My Strong Woman

Marvin yang telah mendapatkan taksi pun kembali ke tempatnya tadi. Dia mendapati Luis tampak sedang kebingungan. Marvin segera mempercepat langkahnya untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

"Kamu kenapa Luis?" tanya Marvin.

"Gawat tuan sedang marah kali ini." jawab Luis tegang.

"Why berbicaralah yang jelas, kamu membuatku panik saja."

"Gadisnya tuan, dia kabur. Dan setelah aku mencari informasi, ternyata penerbangan malam ini hanya ke New York dan sudah berangkat 20 menit yang lalu." ucap Luis menjelaskan.

"Wait, gadis dan koper. Apa gadis itu tadi adalah..." Marvin tidak menyelesaikan kata-katanya, dia justru saling berpandangan mata dengan Luis.

"Mana ponselmu Marvin." Luis meminta ponsel Marvin untuk melihat foto yang dia ambil tadi.

Luis mengirim foto tadi ke Max. Kemudian Max langsung menghubungi Luis.

"Hallo Luis kenapa kamu bisa mendapatkan foto itu.? tanya Max.

"Itu terjadi secara tidak sengaja Tuan." jawab Luis.

"Sekarang kamu cepat ke hotel ada tugas untukmu." perintah Max.

"Baik tuan sekarang saya sudah berada dalam perjalanan."

"Bagaimana apa benar gadis itu?" tanya Marvin ingin tau.

"Yeah benar tampaknya bukan gadis biasa." jawab Luis.

Luis dan Marvin sedang berada dalam perjalanan menuju ke hotel tempat Max menginap. Mereka berdua saling berdiam diri karena merasa tegang dengan kejadian Max hari ini. Bagi mereka kemarahan Max adalah masalah besar, karena Max bisa menumpahkan amarahnya kepada orang disekitarnya.

Satu jam kemudian Luis dan Marvin sudah sampai di hotel. Mereka berdua turun dan langsung menuju ke lantai atas. Setelah sampai atas, Luis dan Marvin memencet bel pintu kamar Max. Tak lama kemudian terbukalah pintu dan mereka berdua masuk kedalam.

"Selamat pagi Tuan." Luis dan Marvin bersamaan memberi salam pada atasannya.

Max diam tak menjawab salam dari anak buahnya. Justru Max langsung memberikan tugas kepada Luis untuk mengecek seluruh cctv di hotel ini dan cctv bandara.

"Luis aku perintahkan padamu untuk mengecek seluruh cctv di bandara maupun di hotel ini tanpa satu ketinggalan pun. Dan kamu tanyakan pada bagian resepsionis tentang data gadis yang menginap bersamaku." ucap Max penuh amarah.

"Baik tuan saya laksanakan." jawab Luis.

" Dan kamu Marvin, aku beri tugas kamu untuk mengerahkan agen kita yang ada di New York untuk mengecek setiap penumpang yang keluar dari pesawat yang take off pukul 3 tadi." perintah Max pada Marvin.

"Baik tuan saya laksanakan." jawab Marvin.

Jika keadaan sudah seperti ini Luis dan Marvin hanya bisa pasrah menerima tugas sulit dari Tuannya. Karena hanya mereka berdua lah yang bisa dipercaya Max saat ini.

Luis dan Marvin turun ke bawah untuk menanyakan informasi di resepsionis. Sedangkan Max kembali diam memikirkan rencanannya selanjutnya.

Di Lobi

Luis dan Marvin berjalan menuju meja resepsionis. Mereka pun menanyakan pada salah satu petugas yang ada disitu.

"Excuse me, saya asisten dari Tuan Max Anderson Glover ingin bertanya tentang informasi dari gadis yang menginap bersama atasan saya di kamar 15 A lantai paling atas." tanya Luis pada petugas.

Dan petugas itu mencari data yang diinginkan Luis. Jawabannya sangat mengejutkan, petugas itu bilang kalau Max tidak menginap dengan siapapun.

"Sorry, tapi atasan anda tidak sedang menginap dengan seseorang. Di dalam komputer tidak tertera nama siapapun."

Luis dan Marvin saling berpandangan. Mereka semakin penasaran dengan apa yang terjadi.

"Oh kalau begitu terima kasih atas bantuannya. Kami permisi dulu."

Luis dan Marvin pun langsung kembali menuju ke atas. Untuk kali ini mereka harus turun tangan sendiri.

Luis dan Marvin adalah kedua asisten yang penting dalam kehidupan Max. Luis yang pandai dalam ilmu teknologi sangat membantu Max ketika memerlukan data data yang bersifat rahasia. Bisa dikatakan Luis adalah hacker dari klannya Black Pearl, dan Luis termasuk orang yang setia pada tuannya.

Dan Marvin juga tak kalah hebatnya dari Luis. Marvin jago bela diri, cermat dalam mengatur siasat. Namun, dia mempunyai jiwa casanova yang tinggi. Marvin sering sekali bergonta ganti pasangan. Dan itu membuat Luis geram dengan kelakuan Marvin.

Kini Luis dan Marvin sudah sampai di kamar Max, mereka berdua masuk ke dalam dan memberitahu Max tentang informasi yang didapatnya.

"Tuan" panggil Luis pelan.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Max dengan segelas minuman di tangannya.

"Maaf Tuan kami tidak menemukan apapun di resepsionis. Mereka mengatakan kalau Tuan tidak sedang menginap dengan siapapun." ucap Luis menjelaskan.

"Lalu apa yang harus kamu lakukan selanjutnya Luis?"

"DEG"

Jantung Luis berdegup kencang seketika, karena Max melirik tajam ke arahnya.

"Saya akan segera melacak keberadaannya Tuan." sahut Luis dan dia segera mengambil laptopnya untuk meretas cctv hotel ini.

Luis segera mengambil laptop dari dalam ranselnya, dengan cepat dia mengoperasikan benda kotak pipih itu dengan kecekatannya.

Luis menelusuri semua data rekaman cctv di hotel itu dan wajah Luis sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Luis bangkit dari duduknya lalu menghampiri Max.

"Maaf Tuan ada sesuatu yang harus saya sampaikan." ucap Luis pada Max yang sedang merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Cepat katakan." sahut Max dengan mata yang terpejam.

"Saya sudah menelusuri rekaman cctv diseluruh jaringan, namun tidak menemukan rekaman anda Tuan."

"Apa maksud kamu Luis?" tanya Max masih belum mengerti.

"Iya rekaman anda dengan gadis itu sudah dihapus. Saya tidak menemukan video anda satupun." Luis menjawab dengan tegang.

Max terdiam sebentar mencerna seluruh informasi yang dikatakan Luis. Max memijit pangkal hidungnya, kepalanya pusing sekali sehingga dia tidak bisa berpikir secara jelas. Luis yang melihat tuannya masih berpikir mencoba memberikan pertimbangan.

"Maaf Tuan jika pertanyaan saya ini lancang."

"Tanyakanlah." sahut Max dengan cepat.

"Apa anda tau identitas gadis yang anda cari saat ini?"

"Jujur aku tidak tau identitas aslinya, aku bertemu dengannya secara tidak sengaja ketika aku sedang ada di gereja." jawab Max lirih.

"Apa mungkin gadis anda ini memiliki kemampuan khusus?"

Max kembali berpikir lagi dengan pertanyaan Luis.

"Tunggu, kamu benar Luis dia selalu tidak bisa jauh dari laptopnya. Setelah aku mengajaknya ke suatu tempat, sesampainya di rumah ia selalu memainkan laptopnya. Ia lebih sering aktiv dengan laptop daripada dengan ponselnya. Ia juga membantuku melawan Dragon Empire." jawab Max dengan serius.

"Dragon Empire Tuan?" ucap Luis dan Marvin kaget dengan pernyataan Max.

"Ya selama disini aku diserang oleh mereka dua kali dan yang membantuku melawannya adalah gadis itu. Ia sangat jago dalam seni bela diri, instingnya yang kuat, gayanya yang bar-bar membuatku takjub. Bahkan aku tidak bisa menanyakan identitasnya karena sifatnya yang sangat keras kepala."

Luis dan Marvin saling berpandangan mata ketika Max mulai bercerita tentang pertemuan singkat itu. Dalam hati mereka berpikir, Tuannya mungkin telah move on dari kematian istrinya dulu.

"Maaf Tuan saya ingin mengajukan pertanyaan lagi." ucap Luis menjeda ungkapan hati Max.

"Saya mempunyai sebuah dugaan, apakah gadis anda ini seorang anggota klan mafia?"

Max berpikir lagi, dia mengingat kembali tentang kebersamaannya bersama Velove.

"Sepertinya dugaanmu salah Luis, dia memang liar tapi sikapnya tidak menjurus ke hal itu." jawab Max.

"Mungkin dia seorang Hacker sepertimu Luis." sahut Marvin tiba-tiba.

Max dan Luis langsung melihat Marvin secara bersamaan.

"Maaf Tuan saya hanya menebak, saya hanya merangkum dari cerita-cerita Tuan tadi. Saya pernah mendengar isu tentang hacker misterius dari New York yang sampai sekarang masih belum diketahui identitasnya oleh siapapun. Hanya segelintir orang saja yang pernah menggunakan jasanya."

Max masih terdiam namun, wajahnya kini berubah menjadi sangat serius.

"Kamu sudah mendapatkan info dari bandara New York Marvin?" tanya Max.

"Sampai saat ini belum tuan, mungkin pesawatnya belum landing." jawab Marvin.

"Luis sudahkah kamu mengecek cctv dari bandara Heathrow?"

"Belum Tuan, saya akan mengeceknya sekarang." jawab Luis.

Max mondar mandir otaknya sangat berpikir keras kali ini. Hatinya yang kecewa membuat dia tidak bisa berpikir jernih. Untung saja Max mempunyai dua asisten yang bisa dia andalkan disaat situasi kritis seperti ini.

HAI READERS JANGAN LUPA TEKAN LIKENYA YA DAN JUGA KASIH HADIAH JUGA KE OTHOR 😀😀😀TERIMA KASIH🥰🥰🥰😍😍😘😘😘