Asyifa rela jadi adik madu dari Naura, wanita cantik yang bersosialita tinggi demi pendidikan yang layak untuk kedua adiknya. Hanya saja, Adrian menolak ide gila dari Naura. Jangankan menyentuh Asyifa, Adrian malah tidak mau menemui Asyifa selama enam bulan setelah menikahinya secara siri menjadi istri kedua. Lantas, mampukah Asyifa menyadarkan Adrian bahwa keduanya adalah korban dari perjanjian egois Naura, sang istri pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Sembilan - Jangan Bahas Naura, Saat Masih Bersama
Seperti yang dijanjikan Adrian, sore ini Adrian akan mengajak Asyifa ke mall. Mengajak Asyifa berbelanja kebutuhannnya, sekalian makan malam dan nonton. Asyifa langsung keluar rumah saat mendengar klakson mobil Adrian, ia langsung mengunci pintu rumahnya, lalu masuk ke dalam mobil Adrian.
“Sudah siap? Cantik sekali istriku?” puji Adrian.
“Sudah dong ... Mas bisa saja, yuk berangkat sekarang?” ajak Asyifa.
“Oke,” jawab Adrian.
Adrian mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah mall terbesar di kotanya. Adrian menggamit tangan Asyifa saat Asyifa akan turun dari dalam mobilnya.
“Mau makan dulu, atau kamu mau beli apa?” tanya Adrian.
“Makan boleh, belanja dulu boleh, atau nonton dulu enaknya?”
“Kamu ditanya malah tanya balik, Ris? Ya sudah lihat jadwal filmnya dulu yuk?”
Karena jadwal filmnya masih beberapa jam lagi, akhirnya Asyifa memilih untuk belanja. Padahal dia tidak ingin beli ini dan itu, namun Adrian yang menyuruhnya.
“Parfum kan masih banyak, Mas? Kenapa ke sini? Habiskan dulu ih, jangan boros!”
“Sudah ayo beli lagi.” Adrian membawa Asyifa ke toko parfum terkenal di dalam mall, lalu memilih parfum aroma baru lagi untuk Asyifa. Tentu saja parfum yang mewah dan mahal.
Asyifa hanya bisa menurutinya, percuma saja menolak, yang ada malah nantinya ada perdebatan kecil yang tidak mengenakkan, apalagi suaminya tipe orang yang tidak mau dibantah.
Selesai memilih parfum, baju, dan lainnya, Adrian mengajak Asyifa untuk memasuki restoran, mereka makan dulu sebelum nonton film.
**
“Pasti seru nih filmnya! Semangat dong, Ra?” ucap Nina dengan antusias. Semua teman Naura tahu kalau Naura sedang tidak baik-baik saja, apalagi Adrian bilang ingin menceraikannya.
“Film apaan sih? Aku malas sebetulnya, tapi ya sudah lah ayok masuk!” ucap Naura.
Naura berusaha enjoy dan menikmati hari ini bersama teman-temannya. Padahal ia sedang tidak ingin keluar rumah, tapi karena paksaan teman-temannya, Naura jadinya ikut bersama mereka. Naura masih memikirkan ucapan Adrian semalam, benarkah Adrian akan tega menceraikan dirinya?
Adrian dan Asyifa masuk ke dalam bioskop. Mereka mendapatkan tempat duduk di antara tempat duduk yang kosong. “Kenapa Mas milihnya di sini sih? Ini banyak tempat duduk yang masih kosong, rasanya gak asik, Mas. Masa nonton di bioskop depan kita dan samping kita kosong?” protes Asyifa.
“Sudah, biar gak ada yang ganggu, Fa. Jadi kan aman kita mau ngapa-ngapain?” bisik Adrian.
“Mesum!”
“Kamu juga senang kan, kalau dimesumin aku?” ucap Adrian.
“Ish ... sudah ah mau fokus nonton, coba film pilihan Mas bagus gak?”
“Lihat saja.”
Asyifa fokus melihat layar lebar yang menayangkan film bergenre romantis. Membuat Asyifa sampai hanyut terbawa suasana meresapi bagaimana jalan cerita yang disuguhkan film tersebut. Kedua mata Asyifa terbelalak saat melihat kedua pemeran melakukan adegan ciuman yang nampak begitu romantis dan sangat lembut.
“Ih!” pekik Asyifa lirih.
“Kenapa?” tanya Adrian.
“Itu ih, malu lihatnya,” ucap Asyifa.
“Malu kenapa? Kan seperti kita kalau sedang begituan, Fa?” bisik Adrian.
“Iya, tapi kan kita enggak untuk dipertontonkan, Mas? Malu sendiri lihatnya,” ujar Asyifa.
“Namanya juga film, mereka kan dibayar?”
“Tuh ... kan? Lepas-lepas baju segala, ih telanjang itu mas? Aduh sampai begitu ahhh ... saya kok makin merinding, Mas?” ucap Asyifa yang ikut merasakan adegan di layar lebar.
“Sudah lihat saja, Sayang?”
“Itu kan bukan suami-istri ya, Mas? Kok mau, ya?”
“Namanya juga pemeran, itu sudah risiko mereka, Sayang?”
“Ya tetap saja! Sudah yuk, filmnya bikin merinding! Mending nonton horor, Mas? Film rekomendasi Mas gak bagus, ah!”
“Ya sudah ayok kita bikin film sendiri saja. Mas sudah tegang, pengin ikutan yang seperti itu.”
“Mesum, ih!” tukas Asyifa.
Mereka akhirnya keluar dari bioskop sebelum film selesai. Asyifa merasa risih dan makin merinding melihat adegan film seperti itu. Dalam pikiran Asyifa, lebih baik main sendiri dengan suaminya, ketimbang lihat film yang seperti itu.
“Mas Adrian?!” batin Naura.
Naura sekelebat melihat Adrian yang keluar dari bioskop dengan menggandeng seorang perempuan. Naura tahu, pasti perempuan itu adalah Asyifa.
“Bentar ya, Beb. Aku mau pipis, adegannya bikin basah, sialan!”
“Dasar! Gitu saja rembes!” celetuk Lena.
Naura bergegas meninggalkan bioskop, ia melangkah cepat untuk membuntuti suaminya yang sedang berjalan berdampingan dengan Asyifa.
“Pantas saja, Asyifa sekarang sudah berubah, satu tahun aku tidak melihat perempuan itu karena disembunyikan Mas Adrian, sekarang penampilannya sangat berubah, meskipun masih saja baju yang ia kenakan baju biasa saja. Pantas Mas Adrian berpaling dariku, ini semua salahku, tapi aku tidak akan membiarkan dia merebut suamiku!” batin Naura bergemuruh. Kakinya terus melangkah, mengikuti ke mana perginya Adrian dan Asyifa.
Naura mengikuti mereka sampai area parkir. Ia buru-buru mengikutinya, namun seketika langkahnya terhenti, kala melihat Adrian yang tiba-tiba mencium Asyifa dengan penuh gairah. Napas mereka saling memburu, dan terdengar jelas di telinga Naura yang jaraknya sudah dekat dengan mereka, namun dirinya terhalang oleh pilar besar di sana.
“Aku sudah tidak tahan, masuk ke mobil, aku ingin suasana baru, Sayang,” bisik Adrian.
“Di—di sini, Mas?”
“Ya, kenapa? Suasana baru, biar gak melulu di kamar, di kamar mandi, ruang tamu, dapur, meja makan. Sesekali di dalam mobil, Sayang,” ucap Adrian.
Bisa-biasnya Adrian mengabsen semua tempat yang menjadi lahan bercocok tanamnya dengan Asyifa. Asyifa tersipu malu, Adrian yang melihatnya semakin gemas dan ingin cepat-cepat menuntaskannya. Tanpa menunggu jawaban Asyifa lagi, Adrian kembali menyambar bibir manis Asyifa, menyesapnya dengan kuat, lalu membuka pintu mobil, mereka masuk dan melanjutkan adegan panas tersebut di dalam mobil.
“Ahhh ... Mas ... nanti ada yang lihat!” pekik Asyifa.
“Tenang, kaca mobilku tidak akan terlihat oleh siapa pun dari depan,” ucap Adrian.
Namun, saat akan melanjutkan aksinya, ponsel Adrian berbunyi. Ia merasa sangat terganggu dengan dering ponselnya. Ingin sekali mematikan, namun Asyifa mencegahnya.
“Itu dari Mbak Naura? Angkat saja, Mas,” ucap Asyifa.
“Ya sudah! Ganggu saja dia!” umpat Adrian.
“Halo, Ra?”
“Mas, di mana? Mas kamu sibuk?”
“Enggak sih, kenapa? Tapi aku sedang keluar dengan Asyifa,” jawab Adrian apa adanya.
“Ke mana?” tanya Naura.
“Makan, terus nonton, ini baru mau pulang,” jawab Adrian.
“Oh ya sudah, maaf mengganggu,” jawab Naura yang terdengar serak.
“Memang ada apa, Ra?” tanya Adrian.
“Aku Cuma pengin diantar kamu ke butik, Mas, tapi kalau mas sedang bersama Asyifa, ya sudah, have fun,” jawab Naura.
Adrian tidak bohong, tentu saja tidak akan bohong, toh dirinya sudah tidak menghargai perasaan Naura, dan sudah tidak ada lagi rasa terhadap Naura.
“Kamu memang jujur, Mas. Tapi, aku sakit!” pekik Naura dengan terisak.
Tubuhnya merosot ke bawah, dengan bersandar pilar besar, Naura menangis sesenggukan, menyaksikan peraduan Asyifa dan Adrian di dalam mobil. Mobil Adrian bergerak-gerak dengan cepat, Naura tahu Adrian pasti melakukannya dengan penuh gairah. Tubuh Naura lemas, ia tidak bisa lagi berdiri, masih saja menyaksikan mobil Adrian yang sudah berhenti bergerak.
“Kamu bahkan tidak pernah melakukan hal serupa denganku, Mas. Aku yang sepuluh tahun bersamamu, tidak pernah bermain sepanas itu denganmu di dalam mobilmu, mobil yang penuh dengan kenangan kita dulu. Kamu kejam, Mas!” pekik Naura.
**
Adrian masih memeluk Asyifa yang berada dia atas pangkuannya. Inti mereka masih menyatu, Adrian pun masih mencumbu ceruk leher Asyifa dengan lembut.
“Bagaimana? Seru kan petualangan kita malam ini?”
“Sangat,” jawab Asyifa terengah.
Adrian kembali menciumi wajah Asyifa, ingin rasanya ia kembali menghunjam milik Asyifa, tapi ia tahu tempat, dan terlihat area parkir mulai rame.
“Aku tidak enak sama Mbak Naura, Mas,” ucap Asyifa.
“Sudah sih, gak usah punya perasaan begitu, Ris,” ucap Adrian.
“Mas itu egois tahu, ini kan masih jatahnya Mbak Naura malam ini?”
“Iya nanti mas ke sana,” ucap Adrian. “Aku mau kalau kita berdua, gak usah bahas Naura ya, Sayang? Aku hanya ingin kita berdua saja.”
“Baiklah.”
dr ibu pertma anaknya 4 perempuan smua
dr ibu kedua anaknya 2 laki2 smua.
SMP skrang smua anak2 sudah berkeluarga dan mereka tampak akuuur bgt.. sering liburan bareng.
salut si sma yg bisa kaya bgtu,
jdi laki ko serakah ga ada tuh perempuan yg bnr" ikhlas d madu toh rasa nya kaya racun pergi ja lh Asyifa dari pada makin sakit mana ga berdarah itu lebih berbahaya