Quinevere King Neutron, putri Nathan Ace Neutron bersama dengan Clementine Elouise King, kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis dengan kepribadian yang kuat. Tak hanya menjadi putri seorang mantan mafia, tapi ia juga menjadi cucu angkat dari mafia bernama Bone. Hidup yang lebih dari cukup, tak membuatnya sombong, justru ia hidup mandiri dengan menyembunyikan asal usulnya. Quin tak pernah takut apapun karena ia sudah banyak belajar dari pengalaman kedua orang tuanya. Ia tak ingin menjadi pribadi yang lemah, apalagi lemah hanya karena cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MIRIP
Untuk kesekian kalinya, Quin menemukan kesalahan dalam laporan yang ia periksa. Quin menghela nafasnya pelan sambil membolak-balik beberapa kertas dan tak lula ia memberi tanda. Ia semakin yakin ada permainan di perusahaan tersebut yang Grandpa Bone tak ketahui.
“Apa selama ini mereka sudah memperdaya Grandpa?” gumam Quin.
Baru saja ia mau memanggil Eva, pintu ruangannya diketuk dari luar. Quin mendengar suara Eva yang meminta ijinnya untuk masuk.
“Masuklah, Va. Ada apa?” tanya Quin langsung pada intinya.
“Ini laporan mingguan dari divisi pemasaran dan divisi gudang.”
“Letakkan saja di sana, Va. Terima kasih,” kata Quin.
“Anda tak ingin langsung menandatanganinya, Nona? Biasanya Tuan Bone langsung menandatanganinya karena mereka membutuhkan kembali laporan itu sebagai acuan kerja mereka minggu depan,” kata Eva yang seakan memaksa Quin.
“Aku bukan Tuan Bone, Va. Jadi aku akan memeriksa terlebih dahulu semua laporan itu. Jika memang mereka menginginkan laporan tersebut untuk acuan, mereka hanya perlu mencetaknya lagi, bukan begitu?” jawab Quin.
Eva pun terdiam dan tak dapat membalas ucapan Quin. Ia hanya bisa menahan rasa kesalnya karena lagi-lagi ia akan kembali gagal memenuhi permintaan seseorang, dan membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan sejumlah uang.
“Baik, Nona. Aku akan mengatakannya pada mereka. Permisi,” Eva pun akhirnya keluar dari ruangan.
Biasanya Quin tak penuh dengan rasa ingin tahu lebih, tapi ia merasa sikap Eva pun terlihat janggal. Pada akhirnya ia mengeluarkan sebuah laptop yang berada di brankar khusus yang ada di samping meja kerjanya. Ia menyalakannya lalu membuka rekaman CCTV yang berada di luar ruang kerjanya.
Tak ada yang mengetahui tentang CCTV tersebut karena Quin memasangnya pada malam hari, saat ia mulai bekerja. Ntah mengapa perasaannya tak enak serta tak nyaman ketika pertama kali memasuki Perusahaan Bone, apalagi ketika ia merasa ada yang memperhatikan dan mengawasinya.
Quin mengepalkan tangannya saat melihat rekaman CCTV, bahwa seorang pria tengah memberikan pada Eva sejumlah uang, bahkan pria itu juga menggoda Eva dan sekretarisnya itu tampak nyaman dengan hal itu.
Jadi begini cara kerja kalian? - batin Quin.
Ia langsung mengambil laporan pemasaran dan laporan gudang. Ia akan melihat sekilas laporan yang mereka siapkan untuknya. Quin kembali tersenyum tipis saat melihatnya, kemudian menggelengkan kepalanya.
“Mereka benar-benar luar biasa. Tak hanya penjualan dan keuangan yang mereka mainkan, bahkan stock gudang pun tak luput dari permainan mereka,” gumam Quin.
***
Bone, seorang yang serius dalam setiap pertemuan dengan rekan bisnisnya, kini melamun. Ia baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan CEO DG Coorp. Seorang pria yang ia yakini masih sangat muda, terlihat begitu cakap dan juga cerdas, disiplin serta memiliki pandangan yang luar mengenai proyek yang ia tawarkan.
Bahkan sepanjang pertemuan tadi, Bone terus saja menatap dan menelisik pria itu. Ia mengenal wajah itu, wajah yang begitu mirip dengan putranya, Rocco. Apakah Rocco pernah menabur benih di luar sana hingga menghasilkan seorang anak? Demikian pikir Bone sejak tadi.
Bone sampai bingung dengan dirinya sendiri karena tak konsentrasi mendengar penjelasan Fox dan Steve mengenai rencana kerja sama yang mereka tawarkan.
“Aku harus mencari tahu. Jika sampai itu memang anak Rocco, maka dia adalah cucuku. Aku tak maumembiarkan cucuku di luar sana tanpa mendapat pengakuanku,” gumam Bone.
Tak dapat dipungkiri, Bone memiliki harapan yang sangat besar. Hidup seorang diri saat ini membuatnya kesepian, apalagi jika tak ada Keluarga Neutron, terutama Quin, yang memeriahkan hari-harinya.
Bone mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang, “periksa semua hal tentang DG Coorp, terutama CEO mereka. Jangan sampai ada satu pun yang terlewat.”
***
Beberapa hari kemudian,
“Va, siapkan meeting dengan semua kepala divisi,” perintah Quin.
“Apa laporan-laporannya sudah ditanda-tangani, Nona?” tanya Eva.
Laporan lagi, laporan lagi, sepertinya laporan itu begitu berharga di matamu, Va. Apa itu bernilai tinggi jika aku menanda-tanganinya? - batin Quin yang tak habis pikir, apalagi setelah melihat bagaimana Eva adalah wanita yang dengan mudahnya disuap, tanpa memikirkan loyalitas pada Grandpa Bone yang sudah memberinya pekerjaan.
“Belum, tapi aku akan menanda-tanganinya setelah meeting selesai,” ujar Quin.
Eva yang mendengar itu tanpa sadar tersenyum dan hal itu tak luput dari perhatian Quin. Eva pun bergegas keluar dari ruang kerja Quin, lalu mengambil ponselnya. Ia ingin memberitahukan berita ini pada seseorang.
Sementara itu Quin juga mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang yang harus datang di meeting tersebut untuk mengetahui semuanya, apa yang sebenarnya terjadi selama ini di perusahaan.
Setelah selesai, Quin mematikan sambungan ponselnya kemudian merapikan beberapa berkas. Ia sedikit menunduk untuk mengambil laptop yang berada di brankas khusus, yang akan ia bawa ke ruang meeting.
“Va …,” Quin menautkan kedua alisnya saat ia tak melihat keberadaan Eva di mejanya, ia menghela nafasnya pelan.
Sekretarisnya itu sepertinya lebih sering berada di ruangan lain dari pada di meja kerja-nya sendiri, padahal meeting akan segera dimulai. Ia punmelangkah dengan tegap dan percaya diri menuju ke arah ruang meeting.
Sementara itu di dalam mobil,
Bone memegang sebuah tablet yang menampilkan sosok seorang Arden Fox Diggory, pria yang merupakan CEO DG Coorp.
“Orang tua-nya bernama Paul Diggory dan Julie Moonstone.”
“Moonstone?” tanya Bone menegaskan.
“Ya, Julie Moonstone, komisaris Perusahaan Moon dan Paul Diggory, suaminya merupakan CEO dari perusahaan tersebut.”
Bone menggeser foto Fox dan matanya membulat saat melihat sosok Paul yang ada di dalam foto tersebut.
Rocco? Mengapa dia mirip dengan putraku? Walaupun tidak persis sama, tapi mereka berdua sangat mirip. - batin Bone.
“Tuan Arden Fox Diggory merupakan cucu Tuan Smith Diggory, pemilik DG Coorp. Istrinya adalah Stella Diggory.”
“Stella?”
Bone kembali menggeser foto pada tablet yang ia pegang, hingga menampakkan sosok Smith dan Stella Diggory.
Kamu benar-benar Stella? - batin Bone.
Ada rasa sesak di dalam hatinya kala mengingat semua hal tentang Stella, istri yang pernah ia acuhkan karena ia begitu sibuk dengan usahanya. Bahkan, ia juga tahu bagaimana orang tuanya mengancam Stella, hingga wanita itu akhirnya pergi darinya.
🌹🌹🌹