Menikah Dengan Suami Sahabat Karena Dijebak
Pagi di hari pernikahannya, Arnita mendapati dirinya tak hanya tidur sendiri. Karena di kamarnya yang sudah dihias khas kamar seorang pengantin, ada seorang pria yang sampai mendekapnya dan juga sama-sama tak berbusana layaknya dirinya. Lebih fatalnya lagi, Pria itu bukan Juan—calon suami Arnita, melainkan Restu yang tak lain suami dari Azelia, sahabat Arnita!
Jantung Arnita langsung berdetak sangat kencang selain tubuh wanita cantik itu yang langsung gemetaran hebat. Arnita benar-benar takut, pikirannya campur aduk.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa keadaan mendadak seperti itu padahal yang Arnita ingat, kemarin malam dirinya hanya tidur sendiri dan itu pun masih memakai pakaian lengkap?
Susah payah Arnita menguasai diri, mencoba bangkit dari kenyataan yang ia harapkan hanya mimpi bu-ruk. Mimpi bu-ruk yang juga tetap akan terasa menyakitkan lantaran biar bagaimanapun, Restu merupakan suami Azelia. Sayangnya, rasa nyeri luar biasa dari pangkal pahanya selaku keberadaan pusat kewanitaannya, menampar Arnita dengan kenyataan, bahwa dirinya benar-benar tidak sedang bermimpi. Karena bahkan, Arnita sudah kehilangan kesuciannya sebagai wanita, dan itu ia lakukan bersama suami sahabatnya, tanpa ia sadari!
Ya Tuhan, ... cobaan apa lagi, ini? Di hari pernikahanku, kenapa malah begini? Batin Arnita yang langsung ingin mati saja daripada ia malah menjadi peng-hancur rumah tangga sahabatnya. Belum lagi jika ia memikirkan Juan, rencana pernikahan mereka, dan tentunya keluarga besar mereka.
Apa yang Arnita alami sekarang tak ubahnya mala petaka. Aib! Itu sebabnya Arnita lebih memilih mati daripada hidup dan otomatis akan membuatnya mendapatkan banyak kecaman.
Di saat Arnita yang akhirnya berhasil duduk sembari menahan sakit di pangkal pahanya selaku pusat kewanitaannya masih kalang kabut, seseorang justru mencoba membuka pintu kamarnya. Naasnya, perlahan tapi pasti, pintu berwarna putih itu akhirnya benar-benar terbuka! Hati Arnita menjerit, meronta-ronta menolak kenyataan ada orang lain yang melihatnya dalam keadaan seperti sekarang.
Ya Tuhan, lebih baik cabut nyawaku. Matikan saja aku kalau keadaannya malah begini! Batin Arnita.
Deg! Jantung Arnita seolah jatuh dari posisinya detik itu juga. Itu Juan. Orang yang membuka pintu kamarnya benar-benar Juan calon suaminya. Anehnya, kenapa pintu kamar yang Arnita yakini sudah Arnita kunci, juga tak lagi terkunci?
Langit kehidupan seorang Arnita langsung runtuh detik itu juga bersama kehancuran yang wanita itu rasakan. Kehancuran yang rasanya teramat menyiksa.
Arnita membatu, tak sanggup menatap Juan yang terlihat begitu syok memergokinya. Tuhan, apakah aku sekuat ini? Siapa yang dengan keji membuatku ada dalam posisi seperti ini? Kejam sekali .... Dalam hatinya Arnita tak hentinya menjerit. Ia masih sibuk meronta-ronta walau pada kenyataannya, mulutnya bungkam seribu bahasa.
“Ya ampun Mbak Nita! Astafirullooooh!” jerit Sita, adik tiri Arnita yang kebetulan datang di belakang Juan.
Detik itu juga Restu yang awalnya masih pulas, menjadi terbangun karena seruan Sita benar-benar kencang. Seruan yang juga sukses mengundang orang rumah termasuk sanak-saudara sekaligus tetangga yang akan menjadi saksi pernikahan Arnita dan Juan. Mereka berdatangan silih berganti, menyaksikan apa yang terjadi. Arnita dan Restu mendadak menjadi artis. Artis mak-siat.
Arnita sungguh tak bisa menjelaskan perasaannya sekarang. Yang jelas, siapa pun yang telah membuatnya berada dalam keadaan sekarang, orang itu benar-benar kejam. Bisa-bisanya memfitnahnya di hari pernikahannya dan itu dengan suami dari sahabatnya.
Tak ada yang tidak tercengang termasuk Restu yang akhirnya berhasil duduk. Juan yang tampak sangat marah langsung mendekat, melayangkan bogemnya kepada Restu yang belum sepenuhnya sadar.
Sementara yang terjadi dengan Arnita, wanita itu hanya diam dan memang tak bisa berbuat apa-apa lagi selain itu. Nasi sudah menjadi lebih dari bubur. Arnita tak semata tidur dengan Restu suami sahabatnya sendiri. Sebab ia juga sadar, mahkota kegadisannya sudah turut hilang. Menyisakan rasa nyeri sekaligus sakit di setiap kedua kakinya bergerak berlebihan.
Suara tangis ibu Misya mamah tiri Arnita, terdengar meraung-raung. Keributan pun tak terelakkan bahkan Restu sudah diseret keluar sembari terus diha-jar oleh Juan. Juan melakukannya tanpa memberi Restu kesempatan untuk menutupi tubuhnya menggunakan pakaian lebih dulu.
Ibu Misya yang sudah sampai di sebelah Arnita langsung menga-muk. Ibu Misya tak hentinya memukuli sekaligus menjambak Arnita yang masih menutupi rapat-rapat tubuh polosnya menggunakan selimut. Arnita melakukannya di tengah keadaan Arnita yang sangat berantakan.
“Aku ... aku memang tidak bisa menjelaskan, tapi aku yakin, aku dijebak, Bu!” Arnita berusaha menjelaskan sekaligus membela diri karena pada kenyataannya, ia sungguh tidak tahu kenapa ia dan Restu sampai ada dalam keadaan seperti sekarang. Namun Arnita sadar, apa yang mereka lihat jauh lebih membuat mereka percaya. Mereka tidak membutuhkan penjelasan lain bahkan meski itu kebenaran yang sebenarnya terjadi.
Beberapa saat kemudian, bersama Restu, Arnita diarak ke hadapan banyak orang. Di sana tidak hanya ada pihak keluarga Arnita. Karena keluarga Juan dan juga tetangga terdekat juga sudah berdatangan mengingat acara ijab kabul memang akan segera dimulai. Beruntung, Arnita dan Restu sudah memakai pakaian meski penampilan mereka masih sangat berantakan. Rambut panjang Arnita masih awut-awutan. Wajah cantiknya tampak miris karena penuh lebam sekaligus bekas cakar. Sedangkan yang terjadi pada Restu, jangan tanyakan lagi karena wajah pria itu sudah sampai babak belur. Bibir bawah sebelah kanan Restu sampai berdarah oleh amukan Juan dan kakak-kakaknya.
Dalam diamnya, Arnita yang sadar dirinya akan langsung disidang di hadapan semuanya yakin, tak beda dengannya, Restu juga korban. Hanya saja yang membuat Arnita tak habis pikir, kenapa harus Restu, bukan laki-laki lain saja? Kenapa semuanya benar-benar seolah direncanakan untuk mempermalukannya dan juga menghancurkan pernikahannya dengan Juan?
“Sudah, dinikahkan saja biar mereka puas! Biar mereka bisa kawin sepuasnya tanpa harus berzi-na dan membuat aib keluarga bahkan warga!” kesal ibu Arimbi, mamah Juan.
Dari semuanya, pihak Juan apalagi orang tuanya memang menjadi pihak yang paling tidak bisa menerima. Mereka merasa sangat dirugikan. Apalagi pak Imron selaku bapak Juan, merupakan seorang kades. Fatalnya, sebagian aparat desa juga sudah berdatangan untuk menjadi saksi pernikahan Juan dan Arnita.
Bisa dipastikan, apa yang menimpa Arnita dan Restu sudah langsung viral. Diunggah ke grup WA desa, atau malah sudah langsung ke sosial media. Arnita dan Restu benar-benar sudah tidak memiliki harga diri.
“Saya memang akan menikahi Arnita, tapi bukan berarti saya akan membiarkan ini. Semalam, alasan saya ke sini karena saya mengantarkan pesanan kue Arnita yang dipesan kepada istri saya. Selebihnya saya masih ingat, saya dipak-sa duduk menunggu di ruang keluarga oleh ibu Misya selagi biliau mengecek setiap pesanan kue. Namun saya juga masih sangat ingat, setelah saya meminum teh manis hangat pemberian adik Nita, setelah itu kepala saya terasa sangat pusing. Rasanya sangat aneh, dan setelah itu ... saya beneran enggak ingat apa pun termasuk apa yang terjadi hingga keadaan jadi seperti ini!” ucap Restu.
Restu berucap sangat tertata, tegas bahkan terdengar bijak. Orang-orang termasuk Arnita tahu, Restu suami Azelia merupakan orang kota dan kabarnya dari keluarga berada. Namun tentu saja, kenyataan tersebut tidak akan mengubah keadaan sekarang.
“Jadi, sekarang mau Mas bagaimana? Mas ingin mempermasalahkan ini ke ranah hukum? Itu tentu saja, tapi sebelum itu terjadi, bereskan dulu urusan ini. Mas harus menikahi Arnita setelah apa yang kalian lakukan. Tak semata karena apa yang kalian lakukan sudah menciderai kami sekeluarga, tetapi juga agar hal semacam ini tidak terulang. Ibaratnya efek jera karena jangan sampai, ada yang ikut-ikutan karena apa yang kalian lakukan sudah menyalahi norma. Apalagi selain Mas sudah punya istri, harusnya hari ini bahkan sekarang juga, Nita menikah dengan Juan.” Pak Imron selaku kades sekaligus mantan calon bapak mertua Arnita, berucap dengan setenang mungkin. Ia yang memimpin sidang dadakan di sana, mewakili suara masyarakat sekaligus keluarganya.
“Denda! Aku beneran enggak terima, di hari pernikahanku, aku malah dipermalukan seperti ini!” tegas Juan yang berdiri di belakang Arnita dan Restu yang duduk bersebelahan.
Juan yang sudah memakai setelan jas hitam lengkap dengan dasi, benar-benar tidak bisa terima. Pria itu selalu ingin menga-muk, meluapkan kekecewaan sekaligus kekesalannya.
“Baik!” sanggup Restu yang kemudian menghela napas dalam, seiring ia yang menunduk. Ibaratnya, sudah jatuh, tertimpa tangga, bahkan ia juga sampai tertindih beton.
“Namun jika setelah ini kami benar-benar terbukti hanya dijebak, tolong kembalikan nama baik kami!” tegas Arnita. Suara lembutnya terdengar gemetaran, yang mana sampai detik ini, air matanya terus berlinang. Terlepas dari semuanya, ia memilih tetap menunduk. Walau ketika suara Azelia terdengar menyapa dari belakang, Arnita mendadak linglung. Arnita benar-benar bingung.
“Ini ada apa? Mas, kamu kenapa? Kenapa kamu babak belur begini?” tanya Azelia yang sudah ada di sebelah Restu.
Bukan hanya Arnita yang tak sanggup menghadapi Azelia. Sebab Restu jauh lebih dari itu apalagi sebelumnya, hubungan Restu dengan sang istri baik-baik saja. Terbukti, alasan Restu malam-malam mau mengantar kue pesanan Arnita, tak lain karena Restu diminta Azelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Memyr 67
ouuu emak tiri sama anaknya yg semuanya bego itu, coba main main? ambil jalan lurus ke penjara.
2024-11-01
0
Wuri Wuryati Tie
sepertinya ini kerjaan ibu tiri dan adik tiri nya
2024-10-09
1
T Hajra
penasaran sih
2024-04-23
0