PENJAGA KUIL NAGA

Lemon mengeluarkan Telponya dari dalam saku, dan memencet tombol panggilan "Halo Tuan, Mohon maaf, saya adalah Kenji kepala pengurus rumah keluarag Chandra, saya terpaksa menelpon Tuan, karna hari sudah menjelang sore?".

Suara kenji dibalik telpon berkata dengan hormat.

"Waduuh"...!!

Sambil memukul jidaknya, "Maafkan saya, sepertinya saya tida bisa datang, karna tiba-tiba tadi pagi saya kembali ke Desa, karna ibuku sedang sakit".

Lemon berkata dengan rasa bersalah. Kenji menjawab "Tidak masalah Tuan, hal itu juga sangat penting, mengingat keselamatan ibunya Tuan".

"Baiklah, saya besok kembali kekota, kalau saya sudah sampai pasti saya langsung kerumah pak chandra!" Lemon berkat dengan jujur.

"Baik Tuan, kami menunggu kabar dari anda!". Selesai berkata sambungan teleponpun terputus.

Tak terasa Lemon sudah sampai dihalaman rumahnya.

Dengan memikul barang-barang belanjaannya, dia terlihat ngos-ngosan karena kecapean, keringat bercucuran dari keningnya.

Setelah dia sampai didalam Rumah, Ayahnya sedang memberi pakan Ayam dibelakang rumah, sedangkan ibunya sedang sibuk memasak.

"Ayah, Ibu".. !!

Lemon berteriak memanggil kedua orangtuanya.

Ibunya yang mendengar suara Lemon, bergegas berlari kedepan untuk melihat, dia terkejut ketika melihat lemon membawa banyak barang bawaan. "Kenapa kamu banyak sekali barang bawaan" Ibunya bertanya sambil membantu Lemon menurunkan barang-barang bawaannya.

"Saya sengaja belanja banyak bu, supaya Ayah dan Ibu untuk sementara waktu tidak pergi kepasar, karna Jarak kepasar kan lumayan Jauh!". Lemon berkata sambil menyeka keringat didahinya.

"Hem.. Ayah dan Ibumu ini sudah terbiasa berjalan mondar-mandir kepasar, jadi tidak perlu kamu khawatirkan hal itu". Ibu Meti berjalan sambil memberikan Segelas Air Putih kepada Lemon.

"Itu kan dulu bu? Sewaktu Ayah dan Ibu Masih Muda, sekarang Ayah dan Ibu sudah Mulai Tua, Jadi sebaiknya kalian jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan berat!".

Dikediaman Patriak Chandra, Kenji berjalan Menuju Aula besar, didalam Aula Rumah Pak Restu Chandra, Istrinya dan Anaknya Dewi, dan beberapa Penatua Keluarga lainnya.

Sedang menunggu Kabar tentang Lemon yang akan datang.

Terlihat Kenji sedang berjalan dari pintu Masuk Aula, ditanganya menggegam Handphonenya.

Kenji membungkuk hormat "Tuan Patriak, saya sudah menghubungi Tuan Lemon, Tuan Lemon berkata dia sedang berada diDesa untuk mengobati Penyakit ibunya, kalau besok dia pulang, Tuan Lemon langsung datang kemari". Kenji berkata pelan kepada Restu Chandra.

"Hem.. Tidak jadi masalah, kita tunggu saja sampai besok, Tuan Lemon memang benar-benar sibuk kali ini" Restu Chandra mengibaskan tanganya kearah Kenji.

Selesai berkata Kenji langsung berbalik pergi.

Disisi lain Dewi yang penasaran bertanya-tanya dalam hati "Hari ini Lemon tidak Masuk kuliah, sekarang Tuan Lemon yang ingin memeriksa ibuku dia juga tidak bisa datang?

Siapa Sebenarnya Tuan Lemon ini? Sepertinya orang ini Misterius!".

Lemon dan Kedua orang tuanya setelah selesai makan malam, mereka semua berkumpul diruang tamu.

Lemon mengambil segelas Air Racikan Obat dari Tungku, kemudian memberikannya kepada ibunya untuk diminum.

"Bu, ibu harus habiskan Air yang ada ditungku obat, maka penyakit ibu sepenuhnya sembuh dan kekuatan ibu pulih kembali".

Lemon berkata sambil memeluk ibunya. "Baik Nak, ibu pasti menghabiskannya" Meti berkata sambil mengelus punggung anaknya.

Beberapa menit kemudian keheningan menyelimuti mereka bertiga.

Meti tiba-tiba bersuara membuka keheningan "Nak, sebenarnya ada yang mau kami sampaikan padamu, makanya kami inginkan kamu pulang kerumah" Ibu Meti berkata dengan kesedihan terpancar diwajahya.

Lemon hanya bisa menganggukan kepalanya mendengar ibunya berkata. "Nak, mungkin waktunya kamu tahu segalanya, sebenarnya"...

Belum selesai berkata Ibu Meti terbatuk-batuk "Uhuk Uhuk".

Lemon yang duduk disamping ibunya, dengan lembut memapah ibunya sambil berkata "Ibu jangan terlalu keras-keras bicaranya, nanti penyakit ibu kambuh lagi".

Ibu Meti mengangkat tangannya dan berkata "Tidak apa-apa Nak, ibu tidak masalah".

Kemudian Ibu Meti melanjutkan dengan menggertakan giginya: " Sebenarnya Ayah dan Ibu, bukan, bukan orang Tua Kandungmu!".

Mendengar kata-kata Bu Meti, Jantung Lemon berdetak kencang tak berirama, dia sangat terkejut wajahnya Terlihat pucat, penglihatannya seakan Kabur, namun dia tetap tegar mendegarkan Penjelasan ibunya.

Jelas dia tidak bisa menerima kenyataan ini, bahwa dia bukan anak Kandung dari Pak Yosa dan Ibu Meti.

Ibu Meti Menceritakan awal mereka menemukan Lemon. '20 Tahun yang lalu, Malam itu ketika Hujan Lebat turun, tiba-tiba Pintu Rumah Mereka digedor-gedor dari luar, kemudian Pak Yosa dan Ibu Meti membukakan pintu itu, namun tidak ada siapapun disana, yang ada dipintu hanyalah keranjang Bayi dan didalam keranjang itu ada Bayi Mungil yang imut.

Itu adalah Lemon yang sekarang sudah beranjak Dewasa'. "Jadi begitulah ceritanya, kami berharap setelah kamu mendengar kebenaran ini, kamu yang membuat keputusanmu sendiri.

Ayah dan Ibu kami berdua bersedia jika kamu pergi mencari orang tua Kandungmu".

Setelah berkata Meti mengeluarkan sebuah Kotak dan memberikannya kepada Lemon. "Ibu temukan Kotak ini didalam Keranjang Bayi bersamamu, ibu juga tidak pernah membuka Kotak ini jadi Ibu tidak tahu apa isinya".

Ketika melihat Kotak itu, Tiba-tiba Lemon terkejut, karena Kotak itu sama persis seperti kotak yang diberikan Elisama kepadanya sewaktu di Pinggir Sungai.

Namun Kotak itu masih belum dia buka karna Lemon berpikir masih belum Waktunya.

Lemon menerima kotak itu dari ibunya kemudian dia berkata: "Ayah dan Ibu jangan Khawatir, Ayah dan Ibu tetaplah Orang Tuaku sampai kapanpun, dan saya tidak akan berniat mencari orang tua kandungku".