Karena suatu alasan, Alia kehilangan bayinya dan di saat bersamaan, Alvin putra dari bos Bara sedang tak berdaya dan membutuhkan A*si, sedangkan ibunya meninggal disaat melahirkan Alvin.
"Dia membutuhkan kamu, Alia. Maukah kamu menjadi ibu susu untuk putraku?" Bara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Toni 2
Ke esokan harinya. Lia bangun lebih awal karena sudah terbiasa. Lia menuruni anak tangga dan memperhatikan aktifitas para pelayan yang sudah sibuk membersihkan rumah dan membuat sarapan.
Para pelayan menyadari kehadiran Lia dan langsung menyapa Lia dengan ucapan selamat pagi.
Seseorang yang sepertinya sudah senior datang menghampiri Lia yang masih mematung di tangga.
" Selamat pagi nona, apa ada yang bisa saya bantu? Mau minum apa biar kami siapkan? silahkan nona tunggu di meja makan atau ruang santai."
"Buatkan saya teh hangat saja biar saya tunggu di ruang santai. Oya, mas Toni jam berapa biasanya bangun?"
"Tuan biasa bangun setengah tujuh, sarapan jam tujuh dah berangkat ke kantor jam setengah delapan kadang jam delapan." jelas pelayan itu.
Sambil menunggu tehnya jadi Lia menuju ruang santai. Di sana mata di manjakan dengan pajangan benda- benda antik dengan nilai seni yang tinggi.
Lia memperhatikan satu persatu benda- benda itu. Membuat Lia terkagum-kagum, Lia tak percaya seorang Toni yang terkenal playboy hobi mengkoleksi benda antik.
"Apa kau mengaguminya?" tanya Toni yang masih berdiri di depan pintu dan membuat Lia terkejut.
"Mas Toni... sudah bangun membuat Lia terkejut saja." ucap Lia dan masih menatap Toni yang sudah duduk di sofa.
"Mana aku bisa tidur nyenyak kalau wanitaku sudah terbangun dan suara merdunya menggelitik telinga mas dan membangunkan mas."
"Jadi suara Lia mengganggu tidur mas gitu?"
Tak lama pelayan kengantarkan kopi dan teh beserta kuenya, dan meletakkan di meja.
"Kemarilah sayang, jangan mematung di depan barang antik mas, nanti auranya pada nempel sama kamu."
Lia pun menghapiri Toni dan duduk di sebelahnya dan memilih mengambil teh yang ada di cangkir. Lia kenatap teh yang ada di cangkir warnanya bening seperti air putih namun aromanya membuat suasa hati makin rileks. Lia menyeruput tehnya dan membuat Lia mengagumi rasa tehnya yang nikmat.
"Ini teh apa mas? kok rasanya nikmat dan baru pertama kali Lia menikmati rasa teh ini."
"Itu teh dari jepang dengan kualitas nomor 1. kalau gak salah 1kgnya 5juta."
"Apa mas? mahal sekali harganya dan mas gak menikmati teh mahal ini malah minum kopi."
"Eeehhh jangan salah. ini kopi paling nikmat ya. Masih kalah dengan cita rasa kopi di sini. Kalau teh itu hanya untuk tamu yang suka minum teh."
"Ngomong-ngomong besok acara sayang mau kemana? kalau kosong lebih baik tinggal di sini aja sama mas."
"Gak mas, Lia besok ada acara sendiri. Dan terimakasih untuk tawarannya. Ternyata mas Toni gak seburuk penilainku selama ini. Mas bisa juga jadi pria baik."
"Begitu rendahnya sayang menilaiku. tapi tak masalah apapun penilaian sayang mas akan tetap sayang sama Lia dan akan memberikan semua Lia inginkan tinggal katakan saja."
"Lia ini bukan janda matre mas. yang suka menikmati harta orang. Tapi yang jadi masalahnya adalah mas Toni selalu memaksa Lia menerima semua pemberian mas."
"Gak masalah sayang. apapun yang mas berikan pantang untuk di tolak, paham. Jika tidak awas saja kartu As beraksi."
"Ngancam ceritanya. Liat aja mas tunggu saatnya tiba Lia pasti dapatkan tu rekaman."
"Mudah saja buat menghapus rekaman itu. Asalkan kamu mau menikah denganku pasti semua akan mas hapus kan gak ada gunanya lagi."
Lia pun memilih untuk meninggalkan Toni saat obrolan mulai panas. Lia kembali ke kamar dan kembali membaringkan tubuhnya di ranjang dan menghempaskan semua kekesalan yang ada.
Toni yang tak pernah merasa bersalah. Membiarkan Lia menikmati kekesalannya dan melanjutkan menikmati kopi yang sudah mulai dingin.
Lia bertahan sampai jam makan siang, tak kau keluar kamar.
Toni yang mulai bosan menunggu Lia keluar. Akhirnya berjalan menghampiri kamar Lia dan memilih masuk lewat pintu rahasia.
Di lihatnya Lia masih menikmati tidur siang tanpa sarapan dan makan siang.
"Lia, bangun. Jangan kelamaan marahnya. Sayang harus jaga kesehatan. kita makan siang dulu ya." bujuk toni
"Lia masih kenyang. Mas aja yang duluan makan siang, nanti Lia nyusul."
"Kalau sayang gak mau bangun dan turun kebawah untuk makan siang. Mas akan tetap di sini."
Lia pun terpaksa beralih posisi dan sekarang duduk di hadapan Toni.
"Mas....memang laki-laki keras kepala. Sudah dibilang nanti Lia nyusul." ucap Lia dengan nada kesal.
Toni memegang kedua pipi lia dan menatap kedua bola mata Lia." Dengarkan mas. selama kamu bersama mas. Kamu adalah tanggung jawab mas. Jadi jangan buat mas melakukan sesuatu yang lebih kasar."
"Maaf mungkin aku terlalu sensitif. Lia hanya terkadang berfikir sikap Lia yang seperti ini apakah pantas? Lia gak mau orang menganggap status Lia yang janda ini menjadi bahan cemooh orang. Orang akan menganggap Lia ini wanita rendahan yang gonta ganti pasangan."
Toni menutup bibir Lia dengan satu jari, "Biarkan orang berbicara apa. Bagiku kamu adalah wanita yang spesial, bahkan Bara dan Dimas pun mau memilikimu itu berarti kamu juga spesial di mata mereka. Biarlah orang memandang sebelah mata, cukup kamu dan kamu saja yang tahu bukan orang lain."
Toni memeluk Lia dan mengusap pucuk kepala Lia. Dan kembali membujuk Lia untuk makan.
Hari ini waktu Kebersamaan Lia dan Toni di habiskan bersama di rumah saja. Tak ada jalan- jalan ataupun yang lainnya.
Malam hari Lia meminta Toni mengantarkanya membeli buket bunga yang belum sempat iya beli dan Toni pun mengantarkannya.
Sesampainya di toko bunga Lia mencari buket bunga mawar.
"Ini untuk siapa sayang?" Tanya Toni.
"Ini untuk seseorang yang masih spesial di hati Lia." ucap Lia.
"Oh......." jawab singkat Toni yang sedikit cemburu.
Setelah buket bunga mawar itu jadi Toni ingin membayarnya namun di larang Lia.
"Biar Lia yang bayar sendiri. Lia mau membelinya dengan uang lia sendiri, jadi biar Lia sendiri yang bayar dan terimakasih sebelumnya."
"Mas jadi penasaran siapa sih yang mau Lia kunjungi besok? apa mas boleh ikut?"
"Gak usah mas, Lia mau bertemu dengannya sendiri saja."
"Baiklah kalau tidak boleh. Setelah ini mau kemana Lagi? Akan mas antarkan bahkan sampai ke ujung jalan akan mas antar."
"Lia sudah dapat yang di cari , kita pulang aja ya. Lagian kalau mau mengantar sampai ujung jalan memang di mana ujungnya."
Toni pulang dengan rasa penasaran dengan seseorang yang akan di temui Lia. Berbeda dengan Lia yang sudah gak sabar ingin segera bertemu esok hari agar ia segera datang untuk berkunjung. Walaupun sekarang masih pukul 21.20 masih butuh beberapa jam untuk ketemu esok pagi.