Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22. Tamu pagi hari
Kenapa tidak ada satu pun taksi yang lewat, hari ini sungguh sangat menyebalkan. Pagi pagi ketemu Mas Alan, sore ketemu Mas Alan. Makan malam pun ada Mas Alan lagi, sebesar itu cintanya pada Lala. Sampai sampai rela seharian mengikutiku karna permintaan Lala.
"aku antar pulang," ucap Mas Alan, dari dalam mobil yang berhenti di depanku.
"Terima kasih atas tawarannya. Tapi itu tidak perlu," jawabku datar.
"kamu jangan keras kepala Nia. Ini sudah malam, ayo pulang!" ajaknya. Mas Alan turun lalu membukakan pintu mobilnya. Aku masih terdiam berdiri di tempat.
"ayo...," ajaknya kembali. Lalu, menarik tanganku.
"aku bisa pulang sendiri. Lebih baik kamu cepat pulang, pasti Lala sudah mencemaskanmu!" ucapku. Menahan tarikan Mas Alan.
"aku tidak akan pulang, jika kamu tidak mau aku antarkan," ucap Mas Alan. Andaikan rasa pedulinya bukan karna Lala, pasti aku merasa bahagia.
"ingat, Lala di rumah sendirian kasihan dia. Aku sudah terbiasa kemana mana sendiri jadi gak usah pura pura peduli!"
"kau istriku, jelas aku peduli Nia. Ayo ini sudah malam,"
Mas Alan menarik paksa tanganku, kini aku sudah berada di dalam mobilnya. Mataku menatap keluar jendela, ku tatap tiap sudut taman. Pandanganku tak juga menemukan Lena dan Ello. Mereka tega denganku, aku pikir mereka datang ke sini mau mengajakku pulang. Ternyata aku salah, mereka hanya menertawakan aku.
Sesampainya di depan gerbang kontrakan, aku bergegas turun tanpa memandang Mas Alan.
"terima kasih..," ucapku tanpa menoleh, dan menutup pintunya dengan keras.
Suasana kontrakan sudah mulai sepi, saat hendak membuka pintu ternyata pintunya tidak terkunci. Aku rasa tadi tidak lupa menguncinya, apa mungkin Lena sudah pulang. Aku langsung masuk untuk memastikan, dan ternyata betul dugaanku. Lena sudah berbaring di atas ranjang, bukankah tadi dia berada di taman bersama Ello.
"Lena...," teriakku. Namun dia diam, entah tidur atau hanya pura pura tidur.
"Lena, aku tahu kamu pura pura tidur. Bangun Len," ucapku sambil menggoyah goyahkan tubuhnya. Lena tetap tidak bangun juga, dia pasti hanya mengerjaiku.
"ya sudah kalau gak bangun, aku pergi saja. Selamat malam," ancamku. Dia bangun, kemudian tersenyum.
"he..he.., maaf. Aku tahu kau pasti akan manghardikku lagi kan, jadi aku pura pura tidur." TuturLena jujur.
"jelaskan semuanya Len. Dari awal sampai akhir," pintaku. Lena mengangguk, aku pun duduk di sebelahnya.
Lena pun akhirnya menceritakan semuanya, rencananya bahkan tentang pembicaraan Ello dan Mas Alan. Ternyata benar dugaanku, Lena ingin aku bisa mengambil cinta Mas Alan dan membuat Lala merasakan apa yang ku rasakan. Tapi aku gak bisa, Lala wanita yang baik mana mungkin aku tega melakukan itu.
Setelah Mas Alan mencintaiku dan membuat Lala menderita. Aku harus meninggalkan Mas Alan dan membuatnya merasakan betapa sakitnya diriku juga. Aku tidak habis pikir, Lena bisa punya ide seperti itu.
Soal Mas Alan dan Ello, ternyata jawaban Mas Alan masih berusaha belajar untuk mencintaiku. Ello mengancam jika sampai aku tersakiti olehnya, Ello tak segan segan akan mengambilku dari Mas Alan. Dan akan menghajar Mas Alan jika sampai aku menderita. Dan tidak bisa membujukku kembali pulang. Ello ternyata belum tahu soal Mas Alan yang mempunyai istri lain, itu membuatku sedikit lega.
Pukul 01.45.WIB, aku masih terjaga dari tidurku. Aku merindukan Ayah, apa sebaiknya aku pulang ke Bandung melihat keadaan Ayah. Ku beranjak untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam.
"kamu belum tidur Nia?" tanya Lena dengan suara serak.
"belum," jawabku sambil melipat mukenaku.
"kau memikirkan ideku?" tanya lena kembali.
"aku tidak akan melakukan ide konyolmu itu Len. Aku hari sabtu ingin pulang ke Bandung nengokin Ayah Len!" ucapku. Lena terkejut mendengarnya.
"kamu yakin mau pulang ke Bandung?" tanya Lena ragu. Aku pun mengangguk dan tersenyum.
"sendiri?" tanyanya lagi.
"iya sendiri lah Len, masa iya sama Mas Alan!" jawabku yakin.
"kamu yakin sendirian Nia. Bagaimana jika Om Ilham menanyakan soal Alan?"
"ya aku jawab kalau Mas Alan sedang sibuk lah. Masa iya aku jawab jujur kalau aku sedang marah dan pergi dari Mas Alan. Bisa bisa Ayah terkena serangan jantung Len," tuturku.
"ya sudah," ucap Lena.
"awas kamu bilang bilang ke Mas Alan. Aku gak bakalan balik lagi kesini," ancamku. Karna aku yakin kini Lena masih berambisi dengan idenya itu.
"iya aku gak bakalan ngomong ke Alan," jawab Lena lalu kembali tidur
Pov Author.
Pagi hari di rumah Alan, kini Lala dan Alan sedang duduk sarapan di ruang makan. Tiba tiba suara bel dari luar.
"siapa pagi pagi bertamu," ucap Alan kesal.
"biar aku buka Mas," ucap Lala. Dan di jawab anggukan oleh Alan.
Kini di luar seorang tamu yang sedang menunggu di bukakan pintu oleh pemilik rumah. Orang tersebut berdiri dan tersenyum riang, Dia terlihat bahagia. Bahkan sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan Tuan rumah ini. Namun senyum itu hilang seketika setelah pintu itu di buka oleh Lala.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.