Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Menemui Rinda
Seperti yang Rinda katakan, kedatangan Keenan sudah ditunggu oleh mama Ana dan Papa Heru. Pria itu langsung disambut begitu dia tiba di depan pintu utama.
"Ayo masuk Nak Keenan," ucap mama Ana sambil mempersilakan dengan tangan.
Kedua orang tua Dita sangat baik, Keenan akui itu. Sayang anaknya bukan gadis baik-baik. Keenan sebenarnya ingin langsung bicara mengenai tujuannya mengunjungi keluarga Heru. Tapi dia tidak bisa menyela papa Heru yang mengajaknya mengobrol masalah yang lain.
Tidak terlalu buruk, papa Heru orang yang enak untuk diajak bicara. Pengetahuan pria paruh baya itu cukup luas, dan tidak terasa sudah hampir satu jam Keenan berada di kediaman keluarga Heru.
Terlalu asik bicara, Keenan jadi lupa dengan tujuannya mengunjungi keluarga Heru. Dia juga tidak mencari Dita. Karena tahu, gadis itu tidak berada di rumah. Sampai akhirnya mama Ana menyela percakapan antara Keenan dan papa Heru.
"Nak Keenan, mama Nak Keenan bilang sama Tante. Nak Keenan mengunjungi kami, karena ingin membicarakan pernikahan dengan Dita."
Mama Ana menyela karena sudah tidak sabar membahas pernikahan putrinya. Tapi Keenan justru terkejut dengan penjelasan teman ibunya itu. Dia tidak pernah bicara seperti itu dengan ibunya.
Sebenarnya kedatangan Keenan ke Bandung untuk urusan pekerjaan. Dia akan mengunjungi kantor cabang Bandung, menilai langsung asisten yang nama-namanya dikirimkan padanya.
Karena tahu Keenan akan ke Bandung, mama Mitha meminta dia mengunjungi keluarga Heru. Keenan setuju dengan permintaan mama Mitha untuk mengunjungi keluarga Heru. Bukan untuk membicarakan pernikahan, seperti yang mama Ana katakan, melainkan dia ingin membatalkan perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Lebih tepatnya oleh mama Mitha dan mama Ana.
"Sebentar, Tante telepon Dita dulu. Dia menginap di tempat sahabatnya sejak kecil. Itu, di seberang sana." Mama Ana kembali bicara sambil menunjuk kediaman ayah Riza.
Keenan hanya mengangguk. Dalam hatinya merasa kasihan pada wanita paruh baya itu. Jelas sekali kalau Dita membohongi kedua orang tuanya. Sekarang Keenan tahu, pesan siapa yang tadi masuk ke smartphone milik Rinda. Pesan yang Rinda abaikan.
***
Danis dan Dita tiba di depan kediaman ayah Riza. Dita yang meminta Danis menurunkannya di sana. Karena dia ingin menemui Rinda sebelum pulang menemui Keenan dan kedua orang tuanya.
Belum juga dia mengetuk pintu kediaman keluarga Riza, smartphone miliknya kembali berdering. Dita membatalkan niatnya untuk bicara dengan Dita. Dia pun menerima panggilan masuk dari mama Ana. "Iya Ma," ucap Dita.
"Kamu di mana Dit?" tanya mama Ana.
Dita merubah panggilan suaranya dengan video call. Tujuannya agar mama Ana melihat sendiri, dia berada di kediaman ayah Riza. Dengan begitu mama Ana bisa percaya, dia kemarin malam menumpang tidur di kamar Rinda.
"Kan Dita sudah bilang, Dita menginap tempat ayah. Ini Dita baru keluar dari rumah ayah." Dita bicara sambil memperlihatkan kediaman keluarga Riza.
"Keenan sudah di rumah," ucap mama Ana.
"Iya. Ini Dita sudah mau pulang," balas Dita. Lalu menutup panggilannya dengan mama Ana.
Dita tidak langsung pulang. Dia menghampiri Danis yang masih menunggunya di dalam mobil. Padahal Dita sudah minta Danis untuk segera meninggalkan nya.
"Aku pulang dulu," ucap Dita. Danis mengangguk.
"Kamu langsung pulang. Tidak perlu menemui Rinda, karena aku sudah meminta dia untuk ke rumah papa." Dita memberikan peringatan.
"Iya, aku ingat pesan kamu. Sekarang cepat masuk! Orang tua kamu pasti sudah menunggu," ucap Danis. "Dan calon suami kamu," ucap Danis dalam hati.
Dita berjalan pulang ke kediaman orang tuanya, setelah Danis selesai bicara. Baik Dita maupun Danis tidak menyadari, jika dari kediaman keluarga Riza, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari balik jendela.
Setelah memberikan cheese cake Ardian, Dita masuk ke kamarnya. Sebenarnya dia ingin mempersiapkan diri untuk wawancara besok, di perusahaan tempat dia bekerja. Namun suara mesin mobil yang dia kenal terdengar di telinganya. Rinda pun melihat apa yang Danis dan Dita lakukan di luar sana.
"Kamu lihat apa Rin?"
Pertanyaan bunda Nara membuat Rinda tersentak. Dia tidak mendengar bundanya itu mengetuk pintu kamarnya. Rinda baru saja akan berbalik, karena melihat Danis masuk ke halaman rumah orang tuanya. Tapi bunda Nara sudah lebih dulu berada di ambang pintu kamarnya yang terbuka.
"Ada Danis di bawah," jawab Rinda.
"Mungkin dia mau minta maaf, karena tadi malam tidak datang ke cafe." Ucap bunda Nara, menanggapi penjelasan putrinya.
Rinda tidak menjawab. Bunda Nara mungkin benar, Danis ingin minta maaf. Rinda mungkin akan memaafkan, tergantung bagaimana pria itu menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Akan tetapi, Rinda tidak bisa menerima Danis lagi. Rinda akan mengakhiri hubungan mereka hari ini juga. Kebetulan sekali, Rinda belum menjawab tawaran perusahaan tempat dia bekerja untuk pindah ke kantor pusat. Karena besok dia masih harus wawancara.
Rinda berharap dia diterima pindah ke kantor pusat. Dengan begitu dia punya alasan untuk mengakhiri hubungannya dengan Danis. Karena Rinda tidak suka hubungan jarak jauh. Dekat saja pria itu selingkuh, apa lagi mereka tinggal di kota yang berbeda.
"Biar Bunda yang bukakan pintu," ucap bunda Nara lagi. Bunda Nara turun ke lantai satu. Dia segera membuka pintu, meskipun Danis belum mengetuk pintu rumahnya.
Danis terkejut melihat bunda Nara, begitu pintu rumah keluarga Riza terbuka. Dia belum mengetuk pintu, tapi sudah terbuka. Dan bunda Nara yang membukanya.
Setelah Dita hilang dibalik pintu pagar kediaman keluarga Heru, Danis turun dari mobil dan masuk ke halaman kediaman keluarga Riza. Dia mengabaikan pesan Dita. Danis tidak perduli Dita melarangnya. Dia akan mengunjungi kekasihnya, Dita tidak berhak melarang. Apalagi sudah hampir satu bulan ini, dia tidak pernah lagi berkunjung.
Danis menyesal mengabaikan Rinda demi Dita. Nyatanya hatinya tetap memilih Rinda, meskipun dia sudah mendapatkan sesuatu yang lebih dari Dita. Danis menganggap, satu bulan ini dia berpetualang. Dan puncaknya kemarin malam dan pagi ini.
"Laki-laki nakal sudah biasa, asal jangan gadis nakal," gumam Danis membela diri.
Gumamnya itu, mengingatkan Danis pada kendaraan milik Dita yang terparkir di basement hotel. Jangan sampai Rinda sama murahannya seperti Dita.
Seburuk-buruknya laki-laki, tentu dia ingin mendapatkan istri dari wanita baik-baik. Dita terlalu murahan. Bahkan Danis bukan yang pertama memasuki gadis itu. Danis baru menyadari hal itu setelah dia tidak melihat bercak darah. "Pantas saja bisa masuk dengan mudah," ucap Danis begitu menyadari bukan pertama kalinya bagi Dita.
Itulah letak penyesalan Danis, dia tergoda dengan gadis murahan. Harusnya Danis tahu itu. Mana ada gadis baik-baik merebut kekasih sahabatnya sendiri.
"Tante," ucap Danis gugup.
"Masuk! Tidak usah takut begitu," ucap bunda Nara.
"Rinda ada di rumah Tan?" Danis bertanya karena dia teringat mobil kekasihnya itu terparkir di basement hotel.
"Ada. Nanti Tante panggilkan," jawab bunda Nara.
Danis masuk dengan senyum senang diwajahnya. Rinda ternyata ada di rumah. Yang jadi pertanyaan Danis, mengapa mobil Rinda ada di hotel tempat dia dan Dita menginap?
"Ardi, lihat siapa yang datang?" ucap bunda Nara memangil cucunya itu.
Bunda Nara sengaja memanggil Ardi, bukan Rinda. Dia tahu, akhir-akhir ini hubungan Rinda dan Danis tidak baik-baik saja. Puncaknya kemarin malam. Rinda pulang dengan murung. Bunda Nara ingin memberi waktu pada putrinya untuk berpikir, sebelum menemui Danis.
"Om Danis!" Ardi memanggil Danis dengan penuh semangat. Sudah satu bulan ini mereka tidak bertemu. Biasanya satu minggu sekali, teman dekat maminya itu datang dan mengajaknya bermain.
"Mami bilang, Om sibuk kerja. Jadi Om tidak bisa main sama Ardi," ucap Ardian.
Danis merasa bersalah bukan hanya pada Rinda, tapi juga pada Ardian. "Iya Om sibuk. Maaf ya," balas Danis.
Danis tidak berani bertanya di mana Rinda. Dia pun menemani Ardian yang sedang menyantap cheese cake kesukaannya. Anak laki-laki itu makan sambil bercerita. Seperti biasa, Danis akan mendengarkan cerita Ardian. Bedanya, biasanya ada Rinda yang menemani.
Mendengar cerita Ardian, Danis akan berterima kasih pada Rinda. Kekasihnya itu tetap menjaga nama baiknya, padahal sudah sangat menyakitkan.
Siapa yang tidak sakit hati karena diabaikan. Siapa yang tidak sakit hati karena selalu dibohongi. Ada saja alasan Danis setiap kali dia membatalkan janjinya dengan Rinda. Padahal dia tahu, Rinda sangat tidak suka dibohongi.
Setelah lama berdiam diri di kamarnya, Rinda keluar untuk menemui Danis yang sedang bersama Ardian. Danis yang melihat Rinda, segera mendekati kekasihnya. Tidak ada senyum yang Rinda berikan untuknya seperti biasa. Wajah kekasihnya itu justru terlihat dingin.
Rinda mengabaikan Danis yang mendekatinya. Dia justru berjalan ketempat Ardi duduk. "Ardi main sama mbak dulu. Mami mau bicara dengan om," ucap Rinda.
Ardi anak yang baik dan penurut. Setiap kali Rinda memberi perintah, dia selalu patuh. Karena bagi Ardi, Rinda adalah ibu yang paling baik. Dan bunda Nara, adalah nenek terbaik.
"Maaf tidak memberi kabar, tidak bisa datang kemarin. Ada pekerjaan mendadak," ucap Danis menjelaskan, setelah Ardi meninggalkan mereka.
"Yang mendesak itu pekerjaan, atau ada kebutuhan lain yang mendesak," sahut Rinda.
lanjut ttp semangat thor💪 ceritanya bagus 👍