NovelToon NovelToon
Becoming A Poor Princess

Becoming A Poor Princess

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Tamat / Cinta Paksa / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Itha Sulfiana

Diana Steel yang baru saja menemukan sang tunangan bersama sahabat baiknya tengah berselingkuh, kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang hancur. Diperjalanan, seorang Nenek tua menawarinya membeli sebuah novel tua bersampul hijau yang terlihat aneh di mata Diana.

Karena desakan sang Nenek dan rasa kemanusiaan yang tinggi, akhirnya Diana pun membeli novel yang menurut Nenek adalah novel yang mampu merubah kehidupan Diana. Apakah Diana percaya? Tentu tidak. Namun, kenyataan lain menampar Diana selepas menuntaskan cerita novel itu dalam satu malam. Dipagi hari berikutnya, dia terbangun di tempat lain dengan identitas sebagai Putri Diana Emerald. Sosok gadis malang, yang terasing sejak kecil dan malah akan berakhir mati ditangan suaminya sendiri, yaitu Kaisar Ashlan.

Menyadari hidupnya diambang bahaya, Diana memutuskan untuk menciptakan alur yang baru untuk kisahnya sendiri. Dia akan membuat Kaisar Ashlan jatuh cinta terhadapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Otak udang

Posisi Diana kini bak terkepung segerombolan Hyena liar. Ketiga orang yang saat ini duduk berhadapan dengannya seolah sedang mengawasi kapan waktu Diana akan lengah dan mereka akan melompat menerkam. Pertahanan Diana tak dibiarkan kendor. Wanita cantik itu tak ingin memberi celah sedikitpun kepada ketiga orang licik tersebut untuk menyerangnya. Meski sendiri, ia tak akan kalah.

"Katakan! Kenapa kalian kemari?" Diana membuka percakapan dengan nada dingin.

Duke Hendrick tersenyum. Mata pria itu terselimuti aura licik yang luar biasa. Diana pun tahu bahwa Duke Hendrick adalah orang yang mengendalikan Ashlan selama ini. Memanfaatkan kesedihan dan kehilangan pria itu saat masih kecil untuk menjadikannya boneka yang patuh dan seolah tak berperasaan.

Berkedok sebagai sahabat sang Raja terdahulu, ia mengukuhkan posisinya di dekat Ashlan sebagai satu-satunya orang yang peduli terhadap kesedihan pria itu. Dan Ashlan, entah memang bodoh atau memiliki siasat tersendiri hingga harus menuruti setiap perkataan lelaki licik itu kapanpun.

"Yang Mulia, kedatangan kami kemari adalah untuk mendaftarkan putri kami, Verona Hendrick sebagai kandidat calon selir bagi Sang Kaisar."

Pernyataan dari Duke Hendrick membuat Diana melupakan cara bernafas untuk sesaat. Selir? Ia bahkan tak pernah mengira bahwa seorang Duke Hendrick mau menjadikan putrinya sebagai selir dari Ashlan.

"Yang Mulia?" Duke Hendrick menegur sang Ratu yang tak bereaksi apa-apa.

"Se-selir?" ulang Diana mencoba menyakinkan bahwa telinganya tak salah dengar.

Duke Hendrick mengangguk. "Ya, selir. Bukankah itu tugas Yang Mulia Ratu untuk mencari gadis-gadis bangsawan yang layak untuk dijadikan selir sang Kaisar?" Ia mengangkat kedua alisnya. "Atau, jangan-jangan Anda tidak tahu tugas-tugas Anda selama ini?" imbuhnya dengan ekspresi sinis merendahkan.

"Kenapa harus memanggilnya Ratu? Panggil Diana pun sudah cukup. Lagipula, dia disini hanya sebagai tawanan perang. Tidak lebih!" celetuk Duchess Levrina menyahuti ucapan suaminya.

Tatapan tajam dari Duke Hendrick menjadi jawaban untuk ucapan Duchess Levrina barusan. Tampaknya, lelaki itu kurang suka jika sang istri mencampuri percakapannya bersama Diana.

"Aku penasaran, sampai di titik mana perilaku kurang ajar Duchess terhadap saya." Diana tersenyum miring menatap Duchess Levrina. "Apa Duchess benar-benar berpikir bahwa stok kesabaran saya tidak akan habis? Terlepas dari desas-desus yang mengatakan bahwa saya hanyalah seorang tawanan perang, saya tetap Ratu di negeri ini. Dilantik secara sah bahkan dinikahkan langsung oleh pemimpin besar kuil agung."

"Kau berani mencela ucapan Bibimu?" Sudut bibir Duchess Levrina berkedut-kedut. Tatapan matanya memelototi Diana yang justru malah bersikap tak acuh.

"Bibi?" Diana tertawa kecil. "Duchess hanya anak tiri dari Kakekku. Anda bahkan masuk ke keluarga Ibuku karena Ibu dari Duchess-lah yang menjebak Kakekku untuk tidur bersama. Beruntung, Kakekku adalah orang baik sehingga beliau dengan senang hati memberikan gelar bangsawan kepada Anda agar orang-orang tidak menghina Anda lagi."

"Diana!" pekik Duchess Levrina dengan muka memerah.

"Ada apa?" tanya Diana. Perempuan cantik itu menatap Duchess Levrina tak gentar. "Kaget karena aku tahu mengenai masa lalu Anda?"

Duchess Levrina membuang muka. Ia tak sanggup bersitatap lebih lama dengan perempuan yang selama ini ia anggap begitu lemah. Entah kekuatan darimana, hingga sang keponakan menjadi begitu berani. Lebih parahnya lagi, Diana bahkan tahu mengenai masa lalu yang selama ini berusaha ia tutup rapat dihadapan semua orang.

"Jadi, Ibu...?" Verona terlihat syok. Ditatapnya sang Ibu yang hanya melengos dengan muka yang semakin merah. Hal yang selama ini ia tutupi akhirnya terbongkar juga dihadapan anak dan suaminya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Yang Mulia!" Meski terkejut mengetahui fakta bahwa istrinya bukanlah darah bangsawan asli melainkan hanya rakyat jelata biasa, Duke Hendrick tetap berusaha menjaga wibawanya. "Kita sedang membahas mengenai pengangkatan selir. Bukan tentang masa lalu istriku."

"Pemilihan selir hanya akan dilakukan jika sang Kaisar setuju, Tuan Duke!" jawab Diana.

Duke Hendrick mengangkat sebelah alisnya. "Tentu Kaisar akan setuju."

"Heh! Percaya diri sekali!" gumam Diana dalam hati.

"Apa Anda tidak tahu bahwa Verona adalah kandidat terkuat calon Ratu sebelum Anda?"

Sontak, Diana terperangah mendengar ucapan Duke Hendrick. Sementara, lelaki itu tampak puas menikmati raut terkejut Diana.

"Seandainya bukan kami yang menolak lamaran sang Kaisar, maka Anda mungkin masih terpenjara di kamar sempit di kerajaan Timur." Duke Hendrick menambahkan kalimat yang sukses membuat dada Diana bergemuruh.

"Bukan kalian yang menolak lamaran itu, tapi aku yang berubah pikiran," kata seseorang dengan lantang sesaat setelah pintu terbuka.

Semua mata kini tertuju kepada sosok pria tinggi tegap yang berjalan memasuki ruangan. Tak seperti biasa, Ashlan terlihat sendirian tanpa adanya Ksatria Bennett di sampingnya. Lelaki itu langsung menghampiri empat orang yang sedang berbicara serius itu.

"Yang Mulia!' Wajah Verona langsung berbinar kala melihat Ashlan. Perempuan itu langsung berdiri. Berjalan mendekati Ashlan lalu bergelayut manja di lengan Ashlan.

"Anda darimana saja? Saya sudah mencari-cari Anda sejak tadi," cetusnya dengan nada manja.

Diana membuang pandang dari adegan yang mendadak membuat perutnya mual itu. Ia bahkan serasa ingin muntah namun mulutnya berusaha ia tutup agar tak dilihat orang.

"Tolong lepaskan!" pinta Ashlan tegas sembari melepaskan pelukan tangan Verona dari lengannya. Perhatian lelaki itu sedari tadi hanya tertuju pada Sang Ratu.

"Ratu!" panggilnya kemudian mengambil tempat duduk di sisi sang istri.

"Ya, ada apa?" tanya Diana sambil berusaha mengatur ekspresi wajahnya. Wanita itu tersenyum mengejek ke arah Verona yang jelas-jelas diabaikan Ashlan.

"Anda baik-baik saja?"

"Tentu. Memangnya aku kenapa?"

Ashlan tak menjawab. Helaan nafas lega terdengar samar dari mulut lelaki itu.

"Ada kepentingan apa Duke menemui Ratu?" tanya Ashlan to the point.

Duke Hendrick tampak berusaha mengatur ekspresi wajahnya. Ia terlihat seperti sedang marah namun berusaha ia redam sendiri.

"Hanya ingin mengajukan Verona sebagai kandidat terkuat untuk menjadi selir Anda," jawabnya.

Ashlan menatap Verona yang seketika tersenyum malu-malu. Namun, lelaki dengan netra abu tersebut tampak tak terlalu peduli. Yang ia lakukan justru malah menggenggam erat tangan Diana yang membuat Duke Hendrick hanya fokus pada tautan jemari mereka.

"Saya tidak akan memiliki seorang selir satu pun. Ratu...," Ashlan menoleh menatap Diana yang kebingungan karena sikapnya. "Adalah satu-satunya wanita yang akan melahirkan anak-anak saya kelak."

Rahang Duke Hendrick langsung mengerat mendengar jawaban Ashlan. Duchess Levrina dan Lady Verona saling berpandangan dengan tatapan terkejut.

"Ba-bagaimana bisa?" tanya pria tua itu. "Perjanjian kita sejak awal tidak begini, Ash!"

"Maaf, Paman! Saya sungguh-sungguh mencintai Diana. Baik sejak pertama saya melihat dia sampai sekarang, rasa itu tetap sama."

"Tidak bisa!" geram Duke Hendrick kesal. Kini, warna asli lelaki itu mulai terlihat.

"Kau menikahinya hanya sebagai tawanan perang, Ash! Kita sudah membicarakan ini sejak awal. Dia hanya sebagai alat agar Sean tidak bisa berkutik di bawah perintah kita."

Ashlan tertunduk diam sementara Diana seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diungkapkan oleh Duke Hendrick. Perempuan itu pun menatap Ashlan dengan kabut amarah yang terlihat jelas di sepasang matanya.

"Jadi, kalian semua bersekongkol?" tanya Diana dengan suara bergetar. Tak ada jawaban. Lelaki yang ditanyai diam seribu bahasa. "Apa Kerajaan Ayahku bisa tunduk pada kerajaan kalian karena Bibi Levrina dan Duke Hendrick yang menjadi mata-mata?"

Masih tak ada jawaban yang justru mengacu pada kebenaran atas semua dugaan Diana. Kepala perempuan itu mendadak pusing. Berusaha merangkai kejadian demi kejadian lalu menghubungkannya dengan cerita novel sambil mengingat-ingat mungkin ada bagian yang memang terlupa olehnya.

"Kalian semua sama saja. Licik," lirihnya penuh amarah.

"Di?"

Diana menyentak tangan yang tadi masih berada dalam genggaman Ashlan. "Kau kejam, Ashlan! Demi ambisimu sendiri, apa kau tidak tahu berapa banyak korban yang gugur karena perang?"

"Diana," panggil Ashlan lagi.

"Cukup! Jangan jelaskan apa-apa." Perempuan itu berdiri. Memindai Ashlan, Duke Hendrick, Duchess Levrina serta Lady Verona penuh kebencian. "Aku jadi penasaran, jika aku tiba-tiba mati, apa Ayahku akan tetap diam dan tidak melakukan pemberontakan?"

"Di, jangan nekat!" cegah Ashlan saat melihat ada yang aneh dengan ekspresi Diana.

"Dan, Bibi!" Diana menunjuk Levrina tanpa sungkan. "Setelah membunuh Ibuku, kini kau juga menyerahkan Kerajaan yang susah payah di makmurkan Ayahku demi ambisi suamimu yang gemar menyiksa ini?" tanya Diana yang kini berganti menunjuk wajah Duke Hendrick.

"Bibi benar-benar bodoh! Otak udang!" makinya sambil berlari keluar dari ruangan itu.

1
Happy Family
puas hati... terima Kasih 🫰🏻 Thor
Tyas Djuliarko
kocak keren Thor...sukaaa/Rose/
Patrish
apa Diana dan Ashlan di dunia nyata ketemu lagi... Ashland koma ya?
Patrish
alur cerita bagus... bahasanya bagus... kalimat2nya enak dinikmati... pokoknya novel yang legit..manis gurihlah... ❤❤❤👍🏻👍🏻👍🏻
Sri Wahyuni
Akhirnya Diana dan keluarga kecilnya hidup berbahagia 😘😘😘😍😍😍🌹🌹🌹🌹👍👍👍👍💪💪💪 untuk Authornya.
Patrish
naik gojek beneran nih... 😀😀
Patrish
nunggu Ratu datang.... lama amat ya... apa macet jalannya... naik gojek saja... 😀😀😀😀
Patrish
kereeennnnn👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻lain daripada yang lain...... akubaru menemukan novel ini sekitar seminggu lalu.... jadi kecanduan... tidak bisa berhenti membaca.... pokoknya kereen habisss👍🏻👍🏻👍🏻❤❤❤❤❤
Patrish
bukan "suka" ... sepertinya lebih tepat "mengagumi"
Nur Lela
luar biasa
Patrish
sudah lama mencari novel seperti ini
Patrish
waduuhhh.... gawat...
Patrish
Kaisar... kenapa ceroboh sekali
Bzaa
hadirrrrr....
semangat diana
Sufiaa Ulfaa
Luar biasa
sunflower01
marathon baca novel mu 2 hari Thor baru nemu kemarin ya di gass terus Thor 🔥😀 karyanya bagus..🌟👍. happy ending... 🥰❤️makasih Thor...🙏 lanjut baca karya mu yg lain ...🏃🏃
Anonymous
Suka ma ceritanya kereeenn
Uci Umami
bagus ceritanya suka....akhir nya juga pass
gaby
Intinya Ashlan anak pelakor kalo di dunia nyata. Emaknya Ashlan menikahi pria beristri
gaby
Jgn mau disentuh dulu dong sblm tau apa alsan Kaisar membunuh Diana dulu sblm Diana dr masa dpn dtg.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!