. Atau kau akan diganggu seperti tadi” ucapnya sembari melepaskan jas dan dasi yang di pakainya.
Wiliam melepas beberapa kancing kemeja yang ia pakai. Lalu ia menggulung lengan kemeja panjangnya. Gerakan itu membuat Teresa meneguk ludahnya. Sampai Wiliam mencoba melepaskan jam mahal ditangannya.
“Stop!!!!! Jangan lakukan itu!!” Teriak Teresa.
“Kenapa? Apa yang kulakukan?” Ucap Wiliam yang terkejut dengan teriakan Teresa.
“Jangan pernah melepas apapun di depanku” ucap Tere.
“Karena kau berhasil menggodaku” ucap Tere lagi dengan nada pelan.
Dan Wiliam langsung terekeh. Ia merasa terhibur dengan ekspresi Teresa saat ini. Ia tetap melepaskan jam tanganya. Dan malah berjalan mendekat kearah Teresa.
“Apa aku setampan itu di matamu?” bisik Wiliam.
“Kau sangat tampan” ujar Tere sembari menatap mata Wiliam yang sedang menggodanya.
“Terimakasih atas pujiannya” ucap Wiliam dan menjauh dari Teresa.
“Apa kau serius? Tidak akan menyentuhku seumur hidupmu? Bahkan saat aku sudah menjadi istrimu?” ucap Tere, dan membuat Wiliam berbalik menatapnya.
“Tentu. Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku” ucap Wiliam.
“Apa alasannya?” Tere mencoba memberanikan diri untuk menanyakan hal ini.
“Apa aku harus menjawab pertanyaanmu?” Ucap Wiliam, dan Teresa mengangguk.
“Kita tidak sedekat itu. Dan aku tidak mencintaimu” ucap Wiliam sembari tersenyum tipis.
“Apa kau mencintai wanita lain?” Tanya Teresa dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Kau benar. Ada wanita lain yang sudah menempati hatiku” jawab Wiliam, mencoba menatap mata Teresa.
“Apa masih ada tempat kosong dihatimu Wiliam?” Ucap Tere.
“Tidak ada” ujar Wiliam sembari menatap Teresa dingin.
“Baiklah aku mengerti” ucap Teresa, dan melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamarnya.
“Kau! Kuingatkan sekali lagi!” ucap Wiliam dengan nada tinggi. Membuat Teresa menghentikan langkahnya.
“Jangan pernah jatuh cinta padaku!! Ingat itu Teresa!”
lanjutttttt
lanjutttttttt