Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raken Dominick Giell
Raken Dominick Giell.
Sosok tuan muda yang sangat di segani di kalangan kaum hawa maupun adam. Kekayaannya yang berlipat-lipat ganda, membuat semua orang semakin enggan dan waspada jika bergaul dengannya. Raken di kenal sebagai sosok yang berhati dingin dengan tampang yang sangat kaku jika berhadapan dengan seseorang yang tidak di kenalnya. Banyak yang mengharapkan jika suatu saat nanti ada salah satu dari mereka, yaitu para wanita bisa menjadi istri kelak. meskipun harus dimadu olehnya. Mungkin jika pria lain akan melakukan hal itu, namun tidak bagi Raken. Nyatanya meskipun dia di suguhkan beberapa jenis wanita cantik, tetap hanya ada satu yang selalu ia kagumi dan juga hormati.
Tapi rasa bentuk kagum itu hanyalah akal-akalannya saja. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya kecuali pelayan pribadinya sendiri, Michaell Jordan. 24 tahun mengabdikan hidup dan juga kesetiaannya pada Tuan mudahnya, pria yang selalu bersetelan jas serba hitam itu, tidak mungkin tidak mengetahui bagaimana perasaan Tuannya. Hanya saja, Michaell sangat kasihan karena wanita yang yang sangat di cintai oleh Tuannya begitu tidak peka dan membuat cinta tulus Tuannya menjadi bertepuk sebelah tangan.
Wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat kecilnya sendiri, Naninna Giovanna.
Pertama kali Raken melihat Naninna. waktu berusia 7 tahun. namun Naninna satu tahun lebih muda darinya. Dress berwarna merah muda yang sangat kontras dengan kulit seputih susu, begitu menawan tatkala gadis kecil itu berdiri di bawah sinar matahari di siang hari.
Karena waktu itu Raken kedatangan tamu di rumahnya, ia belum menyadari siapa tamu yang telah di undang keluarganya itu. Raken sendiri pun tipikal seorang yang tidak mau berbaur dengan seseorang yang belum di kenalnya, saat sang Ibu menyuruhnya untuk bergabung, Raken kecil melengos begitu saja dan pergi ke belakang rumah, tepatnya ada sebuah taman yang sangat indah disana.
Mengabaikan teguran orang tuanya, Raken berjalan santai di ikuti oleh Michaell yang waktu itu masih berusia 11 tahunlebih tua darinya. Michaell tidak tahu apa yang membuat Tuan Mudanya kesal, karena tidak mau di sidang oleh pemilik rumah ini, mau tak mau Michaell bertanya dengan penuh kehati-hatian.
"Mengapa Tuan terlihat kesal? Nyonya hanya menyuruh Tuan untuk bergabung, tidak menyuruh u untuk menghadiri pesta ulang tahun."
Lantas perkataan Michaell membuat Raken memutar tubuhnya hingga menghadap ke arahnya. Tatapan mereka beradu pandang, namun Raken sedikit mendongak karena tingginya tubuh pelayan pribadinya itu. Raken menekuk kedua alisnya, kesal.
"Jika Ibu sudah menyuruhku untuk bergabung, itu berarti dia telah menyuruhku untuk menghadiri pesta ulang tahun itu. Kenapa kau begitu tidak peka?!"
Michaell hanya berkedip pelan.
Lalu mengangguk setuju akan pemikiran Tuan Mudanya. Berarti untuk kedepannya lagi, dirinya harus lebih peka terhadap Tuan Mudanya.
Jika tidak, bocah kecil di hadapannya ini akan memasang wajah jelek dan memarahinya.
Maka dari itukan, sampai mereka dewasa seperti sekarang, Michaell begitu perhatian dan peka terhadap Raken.
Raken kecil kembali menghadap ke depan dan melangkahkan kakinya untuk pergi menuju taman. Namun langkahnya terhentikan ketika matanya melihat sosok gadis mungil dengan balutan dres berwarna merah muda. Kulitnya seputih susu membuat siapapun yang melihat ingin sekali mencubitnya. Rambut hitam legam sepunggungnya terurai rapi dan bersinar terang.
Raken di buat takjub.
Dari sekian banyak gadis yang ia temui, tidak satupun dari mereka yang berhasil membuatnya berdebar dan terpukau. Nyatanya hanya dengan satu kali lihat, gadis itu berhasil membuat Raken kecil merasakan perasaan aneh.
Raken... telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Gadis kecil yang sedari tadi bermain di atas ayunan, lantas turun dari permainan itu saat menyadari ada sosok anak lelaki diam tanpa sepatah katapun. Gadis kecil itu mulai berjalan pelan namun penuh hati-hati. Takut jika anak lelaki itu akan memarahinya karena telah lancang masuk ke taman tanpa izin dari si pemilik.
Kini gadis kecil itu berdiri di hadapannya. Raut wajah ketakutannya kian kentara. Namun jelas Raken menyadarinya. Tapi yang membuat Raken semakin jatuh cinta padanya, saat gadis kecil itu meminta maaf dengan nada suara yang begitu kecil, tapi terdengar menggemaskan.
"Aku minta maaf, karena tanpa izin bermain disini. Em.. apakah kau marah padaku?!"
Jika itu orang lain mungkin dirinya akan marah, tapi jika yang melakukannya gadis berwajah cantik yang kini berubah merah padam karena ketakutannya,mana mungkin kan Raken memarahinya?
Raken justru mengatakan sesuatu yang membuat gadis kecil itu mengerutkan keningnya heran.
"Siapa namamu?"
"Ngh...?" Gadis kecil itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, namun dengan polosnya menjawab pertanyaan anak lelaki tersebut. "Ninna, Namaku Naninna Giovanna. Em... aku datang kesini bersama Ayah dan Ibuku, nanti malam akan ada pesta ulang tahun di rumahku, jadi kami memutuskan untuk mengirm undangan itu langsung ke rumah ini, jadi... apakah kau benar-benar tidak marah padaku?"
#######
Naninna terperangah.
Tubuhnya seolah terpaku dengan kehadiran sosok jangkung dengan penampilan kusut seperti tidak terurus selama beberapa tahun. Wajah lesuhnya kian menyusut di tambah rambut acak-acakkan, Naninna hampir tidak mengenalinya. Namun ketika sosok itu berjalan kian mendekat ke arahnya, barulah Naninna menyadarinya.
Pria itu adalah sahabat kecilnya sekaligus seseorang yang sangat berarti baginya.
Raken berjalan melewati beberapa orang di depannya. Tanpa berfikir panjang memeluk tubuh kecil itu ke dalam dekapannya. Berusaha menetralisir degupan jantungnya yang kian membara.
Naninna masih syok dan tidak bisa berfikir jernih. Pria ini... Bahkan di detik terakhir saat kematiannya, dia masih saja mengucapkan kalimat yang begitu menenangkan hatinya. Naninna mengusap pelan punggung lebar itu, menyalurkan rasa nyaman agar sahabatnya tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
"Aku tidak apa-apa Ken, tenanglah oke? Aku baik-baik saja."
Tapi ucapan demi ucapan yang Naninna lontarkan guna membuat sahabatnya tenang, sama sekali tidak berguna dan hanya terdengar degupan jantung dengan irama yang sangat kencang. Sesekali Raken mendesis pelan, namun kedua matanya terpejam rapat saat usapan halus menyentuh rambut dan punggungnya.
Raken meraih tangan mungil itu.
Membawa ke arah bibirnya untuk ia cium adalah kebiasaan mereka sewaktu kecil. Berharap dirinya bisa menyembuhkan luka di tubuh wanita yang sangat di cintainya, tapi ia sadar, bahwa dirinya bukanlah seorang penyihir hebat. Naninna menyadari ketulusan itu. Ketulusan yang selama ini ia sia-siakan seumur hidupnya. Sampai sekarang pun, jika dirinya di beri kesempatan untuk berenkarnasi dan bertemu kembali dengan sahabatnya di atas bumi, dan bersatu di tempat yang sama, mustahil jika Naninna tidak merasa bersalah. Kebodohan yang ia lakukan dimasa lalu, telah berdampak buruk bagi orang-orang di sekitarnya. Orang tuanya pun ikut merasakan penderitaan yang di lakukan oleh pengkhianatan sang suami.
"Dengan cara apa aku harus mengobati luka di tubuhmu dan mengurangi rasa sakitmu, Naninna? Aku begitu terkejut sekaligus takut saat mendengar Michael memberitahuku bahwa kau mengalami kecelakaan dan koma selama 3 hari. Aku merasa... jika diriku sangatlah tidak berguna sebagai seseorang yang sangat kau andalkan."
"Tidak Ken..." Naninna menggeleng pelan. Menampik semua pernyataan itu semua. Mana mungkin Naninna bisa membenci dan menyalahkan pria ini atas kecelakaan yang ia alami? Jika di masa lalu memang dirinya selalu menyalahkan sahabatnya, sekarang setelah mengetahui semuanya, Naninna mustahil berani menunjukkan wajah tidak tahu malunya. "Ken... justru disini aku yang seharusnya bersalah. Aku juga minta maaf karena selalu menyalahkanmu atas apa yang terjadi padaku. Aku sungguh menyesalinya, aku berharap kau tidak pernah memaafkanku."
Raken mematung.
Ia sedikit tidak percaya apa yang di katakan oleh Naninna. Retina abunya berusaha mencari kebohongan pada bola mata emas yang indah nan cantik itu, namun yang ia temukan hanyalah ketulusan yang sudah lama ia rindukan selama ini. Raken kembali menciumi satu persatu jemari lentik wanita di depannya, lalu beralih mencium luka memar di lengannya penuh mesra dan damba.
Naninna di buat menegang.
Seluruh tubuhnya seolah terpaku dan penglihatannya hanya memandang satu-satunya pria yang selama ini selalu ada di dekatnya. Naninna tersipu malu. Raken tersenyum lembut. Tatapan kekhawatiran itu berangsur surut tergantikan dengan kelembutan dan cinta.
Naninna sekarang menyesalinya.
Dan dirinya baru menyadari bahwa masih ada pria yang lebih mencintainya di banding pria yang kini berstatus sebagai suaminya.
"Ken, setelah perlakuan burukku padamu, kenapa kau masih datang bahkan menjengukku dengan keadaan seperti ini? Kau jangan pernah menyia-nyiakan hidupmu untuk orang seperti diriku, Ken... Aku benar-benar tidak pantas..."
Entahlah... Sejak hari dimana dirinya melihat bagaimana para bajingan itu membunuh sahabatnya, Naninna selalu merasa bersalah dan sakit saat mengingat hal itu. Apalagi saat ini Raken berdiri di depannya dengan keadaan kacau, mustahil dirinya tidak mengkhawatirkannya. Dadanya seolah di hantam sebuah benda tumpul besar hingga membuatnya sesak dan sulit bernafas.
Raken menyadari hal itu.
Retina abunya melirik tajam ke arah pria yang sangat ia benci sampai mati. Suami macam apa yang tidak pernah menjenguk istrinya yang tengah koma padahal dia tahu keadaannya? Bukankah itu adalah suatu kesengajaan agar Naninna mati secara perlahan? Jika dirinya di bilang seorang cenayang, Raken akan menyangkalnya, tapi bagaimana melihat hubungan yang tidak masuk akal antara Matthew dan Amalia, menimbulkan rasa curiga di hatinya.
"Kau melirikku seolah mengatakan bahwa diriku bukanlah suami yang bertanggung jawab." Matthew berujar pelan deng senyuman ramah khasnya. Kedua matanya sampai menyipit hanya karena tersenyum.
"Oh... kau sadar diri ternyata."
Kali ini Naninna di buat tertawa, dalam hati. Tidak mungkin kan dirinya harus tertawa secara terang-terangan di depan suaminya? Itu namanya tidak sopan.
Jadi, ia hanya bisa menaham dengan sebuah senyuman.
Matthew yang tidak menyadari reaksi sang istri, masih bersikap sabar atas kelancangan sahabat dari istrinya itu.
"Ken, Kau adalah seorang putra dari keluarga terpandang, tidak baik jika kau mengucapkan kalimat buruk yang menyinggung suami dari sahabatmu."
Amalia mulai memberikan pencerahan.
Dewi jalang satu ini... mulutnya benar-benar harus di lakban kan? Kenapa dia tidak diam saja dan mendengarkan? Atau tidak pergi saja sana ke rumah bordil, bukannya tempat itu cocok dengannya?
Naninna mendumel dalam hati. Tidak pernah berhenti mengutuk wanita sialan itu ketika dia mulai berbicara.
Namun bukan Raken namanya jika tidak membalasnya dengan kalimat yang sangat bermakna pula. Apalagi kalimat yang di ucapkan Amalia tadi, selalu menjurus ke arahnya, seolah mengolok-olok betapa tidak sopannya dirinya sebagai istri.
"Oh... Aku menyadari sikap saya terhadap siapapun. Jika terhadap Naninna, sedikitpun diriku tidak pernah berkata kasar padanya, tapi jika ada seseorang yang berani mencelanya di depan atau belakangku, lidahku bisa lebih tajam dari yang kau bayangkan."
Amalia terlihat bingung. Namun dia berusaha mencari alasan lagi agar dirinya menang dan di anggap baik oleh semua orang.
"Aku mengatakan itu, karena aku menyadari kau bukanlah seseorang yang seperti itu, aku juga mengetahui betapa pedulinya dirimu pada Kak Naninna. Hanya saja ucapanmu tadi membuat Matt tersinggung."
"Oh... Benarkah?" Jawab Raken guyon sembari menatap ke arah Matthew yang sedari tadi diam. "Kalau kau merasa tersinggung, aku minta maaf. Karena diriku masih memikirkan martabat keluargaku, aku juga sadar diri dan tidak akan mencari musuh untuk keluargaku."
Naninna menutup mulutnya karena sebentar lagi pasti dirinya akan tertawa. Melihat situasi ini, seketika rasa pusing di kepalanya berangsur menghilang.
"Aku juga minta maaf karena tidak bisa menjenguk istriku padahal diriku tahu yang sebenarnya. Hanya saja ada beberapa alasan kenapa aku tidak bisa datang, jadi kau juga tidak perlu meminta maaf dan merasa sungkan."
Jawaban Matthew juga tidak kalah tajamnya. Keduanya sama-sama mengandung arti yang hanya mereka saja yang tahu.
Sebenarnya tidak heran jika mereka berdua saling bermusuhan, karena kenyataannya Raken masih memiliki perasaa. terhadap sahabatnya. namun pria yang berstatus sebagai suaminya ini, membuat Raken gatal ingin sekali memukul wajah jeleknya. Di sisi lain, Matthew juga di buat marah karena Raken masih saja datang mengunjungi Naninna, padahal status mereka saat ini adalah suami istri, wajar saja jika Matthew selalu menganggap Raken musuh abadinya.
Karena tidak mau berlama-lama di hadapi dengan situasi yang amat buruk, Naninna memutuskan untuk mengajak sahabatnya keluar sebentar.
"Ken... aku ingin berbicara padamu.... berdua."
"