Alpha CEO hebat yang tak tersentuh setelah patah hati dia tak pernah melihat wanita lagi, namun seorang gadis titipan dari adik dan wanita yang pernah dia cintai mampu mengalihkan perasaannya, lalu bisakah mereka bahagia? Akankah rumah tangganya itu berdiri dengan kuat tanpa goncangan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu rumah
Shafa gadis muda bertubuh kecil, gadis yang terpaksa dewasa semenjak seluruh keluarganya meninggal karena kecelakaan dan hanya menyisakan dirinya dan Kenzie adik laki-lakinya.
Kebaikan Kak Zia yang kebetulan pernah kenal dengan Umi dan Abinya karena sama-sama menggeluti dunia perkudaan sering berlatih berkuda bersama hingga saat kecelakaan itupun Kak Zia datang bersama suami untuk menolong dirinya yang tak bisa lagi masuk ke rumah karena rumahnya sudah di jual untuk membayar hutang-hutang keluarga berikut semua kuda yang tersisa.
Shafa tak menyangka keputusan dirinya tinggal di rumah asuh Kak Zia membawanya kenal dengan Kak Zea yang baik hati juga berakhir di rumah ini.
Shafa terbangun dari lamunannya lalu merasakan perutnya lapar, Shafa pun ingin membuat Mie kuah dengan telur seperti saat-saat di rumah asuh.
Namun Shafa kesusahan saat mau mengambil Mie instan yang berada cukup tinggi di lemari atas.
"Aish... Susah sekali!" Shafa melompat-lompat ingin meraih stok mie instan yang ada di atas rak paling atas, Dia sendiri yang meminta Kenzie adiknya untuk menyimpannya karena dia paling suka makan makanan instan ini.
"Ckkk, Ya udah deh kepaksa, naik kursi. " Shafa pun mengambil kursi dan naik ke kursi namun tiba-tiba ada yang membuka rak atas itu.
"Rasa Apa?? " Tanya Alpha yang baru aja pulang setelah beberapa hari tidak datang ke rumah ini cukup mengejutkan Shafa yang tak menyadari kehadiran majikannya.
"Eh, Pak, makasih, yang rasa ayam bawang pak. " Kata Shafa lalu Alpha mengambil sesuai permintaan Shafa.
Alpha menaruh di tangan Shafa lalu berkata, "Pantes gak bisa tinggi, kamu generasi instan ternyata. Kebanyakan micin jadi kerdil." Ucap Alpha tak berperasaan sambil senyum mengejek menatap Shafa yang masam karena ucapannya.
"Aku tinggi Pak, hanya tidak setinggi Anda." Kata Shafa membela diri namun karena takut majikannya marah dia tetap menundukkan kepalanya.
"Ya tinggi, tapi segini." Kata Alpha meluruskan kepala Shafa dengan dadanya masih mengejek Shafa lalu beranjak ke tangga lantai atas, Shafa hanya tersenyum masam sambil menyobek bungkus mie instan itu.
"Aku ingin makan tapi bukan mie instan! 15 menit lagi aku turun." Ujarnya lalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Shafa hanya bisa mengangguk dan melaksanakan apa yang majikannya itu perintahkan selama tidak melukai harga diri dan syariatnya.
Sementara Alpha masuk ke kamar dan berbaring di ranjangnya itu, sudah lama rasanya tidak tidur di kamar ini. Yah sudah berbulan-bulan yang lalu Alpha sibuk di cabang Korea dimana Seo Jin dan adiknya yang menjadi tangan kanannya, ada sedikit masalah di sana namun sudah selesai.
Alpha merasa rindu sekali masakan mamanya yang sekarang bisa dia rasakan melalui tangan Shafa, entah saking rindunya dia pada Mamanya atau karena dirinya yang jauh dari sosok wanita, namun Alpha merasa ada sosok Ibu dari tampilan wanita kecil yang ada di rumahnya itu.
\*
Alpha keluar dari kamar, hidungnya membau aroma sedap sehingga perutnya merasa semakin lapar, dirinya pun turun dan menuju ruang makan.
Harum aroma wangi Ayam bumbu kuning dengan aroma sambal menguat dari arah dapur, Alpha merasa aroma itu semakin membuat perutnya lapar saat semakin dekat.
Alpha melihat Shafa tengah menikmati Mi Instan yang tadi dia ambilkan, nampak toping telur dan cabai juga sayur, gadis itu bahkan tak tau jika dirinya berdiri di belakangnya.
Yah, Kenzie sudah mulai masuk sekolah bulan Ini, Shafa pun sudah mendaftar di kampus yang lumayan terkenal di Jakarta atas rekomendasi dari Alpha, bahkan gadis itu sudah sebulan ini kuliah, tapi hari ini dia pulang siang karena jam mata kuliahnya sudah selesai, sementara Kenzie ada kegiatan di sekolah hingga sore bersama teman-temannya.
"Apa enaknya mie yang banyak pengawet begitu??? Kamu makannya sampai berhari-hari begitu. " Ucap Alpha lalu duduk di sisi Shafa yang terkejut karena suaranya.
"Maaf, saya duduk di sini. " Shafa lalu bangkit namun tangan gadis itu di pegang Alpha.
"Duduk lah, meja ini sepi rasanya jika sendirian. " Kata Alpha lalu menarik piring dan sendoknya.
"Layani aku, ambilkan. " Kata Alpha lalu menyerahkan piring itu pada Shafa, gadis itu pun menuruti perintah Alpha setelah itu menyerahkan pada laki-laki matang itu, kemudian memakan kembali mie instannya.
Keduanya makan dengan khusuk tanpa menoleh ataupun berbicara, ada yang aneh rasanya saat duduk berjajar seperti ini, rasanya justru seperti sepasang pasangan pikir Shafa sementara Alpha justru merasa jantungnya berbeda dari biasanya, selama ini duduk dengan artis atau wanita secantik apapun hatinya tak bergetar namun duduk di sisi gadis kecil di hadapannya itu membuat jantungnya bergetar luar biasa.
"Bagaimana kuliahmu? " Alpha bertanya untuk menutupi kegugupan dalam hatinya.
"Baik, Alhamdulillah, terimakasih sudah memberi saya beasiswa itu." Kata Shafa tersenyum manis dan tulus di pandangan Alpha.
"Ehmm, Kau berhutang, itu tidak gratis." Kata Alpha kembali kaku.
"Pak, Apakah sudah selesai, bisa saya bereskan." Shafa bangkit setelah menganggukkan kepala tanda bahwa dia paham maksud Alpha jika dirinya berhutang.
"Ckkk Shafa! Bisa panggil aku yang lebih keren jangan pak! Aku bukan bapakmu! " Alpha kesal jujur dirinya merasa tua jika seperti itu, ini bukan lingkungan kerja namun dirinya di panggil pak oleh anak kecil pikirnya.
"Lalu?? Bos?? Tuan??" Tanya Shafa heran masalah panggilan saja di permasalahkan nyatanya laki-laki di hadapannya itu sudah matang usianya, meski dia akui laki-laki itu tampan.
"Ehm, Kak. " Kata Alpha kaku namun rasanya di panggil itu lebih baik.
"Kak?? Tapi, anda bos saya. " Shafa ragu masa iya panggil tuannya Kak seperti sudah akrab saja.
"Ehm. Anggap saja aku sama seperti Al dan Zea." Kata Alpha pada akhirnya.
"Baik, Kak. " Kata Shafa bersemu merah entah rasanya canggung baginya.
Sementara Alpha merasa nyaman dengan panggilan yang baru saja Shafa sebutkan tadi, Alpha pun menatap gadis bertubuh kecil itu, lucu sekali pikirnya.
"Saya permisi." Shafa membereskan semuanya ke tempat cuci piring dengan Alpha terus menatap apa yang dia lakukan, rasanya Shafa seperti sedang diawasi bagaimana cara kerjanya.
Namun yang terjadi Alpha justru sedang mencari apa yang menarik dari tubuh kecil dihadapannya, mengapa dadanya bergemuruh nyaris sama saat bersama Zea.
Alpha merasa sebenarnya gadis itu begitu jauh dari segi penampilan maupun tubuh, jika cantik Alpha akui cukup cantik namun tidak tubuhnya terlalu kecil untuk dirinya yang tinggi dan jangkung.
Alpha bangkit saat Shafa mulai pergi dari tempat cuci piring, Alpha mengusap wajahnya, semenjak ada gadis itu di rumah Alpha merindukan pulang ke rumah ini setiap waktu, namun entah karena apa.
\*
Up lagi please jejak setianya jangan lupa 🥰🥰
Aq blm tav vaf nih 🤭