NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali / Office Romance
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Early Zee

Rasanya menjadi prioritas utama bagi seseorang adalah suatu keberuntungan. Canda tawa dan bahagia selalu membersamai mereka dalam hubungan yang sehat ini, hingga membuat keduanya tidak berhenti bersyukur.

Hari demi hari kita lalui dengan berbagai cerita. Saat itu, semua masih terasa baik-baik saja. Hingga tanpa kita sadari, satu persatu masalah mulai menghiasi hubungan ini.

Awalnya kita mampu bertahan di tengah badai yang sangat kuat. Tetapi nyatanya semakin kita kuat, badai itu semakin menggila. Kiranya kita akan bisa bertahan, ternyata kita salah.

Hubungan yang sudah kita jalin dengan baik dan banyak cerita bahagia di dalamnya, dengan sangat terpaksa kita akhiri. Badai itu benar-benar sangat dahsyat! Kita tidak mampu, kita menyerah sebab lelah.

Dan syukurlah tuhan tidak tidur, kebahagiaan yang di renggut paksa oleh seseorang kini telah di kembalikan. Kisah kita kembali terukir hingga menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam ikatan pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Early Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

Mengulas kembali moment bahagia mereka beberapa minggu yang lalu. Dimana pertunangan yang diadakan secara kekeluargaan itu sangatlah khidmat dan tentunya membawa kebahagiaan yang jauh lebih besar.

Jeno membiarkan Naureen menyandarkan kepala di bahunya. Akhir pekan ini mereka menghabiskan waktu bersama di sebuah taman dengan suasana yang sangat menyegarkan. Keduanya bersantai disana dengan membentangkan sehelai kain yang tidak terlalu lebar. Di atas kain itu sudah tertata beberapa makanan. Yap, betul sekali. Mereka piknik.

"Hanya tersisa satu langkah lagi sayang." Ucap Naureen kepada Jeno yang tengah asyik mengelus kepalanya.

"Hm." Jeno mengangguk.

"Aku masih enggak percaya kita bisa sampai di titik ini." Sambungnya.

"Apalagi kita sempat berpisah selama bertahun-tahun. Itu waktu yang lama banget ya sayang." Seru Naureen.

"Iya. Tapi akhirnya kita tetap sama-sama lagi. Aku sebut ini sebagai takdir." Sahut Jeno. Dia tersenyum.

Berpisah selama bertahun-tahun lalu di pertemukan kembali, apalagi namanya kalau bukan takdir. Dan mungkin memang sudah sepantasnya dua orang baik dan tulus ini di persatukan.

"Tapi baru saja kita bahagia setelah bertunangan dan akan segera menikah. Ada saja masalahnya." Ucap Jeno, menyayangkan.

"Sudah sewajarnya sayang. Semua orang pun akan melewati fase ini." Ujar Naureen.

"Tuhan sedang menguji kekuatan cinta kita." Sambungnya, lalu memejamkan matanya. Terasa nyaman sekali sepertinya.

"Lagi pula sekuat apa pun badainya, takdir tetaplah takdir." Matanya terpejam, tapi tetap fokus pada pembicaraan.

"Iya sayang. Aku percaya itu." Kata Jeno.

Jeno melirik ke arah wajah Naureen yang menempel di lehernya. Ingin di kecupnya kening Naureen, tapi tidak bisa. Jeno tersenyum, lalu mencium punggung tangan Naureen.

"Tanganku langsung hangat." Ucap Naureen sambil tersenyum, namun matanya tetap terpejam.

Jeno terkekeh.

"Ciuman yang tulus memang terkesan lebih hangat." Sahutnya.

"Mulai deh, gombal lagi."

"Aku enggak gombal sayang. Kalau soal tulus, aku sangat serius."

"Dari 1 sampai 100. Rasa sayang dan ketulusan kamu ada di angka berapa?" Tanya Naureen tiba-tiba.

Jeno mengernyitkan keningnya. Naureen tidak pernah menanyakan hal ini. Tiba-tiba sekali. Buat Jeno deg-deg-an saja.

"Kenapa? Sebelumnya kamu enggak pernah tanya soal itu." Tanya Jeno.

"Aku cuma mau tahu aja." Sahut Naureen.

"Hm."

Jeno menghela nafas.

"Aku enggak bisa menggambarkan perasaan ku seperti itu. Yang aku tahu dan aku rasakan, cuma satu."

"Apa?" Tanya Naureen, penasaran. Ia mengangkat kepalanya dan langsung menatap Jeno dengan penuh harap.

Jeno balas menatap Naureen. Ia tersenyum lalu meraih tangan wanita-nya.

"Kamu enggak bisa menyamakan perasaan ku dengan apa pun. Karena itu tak terhingga dan tak tertandingi."

Naureen mengulum senyum. Mendengar bagaimana Jeno mengakui perasaannya membuat ia salah tingkah. Lalu ia pun mengedarkan pandangannya ke arah lain, agar tidak terlalu malu di lihat Jeno.

Namun saat ia berusaha memalingkan wajahnya. Dengan sigap Jeno menahannya dengan kecupan. Di bibir mungilnya, tentu saja.

Naureen terkejut dengan mata yang membulat. Sedangkan Jeno justru senang melihatnya. Saking senangnya, Jeno kembali mengambil kesempatan itu. Dan ciuman singkat tadi bertambah durasi menjadi cukup panjang.

Naureen yang masih terkejut kini sudah mengikuti permainan Jeno. Bahkan lidah mereka pun bermain dengan cukup agresif. Luma-tan demi luma-tan membuat bibir keduanya sangat basah. Tapi itu tidak mengganggunya sama sekali. Bukankah semakin basah akan semakin bergairah. Tentu saja.

Dan berita baiknya, di tempat mereka saat ini cukup sepi. Jadi permainannya semakin seru dan mengasyikan.

...***...

Siang hari, di rooftop. Jeno bersama kedua rekannya tengah duduk santai sambil menyeruput kopi.

"Jadi gimana, No? persiapan pernikahan lo?" Tanya salah satu rekan Jeno, Putra.

"Gue baru aja selesai tunangan. Dan... Planning pernikahan memang 4 bulan lagi. Tapi belum ada yang gue persiapkan." Sahut Jeno, menyeringai.

"Kenapa enggak langsung nikah aja?" Tanya rekan satunya, Yoga.

"Hei, pak Yoga yang terhormat. Jaman sekarang Lo langsung nikah tanpa tunangan dulu tuh malah ngundang opini negatif orang-orang." Seru Putra. Ada benarnya juga.

Jeno hanya tertawa.

"Iya juga ya. Padahal gue maunya kayak gitu sih nanti. Jadi biar enggak repot dua kali proses gitu loh." Ucap Yoga.

"Ya itu si terserah lo. Tapi ya tadi, meskipun penilaian orang lain tuh enggak penting juga sih." Ujar Putra.

"Bagaimana pun ingin Lo nanti, ya itu hak Lo. Yang penting tujuan Lo sama dan satu." Kata Jeno.

"Tapi alasan gue sebenarnya bukan itu sih." Sambung Jeno.

"Gue sama Naureen sepakat untuk menikah di hari ulang tahunnya. Dan itu masih 4 bulan lagi. Sementara gue, makin lama sama Naureen tuh makin takut kehilangan." Jelas Jeno.

"Woohoo!!" Kedua rekan Jeno menyoraki-nya, lalu tertawa.

"Ya itu alasan gue memilih tunangan dulu. Setidaknya posisi gue cukup aman." Sambung Jeno.

"Memang benar ya kata orang." Ucap Yoga.

"Apa?" Putra menatap Yoga dengan rasa penasaran.

"Mau berpisah berapa lama pun, dan berkali-kali singgah dengan orang sekalipun. Pada akhirnya tetap aja, orang lama pemenangnya." Jelas Yoga.

"Lo bisa serius juga ya." Celetuk Putra.

Ketiganya tertawa. Dan kembali menikmati kopi dan bersantai sejenak disana.

Dan setelah beberapa saat, mereka memutuskan untuk kembali ke kantor. Sebab jam istirahat sudah hampir selesai.

___

Di koridor menuju ruangannya, Jeno yang sedang bersama dengan kedua temannya tidak sengaja bertemu dengan Mira. Saat itu Mira baru saja keluar dari departemen sebelah.

Jeno yang sudah terlanjur benci dengan Mira pun menaruh curiga. Ia mengira Mira akan melakukan sesuatu lagi kepada Naureen.

Saat benar-benar berpapasan, Jeno masih dengan wajah datarnya dan sama sekali tidak menyapa atasannya itu. Dan yang di lakukan Mira saat itu adalah...

"Jeno." Panggil Mira. Wanita ini memang tidak bisa membedakan tempat kerja atau ruang santai. Dia selalu berbicara dengan bahasa yang santai dengan Jeno, padahal sedang berada di kantor.

Jeno berhenti tanpa menoleh sedikit pun.

"Sorry gue terlambat. Selamat ya, No. Atas pertunangan lo dan Naureen." Ucap Mira. Tatapannya menusuk, nada bicaranya di buat-buat.

"Terimakasih." Sahut Jeno, singkat. Lalu melangkah pergi.

Tapi...

"Semoga enggak ada sesuatu yang menghalangi pernikahan kalian nantinya." Ucap Mira, lagi. Dia melirik Jeno dari sudut matanya tanpa menoleh.

Jeno yang sudah berusaha menahan emosinya, mulai terpancing.

"Bu Mira tidak perlu khawatir. Karena saya yakin pernikahan kami akan berjalan dengan sangat lancar dari mulai persiapannya." Ucap Jeno. Nada bicaranya rendah namun penuh penekanan.

"Kecuali ada seseorang yang dengan sengaja mengacaukannya." Sambung Jeno. Tatapannya sangat tajam. Membuat Mira mengalihkan pandangannya.

Bibir Jeno tersungging. Ia puas sekali melihat bagaimana Mira kehabisan kata-kata dan tidak bisa membalasnya. Saat itu juga Mira pergi meninggalkan Jeno tanpa berkata apa pun lagi.

Jeno tertawa.

"Lo salah pilih lawan, Mira!"

...***...

1
Vanni Sr
yaaah udh tamat ajaa
Early Zee: Terimakasih sudah selalu setia bareng happiness.
total 1 replies
Vanni Sr
marah lah sm diri sndri krn g tegas sm mira!!!!!!
Vanni Sr
papa ny jeno dpet apa ya dr mira? psti rencana mira ini tuh
Vanni Sr
psti papa ny jeno , hadeeeh kasian sm nau
Vanni Sr
jeno ny terlalu lambat untk nyelesain mslah , sm mira blm sm papa ny jg blm. kurang tegas gbsa jd harda terdepn nau
Vanni Sr
ap kelemhan jeno 😭😭
Vanni Sr
apa kelemahn jeno?? apa nau sudah tau?? masa nau diem aja sihhh atau jeno ny diem ja. huftt bolak balik buka Nt nungguin up crta ini ajaa hikss
Vanni Sr
mira , lo buat jeno murka siap² ajaa
Vanni Sr
bru up kk?
Vanni Sr
masa cm 1 up ny😩
anggita
👌oke Thor, terus berkarya semoga novelnya sukses banyak pembaca.
anggita
like👍utk Naureen, Jeno. ☝iklan utk Author.
anggita
hari senin kerjo maneh... pancen males🥴
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!