Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak laki-lakiku.
Jendral tercekat mendengar ucapan anak perempuan itu. Darahnya berdesir dan matanya terpejam menahan gejolak amarah yang meletup-letup.
Dia menghela nafas panjang mencoba tenang dihadapan jena. Meski ia tahu sekarang, belum terlambat ia mengakui gala sebagai anaknya.
" Papah tahu mamah naura itu suka coklat kacang, tapi gala tidak suka bahkan tidak boleh memakannya. Aneh kan pah!" ujar jena berbicara seolah tengah curhat.
" Kenapa begitu?" tanya jendral dengan suara datar tak seperti tadi yang begitu senang mendengar suara sang putri.
" Karena gala alergi kacang. Kata mamah dia mirip papanya" sahut jena.
Lagi dan lagi jendral tercekat. Amarahnya tak bisa ia keluarkan didepan jena yang tak tahu apa-apa. Memang benar dialah yang alergi kacang sedangkan naura tidak.
" sekarang jena bobo ya! Besokkan sekolah " titah jendral menyudahi obrolannya, lalu memperbaiki selimut jena.
" Iya pah !" ucap jena manut.
...****************...
Sementara di panti asuhan kasih bunda, naura baru pulang dan disambut hangat oleh anak-anak panti. Wanita muda itu memeluk gala yang tengah membaca buku dengan tenang.
Dia tersenyum bersyukur gala masih baik-baik saja. naura melepaskan pelukannya ketika bunda astrid datang menyambutnya. Dia berjalan mendekat ke arah wan
" Kok malam sih nak" tanya bunda astrid, setelah naura bersalim.
" Anak ibu kost aku nikahan bun jadi aku bantu dikit-dikit" jawabnya membuat wanita paruh baya itu ber oh sambil mengangguk.
" Mah! Mamah kenal sama papanya jena ya mah?" tanya arhan menyela.
" Papa jena !" ucap naura mengulang perkataan arhan dengan mengerutkan keningnya, lalu menoleh pada bunda astrid seakan bertanya.
" Itu yang mau bunda ceritakan sama kamu nak!" ujar wanita paruh baya itu dan naura mengangguk paham.
" Anak-anak kalian tidur sekarang ya!" titah mamah muda itu membubarkan semua anak panti.
" Gala! Udah sayang cepat tidur" titah naura menutup buku gala, lalu memeluk anak laki-lakinya dengan penuh kasih.
Setelah melihat semua anak-anak dan beberapa pengasuh beristirahat dikamar masing-masing. Diruang tamu itu kini hanya ada naura dan bunda astrid yang duduk berdampingan.
Sebelum bercerita bunda astrid menghela nafas panjang. Mencari kata-kata yang pas untuk diucapkan pada anak yang ia besarkan itu.
" Bunda! Ada apa ?" tanya naura dengan lembut menatap ke arah wanita paruh baya yang masih diam membisu.
" Maksud arhan tadi itu adalah jendral" jawab bunda astrid membuat naura membelalakan matanya.
" Apa !" pekik mamah muda itu.
" Bagaimana bisa jendral tahu soal gala? "tanya naura, namun sedetik kemudian ia mengingat sesuatu.
"Tunggu! Tadi arhan bilang papa jena, jadi maksudnya apa bun?" tanya naura mengerutkan dahinya.
" Ada kesalah pahaman, jendral sudah melakukan tes DNA diam-diam dan sepertinya tes itu tertukar antara gala dan jena" papar bunda astrid, lalu menatap manik mata mama muda itu dengan dalam.
" Bunda harus bagaimana nak? Jujur bunda kasihan pada jena, tapi ini tak adil buat gala. Seperti yang kita tahu orang tua jena meninggal karena kecelakaan dan tak ada sanak keluarganya yang mau menerimanya. Namun gala, jelas-jelas jendral adalah papa kandungnya. Bunda bingung" imbuh bunda astrid dengan wajah sendu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Naura paham maksud cerita sang ibu asuh. Ia menyandarkan dagunya di pundak sang ibu dan memeluknya dari belakang.
" Aku belum siap, jika jendral tahu tentang gala bun. Mereka pasti akan merebut gala dari aku. Aku gak mau bun" ucap naura lirih.
"Bunda paham, tapi besok atau nanti jendral pasti akan tahu siapa anak kandungnya. Ingat juga tentang perasaan gala nak! Dia anak laki-laki yang membutuhkan kasih sayang seorang ayah" ucap bunda dengan begitu lembutnya memberi wejangan.
Sedangkan naura hanya diam tak bisa lagi berkata-kata. Hatinya masih membenci ayah dari anaknya. Rasa itu memang masih ada, tapi ketakutannya dan rasa sakitnya lebih dalam dari cintanya.
...****************...
Naura masuk kekamar gala dan arhan. Beberapa kali ia melihat anaknya berganti posisi tidur, membuatnya tersenyum dan merebahkan diri disamping gala.
Ia usap pelan puncak kepala sang anak membuat gala memegang tangannya, lalu menengadah padanya. Anak laki-laki itu tersenyum pada naura, lalu memeluk tubuh sang ibu.
" Mamah! Gala kangen mamah " ucap anak itu memejamkan matanya memeluk naura dengan erat.
" Mamah juga nak!" ucap naura dengan tersenyum.
" Mah! Papa itu seperti apa? Ia baik kan mah gak jahat?" tanya gala menatap wajah sang ibu.
" Baik" jawab naura.
" Kalo baik, kenapa papa tinggalin kita? Coba aja kalo papa gala seperti om jendral pasti gala anak yang paliiiiing bahagia" ujar anak laki-laki itu dengan tersenyum manis menunjukan gigi ratanya, lalu menoleh kearah lain.
Hati naura bagai tertusuk ribuan jarum mendengar kata 'bahagia' yang gala ucapkan. Hatinya berdenyut nyeri, hingga air matanya menetes tanpa ijin.
" Gala mau ketemu papa?" tanya naura dengan suara serak akibat menangis dan anak itu mengangguk.
" Mau banget mah, tapi gala takut papa menyakiti mamah dan membuat mamah menangis lagi seperti saat mamah gagal menikah sama om arfan" ujar gala membuat kening naura berkerut.
" Jadi kamu mendengarnya?" tanya naura yang membuat anak itu mengangguk jujur.
Hati wanita itu serasa diremas sekarang. Bagaimana bisa ia membuat gala mendengar rasa sakitnya waktu itu.
"Gala bobok ya! Besok kan sekolah" titah naura, menyudahi percakapan mereka dan segera menghapus air matanya.
Naura mencium kedua pipi gala, lalu keningnya. Mereka pun tidur dalam posisi saling memeluk.
...****************...
Keesokan harinya, gala diantar oleh naura ke sekolah dan berpapasan dengan jendral yang sama mengantarkan jena.
Kedua mata mereka saling beradu. Secepatnya naura mengalihkan pandangannya menyuruh gala untuk segera masuk, karena mau Upacara. Begitu pun jendral pada jena.
Berjalan cepat untuk menghindari jendral, nyatanya naura tak bisa melakukannya. Karena laki-laki itu segera menyusul dan menarik tangannya.
" Aku mau bicara naura, tolong!" pinta jendral menghentikan naura.
" Aku gak mau" tolak naura dan mencoba segera pergi, namun jendral mencengkeram pergelangan tangannya.
" Sakit jen! Lepas ... Lepaskan aku jendral" ucap naura dengan suara kian meninggi dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu.
" Jawab dulu pertanyaanku dengan jujur. Anak kita laki-laki kan dia gala kan ra ?" tanya jendral membuat naura terkejut.
Bibir wanita itu bergetar mendengar pertanyaan yang terlontar dari mantan suaminya itu. Pandangannya tampak tak tentu mengarah kemana seolah ia tengah memikirkan sesuatu.
" Bu-bukan anak ka-mu itu jena " ucap naura terbata karena berbohong.
Jendral berseringai, lalu menggelengkan kepalanya. Terfikirkan akan sesuatu yang aneh dengan jawaban wanita dihadapannya.
" BOHONG !" ucapnya dengan suara tinggi.
" Kau fikir aku akan percaya, HAH" sentak jendral.
Rahang lelaki itu mengetat, darahnya berdesir menatap mantan istrinya yang berusaha merahasiakan anak kandungnya.
" Gala! Anak laki-laki itu adalah anak kandungku yang sebenarnya, iya kan !" ujar jendral dengan memalingkan wajahnya.
" Aku tahu kamu akan berbohong, maka dari itu aku akan mencari buktinya" ucap jendral membuat naura membelalakan matanya.
"Apa! Jadi anak kamu laki-laki jendral?" suara wanita paruh baya mengejutkan mereka berdua.
jgn lupa mampir ceritaku yaa
semangat up thor...