Aku Hanya Figuran

Mungkin ada yang bertanya-tanya bagaimana hidupku selepas hari itu? Aku hidup seperti biasa, namun hidupku sudah tidak sama lagi.

Hatiku terasa hampa dan merana. Bila sepi datang melanda yang kulakukan hanyalah menangis dan menangis. Penyesalan memang selalu datang terlambat.

Sosok Alex begitu melekat di hatiku. Aku sangsi apakah nantinya sosoknya akan hilang dengan seiring berjalannya waktu? Aku sungguh tidak tahu tentang hal itu.

Selepas menangis meraung-raung di bandara, Aku pulang ke rumah dengan perasaan yang kalah. Aku seperti hidup segan mati tak mau. Itu berlanjut selama beberapa hari. Aku seolah-olah menjadi cangkang yang kosong, hatiku begitu hampa dan merana.

Aku menjadi lupa dengan tujuan hidupku. Aku baru sadar, Alex begitu membawa pengaruh besar. Aku baru sadar, bahwa perasaanku terhadapnya begitu besar. Aku menyesal karena tidak memberitahunya mengenai perasaanku. Sekarang semua sudah terlambat, menyesal pun sudah percuma. Alex sudah bahagia bersama Diana.

Beberapa hari kemudian ayah membawaku kembali ke dunia nyata. Beliau mengingatkanku tentang pendaftaran ulang masuk universitas. Tiba-tiba Aku kembali memiliki tujuan hidup lagi.

Alex sudah membantu membayar semua tagihan sekolah. Alex sudah membantuku mendapatkan beasiswa. Alex ingin Aku melanjutkan pendidikanku. Aku harus kuliah!! Aku tidak boleh mengecewakan Alex dan keluargaku.

Ya, Aku akan kuliah dengan semangat!! Aku akan membuat Alex bangga padaku. Ketika nantinya Kita bertemu lagi, Aku ingin menjadi sosok berbeda dan membanggakan di matanya. Aku pasti bisa!!

Pada akhirnya pendaftaran kuliahku berjalan dengan lancar. Aku tidak membayar sepeser pun. Beasiswa yang kudapat itu akan berlanjut sampai Aku lulus kuliah (maksimal 8 semester). Beasiswa itu akan cair setiap 6 bulan sekali. Dengan adanya beasiswa itu Aku tidak perlu bingung untuk membayar uang SPP lagi.

Hari-hariku sebagai mahasiswi baru berjalan dengan lancar. Aku tetaplah Khansa yang dulu. Mengayuh sepeda ke kampus, berpenampilan sederhana, berkacamata dengan rambut di kuncir pastinya.

Seperti biasa, tidak ada satu pun mahasiswa yang melirikku. Aku dianggap tidak ada. Aku tidak peduli dengan mereka. Aku hanya perlu fokus dengan kuliahku.

Aku belajar dan belajar, hingga usahaku itu membuahkan hasil. Nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) ku di setiap semester selalu sempurna, yaitu 4,00. Itu artinya setiap mata kuliah yang kuambil mendapat nilai sempurna.

IPK sempurna membuatku banyak dilirik oleh dosen dan asisten dosen. Mereka menawarkanku untuk ikut proyek-proyek yang mereka adakan. Para asisten dosen membujukku agar menjadi pengganti mereka dengan diiming-imingi sejumlah bayaran.

Aku tidak menolak tawaran itu. Selagi Aku mampu dan bisa menghasilkan Rupiah, maka Aku akan melakukannya.

Selain pekerjaan sampingan sebagai asisten dosen, Aku juga memberi les private pada anak-anak SD dan SMP.

Menjadi alumni SMA favorite dan kuliah di Universitas Negeri membuat para orangtua mempercayakan pendidikan anaknya padaku.

Setiap hari Aku selalu disibukan dengan kegiatan-kegiatan itu. Pagi sampai sore kuliah dan menjadi asisten dosen, malamnya ku isi dengan memberi les private. Kegiatan itu terus berlanjut setiap harinya, membuat badanku lelah, namun juga gembira.

Kesibukan itu membuatku sejenak melupakan Alex. Hanya di malam-malam sepi Aku teringat dengannya. Bertanya-tanya bagaimana kabarnya?

Bila sedang sendiri, Aku sering mencari tahu keberadaan Alex melalui sosial media. Aku sudah mencari melalui beberapa key word, namun Aku tidak bisa menemukan Alex. Dia seperti hilang ditelan bumi. Keberadaannya benar-benar tidak bisa ditemukan lagi.

Pada tahun 2012, Aku memiliki ponsel pertamaku yaitu BB (BlackBerr*). Ponsel itu kubeli dari hasil kerjaku selama ini. Begitu memiliki ponsel, Aku langsung mencari tahu nomor Alex. Namun hasilnya tetap nihil. Mantan teman-teman SMA ku masih memandangku dengan sebelah mata. Mereka tidak memberiku nomor Alex. Mereka juga tidak membiarkanku bergabung dengan Grup Chat mereka.

Pada akhirnya Aku mencoba bergabung di Grup Alumni SMA ku yang di posting melalui Fac*book. Untungnya persyaratan masuk di Grup itu tidak terlalu sulit, hanya dengan mengirim foto kartu pelajar Aku diterima di Grup itu.

Dari Grup Fac*book Aku kembali mencari-cari keberadaan Alex. Aku buka satu persatu pemilik akun di Grup itu, namun Aku tidak menemukan akun Alex. Yang kutemukan hanya akun milik Diana.

Aku langsung membuka akun Diana, berharap mendapat informasi dari sana. Aku buka satu persatu ribuan foto yang di postingnya, berharap menemukan Alex namun hasilnya tetap nihil.

Diana lebih banyak foto sendiri. Semakin bertambah usia membuat Diana menjadi semakin cantik. Dia banyak memiliki fans. Bila melihat wajah dan lekuk tubuhnya, dia pantas menjadi seorang artis, benar-benar wanita yang sempurna.

***

Pada tahun 2014 akhir, Aku berhasil menyelesaikan kuliah dengan predikat lulus dengan Pujian / Excellent. Aku menjadi lulusan terbaik di Fakultasku dengan nilai IPK 3,98.

Bermodal ijazah, pengalaman menjadi asdos (asisten dosen) dan mengajar les private, Aku mulai melamar pekerjaan.

Mungkin Aku lupa menceritakannya, selama beberapa tahun ini tubuhku mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Tinggiku bukan 150 cm lagi, melainkan 167 cm. Cukup tinggi untuk ukuran wanita kebanyakan bukan?

Setiap Aku menaruh lamaran, para HRD (Human Resource Departement) sangat tertarik dengan nilai dan tubuh tinggiku. Namun mereka terganggu dengan penampilanku.

Ya, penampilanku masih saja sama, hanya tinggi badan dan umur saja yang berbeda. Aku tetap berpakaian sederhana, berkacamata dan mengkuncir rambutku. Tidak ada polesan make up, karena Aku benar-benar tidak bisa menggunakannya.

"Nilaimu sangat memuaskan. Badanmu tinggi. Hasil psikotesmu juga bagus. Kamu memiliki karakter dan kecerdasan, namun penampilanmu ini harus benar-benar dirubah." Bu Silvia, selaku bagian HRD menatapku dari atas sampai ke bawah.

Aku benar-benar pasrah. Setiap Aku melamar pekerjaan, yang disinggung selalu saja penampilan. Apa mereka tidak bisa melihat dari nilai dan pengalamanku bekerja saja?

Sepertinya di perusahaan ini pun Aku tidak akan di terima. Aku menundukan wajahku dengan putus asa. Apa memang seperti ini nasib memiliki wajah pas-pasan? Sulit mendapatkan pekerjaan meskipun nilai memuaskan?

"Hem... Tapi Aku lihat, Kamu ini manis. Kamu bisa dipoles. Tata cara berpakaianmu perlu dirubah. Rambutmu perli diurai dan kacamatamu harus dilepas. Kamu pasti akan cantik." Bu Silvia tetap memandangku.

"Ketika Aku memutuskan untuk menerimamu, Aku tidak mau tahu. Kacamata itu harus dilepas, oke?"

"Tapi Saya minus tiga Bu..."

"Sekarang sudah ada soflens. Ganti kacamatamu dengan soflens. Wawancaranya cukup sampai di sini saja. Kami akan mengumumkan hasilnya satu minggu lagi. Ada lagi yang mau ditanyakan?"

"Tidak ada Bu." Aku keluar dari ruangan itu dengan perasaan berdebar-debar. Semoga saja kali ini hasilnya tidak mengecewakan.

Dan benar saja. Satu minggu kemudian Aku mendapatkan hasilnya. Aku diterima di salah satu bank swasta terkenal!! Aku benar-benar sangat bahagia!!

Aku langsung menyongsong ayahku di pangkalan angkot dan memberitahu kabar bahagia itu.

"Yah, Ayah... Khansa diterima kerja Yah!! Khansa diterima kerja!!"

"Beneran Nduk? Kamu diterima kerja?!" Ayah menatapku tidak percaya.

"Iya Yah, Khansa diterima di Bank A. Terima kasih doanya ya Yah..." Aku memeluk ayahku sembari menangis.

Ayahku langsung berlutut dan mengucap puji syukur. Matanya tampak menangis. Aku memeluk ayahku. Kami menangis bersama dengan diiringi tepukan hangat teman-teman ayah.

"Walaupun Kamu anak supir angkot, tapi Kamu bisa kerja di bank. Terima kasih karena sudah menjadi anak yang baik, patuh dan pintar. Terima kasih Nduk." Ayah memeluk dengan erat. Aku membalas pelukan ayah.

Ya, satu langkah lagi Aku akan mengubah perekonomian keluargaku. Aku akan membiayai semua pendidikan adikku dan membantu ayahku mencari nafkah. Ya, satu langkah lagi!!

***

Happy Reading 😆