NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelayan baru

Ketiganya sampai di kediaman Edwin yang sama mewahnya dengan rumah Reina.

Kedua orang tua Edwin juga seorang pebisnis, meski bukan kalangan popular para pebisnis negeri ini. Perusahaan keduannya tergolong kecil.

Tak lama, ibunda Edwin, Nessa menyambut ketiganya.

Mata Nessa meredup saat melihat penampilan Reina dan Reina tahu kenapa.

"Wah mamah juga terpesona 'kan sama penampilan Reina? Dia memang cantik," puji Edwin menebak dengan salah sikap ibunya.

Nessa terlihat canggung tapi tak urung tetap memuji. Di sisi lain, Elyana yang mendengar pujian Edwin serta tatapan terpesona Nessa merasa kesal. Dia merasa di abaikan.

"Maaf tante, aku Elyana, saudari Kak Rei," sela Elyana menghentikan pembicaraan mereka.

Nessa terkesiap, dia tak sadar jika ada orang lain selain sang putra dan kekasihnya.

"Eh iya, maaf tante ngga lihat. Saudari? Oh ... Kamu anak tiri mas Darmono ya?" balas Nessa gamblang yang justru membuat Elyana tersenyum masam.

Nessa lantas kembali menatap Reina ragu tapi tak urung dia tetap berbicara.

"Aduh, kamu dandan udah cantik begini, tante jadi canggung mau minta bantuan kamu Rei."

Reina tersenyum tipis, benar saja, ibunya Edwin itu ingin menjadikannya pelayan gratisan di acara ulang tahun suaminya.

Dia jelas akan menolak, tak sudi dirinya kembali merendahkan diri yang bahkan tak di hargai sama sekali oleh wnaita itu.

Nessa tampak salah tingkah saat melihat sikap Reina yang terlihat asing. Gadis yang biasanya langsung sigap tanpa ia harus meminta, terlihat diam saja tak peduli.

Ia harus meminta dengan jelas saat ini kalau memang benar-benar membutuhkan tenaga gadis itu.

Saat baru saja akan membuka mulut, Reina segera menjawab ucapannya.

"Ia tante, gaunnya sangat cantik, aku juga terkejut karena Edwin membelikan gaun ini. Kayaknya aku ngga tega kalau gaun ini tertutupi celemek."

Akhirnya Reina menemukan jawaban untuk menolak permintaan Nessa secara langsung, terkesan meledek tapi ia tak peduli.

"Hah, apa?" jawab Nessa gugup yang tak mengira jika permintaannya akan di tolak mentah-mentah oleh Reina.

Aduh gimana ini, mana tahun ini aku undang banyak tamu. Kenapa sih gadis ini bersikap aneh, harusnya dia pakai-pakaian biasa aja, jadi tenaganya bisa aku pakai.

Edwin juga kenapa anak itu membelikannya gaun, benar-benar pemborosan.

"Tante butuh bantuan?" sela Elyana menawarkan diri.

Dalam hati gadis itu berharap bisa mendekati Nessa dan mencari perhatiannya. Ia memang tahu Nessa sangat mendukung hubungan Edwin dan Reina, oleh karena itu sejak awal permintaannya datang ke pesta ini bukan semata-mata hanya ikut-ikutan, tapi juga ingin mencari muka pada keluarga Edwin.

Reina sendiri tersenyum puas, ia sangat tahu tujuan Elyana dan membiarkannya. Justru dalam hati dia berharap, jika apa yang diinginkan Elyana akan tercapai.

Ia akan dengan senang hati memberikan Edwin serta keluarganya pada gadis itu.

"Eh, kamu mau bantu tante?" tanya Nessa tak percaya. Dia memperhatikan penampilan Elyana yang tak begitu bagus. Riasannya sederhana, tapi pakaiannya terlihat mewah.

Nessa memang tahu jika Hendro memperlakukan anaknya dengan tidak adil. Lelaki itu lebih memilih mencukupi kebutuhan anak tirinya ketimbang putri kandungnya sendiri.

Maka, saat pertemuan bisnis kemarin, dia tak segan menawarkan diri untuk meminang Reina dengan iming-iming akan membantu biaya pendidikan gadis itu.

Namun tentu saja itu semua hanya taktik agar dirinya bisa menjerat Reina.

Elyana lantas mengangguk dengan yakin meski Nessa terlihat segan.

"Mah itu para pelayan udah keteteran, tamunya udah pada dateng," sela adik perempuan Edwin.

Dia lantas menatap Reina dan ingin mengajak kekasih kakaknya itu.

"Kak Rei, ayo bantu para pelayan!" ajaknya sembari menarik lengan Reina, tapi kemudian gerakannya dicegah oleh Elyana.

"Aku yang akan bantu-bantu!" mencekal tangan adik Edwin.

Adik Edwin mengernyi, tak mengenal sosok gadis di depannya ini.

"Kamu siapa?" cecarnya tak menutupi rasa kesal karena memperlambat kesibukannya. Adik Edwin yang bernama Winda sejak tadi menggantikan posisi Reina untuk membantu para pelayan.

Ia jengah dan kesal karena sifat kikir sang ibu benar-benar mengerikan. Sejak tadi dia sudah kelelahan dan hampir berteriak marah pada sang ibu karena menghilang dari pesta membuatnya sibuk bukan main.

Setelah melihat keberadaan Reina, tentu saja senyumnya merekah sempurna. Ia bisa memberikan celemeknya pada Reina dan gadis itu yang akan menggantikan pekerjaannya seperti sebelum sebelumnya.

Namun seorang gadis di depannya menghentikan langkahnya dan mengatakan ia akan membantu pekerjaan kasar para pelayan.

"Ah iya kenalkan aku Elyana, saudari Kak Reina."

Melihat sang anak yang hendak melontarkan pertanyaan lagi, Nessa segera berbisik dan memberitahu hubungan keduanya pada putrinya.

Winda tampak mengangguk mengerti. Tak ayal dia menerima jabatan tangan Elyana dan memperkenalkan diri.

"Aku Winda adik Ka Edwin. Senang berkenalan denganmu."

"Benarkah kamu akan membantu kami? Tapi nanti gaunmu—" belum sempat Winda menyelesaikan kalimatnya Elyana segera menyela dengan mengibaskan kedua tangannya di depan.

"Ngga papa, aku biasa kok membantu pekerjaan di rumah, iya kan ka?" ucapnya memina dukungan pada Reina.

"Tentu saja, Elyana itu gadis yang cekatan makanya keluarga kami sangat bersyukur menerima dia—" puji Reina berlebihan.

Elyana bahkan menganga tak percaya jika Reina bahkan mau ikut memainkan drama yang jelas-jelas ia lakukan untuk menarik simpati keluarga Edwin.

Dia ini benar-benar bodoh ternyata, tapi syukurlah.

Edwin pun sama terkejutnya. Bukankah selama ini Reina selalu mengeluhkan sikap Elyana dan ibunya yang selalu merundungnya di rumah? Lalu kenapa kali ini dia bahkan memuji gadis itu?

Tak tahukah Reina jika gadis itu tengah mencari simpati keluarganya?

"Ah syukurlah, makin banyak yang membantu maka semakin mudah pekerjaan itu terselesaikan bukan?" sambar Winda lagi.

"Emmm ... Hanya Elyana yang akan membantu kalian, aku ingin menikmati pesta seperti tamu undangan lain," jawab Reina tenang.

"Hah apa? Bagaimana bisa?" pekik Winda tak percaya.

Benar firasat Reina. Dirinya memang bodoh dan terlalu menutup mata atas sikap semena-mena keluarga Edwin.

Lihat saja bagaimana Winda terkejut bukan main saat dirinya untuk pertama kali menolak membantu mereka sebagai pelayan gratisan.

Winda lantas menatap sang ibu, dirinya bingung kenapa gadis yang menjadi kekasih kakaknya itu tiba-tiba berubah sedrastis ini.

Biasanya tanpa banyak kata gadis itu akan segera bergerak membantu pekerjaan rumah mereka. Bahkan Reina terlihat sangat bersyukur dan menganggap jika cara itu bisa menyenangkan mereka.

Mereka memang senang, tapi dalam hati juga menganggap Reina bodoh, karena merasa mereka sangat bersyukur karena bantuannya.

"Benar, sebaiknya kamu ajak Elyana aja. Reina mau aku kenalkan ke keluarga kami—"

"Hah apa?" pekik Elyana tak percaya.

Jadi, dia ditinggalkan seorang diri dan mereka menghabiskan waktu berdua?

Elyana geram bukan main, ternyata ia salah strategi. Dia tengah memutar otak untuk menghindar, tapi belum sempat melakukan protes, tangannya sudah di tarik menjauh oleh Winda.

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!