Ketulusan Cinta Nabila

"Apa kamu suka? maaf, saya mengambil gambar tanpa persetujuan kamu,,," ucapnya memohon, "cuma kalau boleh jujur, saya juga pengin bisa berada diantara gambar kalian," lanjutnya lirih sambil menatap manik mata Nabila dalam-dalam.

Nabila tergagap, tak bisa berkata-kata...

"Daddy, Kevin lapar,,," rajuk bocah kecil itu, mencairkan suasana.

"Oh iya, daddy sampai lupa... maaf ya? sekarang saatnya kita makan-makan," ucap Rehan sambil menjentikkan jarinya kearah pelayan cafe yang sudah bersiap di ruangan VVIP itu.

Tak butuh waktu lama semua makanan yang sudah dipersiapkan oleh pihak cafe atas perintah Asisten Pribadi Rehan telah tersaji di atas meja, Rehan mempersilahkan Nabila dan juga para asisten untuk duduk di kursi yang tertata melingkari meja oval itu.

Dan bersama-sama mereka menikmati sajian makan siang mewah, untuk merayakan hari bahagia Nabila.

Memang sudah menjadi kebiasaan Rehan, yang selalu mengajak asisten-asisten yang bekerja padanya untuk makan di meja yang sama dengan nya juga keluarganya. Dia sosok majikan yang tidak membedakan status sosial, dan menganggap semua orang yang bekerja dengannya sebagai keluarga. Oleh sebab itu, para asisten itupun mendedikasikan diri dengan sepenuh hati kepada Rehan dan keluarganya.

"Kevin terlihat sangat bahagia, dia duduk diapit oleh Rehan dan juga Nabila. Sepanjang acara makan itu terdengar celoteh riangnya, Rehan sengaja membiarkan acara makan siang itu sebagai ajang untuk menjalin keakraban dan kehangatan antara Nabila, keluarganya dan juga asisten-asisten nya.

Nabila nampak sangat menikmati momen kebersamaan itu, dia merasa seperti berada di dalam sebuah keluarga yang utuh, " ih,,, perasaan apa sih ini? kenapa aku merasa senyaman ini berada di tengah-tengah mereka? Padahal aku belum lama kenal dengan mereka..." lirih nya dalam hati.

Berbeda dengan Rehan, selama acara makan siang berlangsung dia lebih banyak diam dan nampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Hanya sesekali tersenyum menanggapi ocehan putranya, dan terlihat mencuri-curi pandang kearah Nabila.

*****

Di dalam kamar Nabila, disinilah dia sekarang...

"Bahkan sampai selarut ini kamu tidak memberiku ucapan selamat ulang tahun mas, apakah kamu sudah benar-benar melupakan aku? Semudah itukah mas,,, setelah empat tahun kebersamaan kita? Baiklah mas, jika memang itu mau mu, aku pun akan mencoba untuk melupakan semua kenangan tentang kita. Melupakan semua janji-janji yang dulu pernah kau ucap, untuk selalu membahagiakan dan membuat ku tertawa. Aku akan ikhlas kan semua itu mas, asal kamu bahagia aku rela," Nabila bermonolog, sambil menimang ponsel yang ada dalam genggaman tangan nya.

"Huh,,," Nabila menghembus kuat nafasnya, berharap semua kesedihan di hatinya ikut menguap. "Tak baik aku terus larut dalam kesedihan ini, aku harus bangkit dan aku pasti bisa... biarlah waktu yang akan menjawab, dan ku pasrahkan takdir hidupku ini kepada Mu ya Robb," gumam nya lirih sambil menyusut kristal bening yang menetes di sudut mata nya.

Nabila melihat kearah jam dinding di kamar nya, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Sebaiknya aku segera tidur, masih banyak pekerjaan menanti ku esok hari," sambil merebahkan diri, menatap sekilas bingkai foto yang terpajang di atas nakas. Nampak senyum tipis tersungging di sudut bibir nya, terlintas kembali kejadian siang tadi di pelupuk mata nya dimana dia mendapatkan kejutan yang luar biasa dari orang-orang yang baru dikenal nya.

***** Flashback On

Di apartemen Rehan setelah acara makan siang usai,,,

"Tante mommy, maukah tante mommy menjadi mommy Kevin," pinta bocah kecil itu polos, sesaat setelah mereka berdua berada di dalam kamar Kevin.

Nabila tersentak kaget, tidak pernah terlintas di benaknya akan mendapatkan pertanyaan seperti itu sebelum nya. "Kenapa Kevin ngomong seperti itu nak?" Tanya Nabila dengan tak enak hati.

"Kevin sayang sama tante mommy,,, dan Kevin pengin seperti anak-anak lain yang punya mommy, tidak seperti Kevin yang hanya punya daddy," ucap nya merajuk.

"Daddy kan sayang sama Kevin,,, kenapa Kevin masih bersedih?" Lanjut Nabila memberi pengertian.

Kevin mengerucutkan bibirnya, "daddy memang sayang sama Kevin, tapi..." Kevin terdiam tidak melanjutkan ucapan nya.

"Tapi kenapa?" Tanya Nabila penasaran.

"Kasihan daddy, harus bekerja keras dan merawat Kevin sendirian," ucapnya lirih, "coba ada mommy, pasti daddy gak bakal kecapean dan bersedih," lanjut bocah kecil itu dengan mata berkaca-kaca.

"Nak, daddy kan daddy yang hebat, daddy yang kuat,,, daddy pasti bisa," kata Nabila mencoba menenangkan bocah itu.

"Tante mommy,,," Kevin masih merajuk dan kali ini bulir bening sudah mulai menetes dari sudut mata nya membasahi kedua pipi nya yang cabi.

Nabila terdiam, di lubuk hati terdalam ada rasa iba terhadap kisah bocah kecil itu. Namun dia juga harus tahu posisi nya saat ini, Rehan bukan siapa-siapa nya dan dia juga masih terikat hubungan dengan seseorang meskipun saat ini hubungan itu tak lagi jelas arah nya.

Nabila meraih tubuh kecil Kevin dan membawa nya ke dalam pelukan nya, "Oh iya, Kevin ingat tidak sama pesan daddy? Kalau Kevin mau sesuatu harus minta sama siapa?" Ucap Nabila sambil mengelus punggung bocah kecil itu menyalurkan kasih sayangnya dan berharap Kevin bisa segera tenang.

Kevin nampak berpikir sejenak, "Iya, Kevin ingat tante mommy..." sambil melepaskan pelukan Nabila, "Kevin akan minta sama Allah agar Allah mengijinkan tante mommy jadi mommy nya Kevin," ucap bocah kecil itu melihat kearah Nabila dengan penuh semangat. "Semoga Allah kabulkan do'a Kevin ya tante mommy," lanjut nya lagi dengan penuh harap.

Mendengar perkataan Kevin Nabila hanya bisa menggelengkan kepala nya, bingung mesti bersikap bagaimana.

***** Flashback Off

Nabila tersadar dari lamunan nya, segera menyelimuti separuh tubuh nya dan beberapa saat kemudian segera memejamkan mata sambil memeluk boneka hello kitty kado ulang tahun untuk nya dari Kevin.