Istri Kejam Bos Mafia

Di saat yang sama, di puncak menara Adhitama Group, Reifan sedang meninjau data di komputernya, menunggu kedatangan Tamara yang baru saja mengancam ibu tirinya.

Reifan menyandarkan punggung ke kursi kerja nya, tatapannya tenang namun penuh perhitungan.

Tiba-tiba, ponsel pribadi yang sangat jarang berbunyi, yang hanya digunakan untuk urusan sangat pribadi dan darurat, bergetar di mejanya.

Reifan melirik, di sana tertera nomor asing. Instingnya langsung melonjak, Reifan menggeser jarinya, membaca pesan masuk itu.

"Suamiku, hadiah pernikahan dariku baru saja tiba di Gudang Delta 4. Aku harap kamu suka dengan kejutan baruku. Datanglah sebelum semuanya menjadi abu."

Membaca pesan itu, Reifan seketika langsung menegakkan tubuhnya, seluruh ketenangan dinginnya lenyap, digantikan oleh kewaspadaan seorang pemimpin mafia yang baru saja diserang. Matanya yang gelap memancarkan kemarahan murni.

Gudang Delta 4! Itu adalah lokasi kargo ilegal Black Dragon yang paling sensitif, tempat penyimpanan aset yang paling dijaga kerahasiaannya, dan yang baru akan diserang oleh Blackwood minggu depan.

Bagaimana bisa...?

Reifan mengepalkan tangan di atas meja. Gudang itu adalah rahasia internal Black Dragon. Bahkan Damian baru tahu rencana serangan Blackwood karena sistem intelijen canggih mereka.

Tapi Wanita cengeng ini, yang seharusnya sedang berada di rumah sakit atau merengek di lobi perusahaannya, tahu tentang lokasi tempat rahasia itu, dan tampaknya, sedang memicu keributan di sana.

"Damian!" panggil Reifan, suaranya rendah dan tajam.

Damian yang berdiri di dekat pintu segera menghampiri, merasakan tekanan udara di ruangan itu berubah drastis.

"Batalkan semua pengamanan untuk Nona Tamara di lobi. Dia tidak akan datang ke sini," perintah Reifan, lalu menunjukkan pesan di ponselnya kepada Damian.

Damian membaca pesan itu, wajahnya yang selalu tenang kini menunjukkan keterkejutan nyata.

"Gudang Delta 4? Tuan, itu mustahil. Bagaimana Nona Tamara-"

"Tidak ada yang mustahil bagi wanita ini," potong Reifan, menyambar kunci mobilnya.

"Dia bukan Tamara yang kita kenal, ini adalah permainan, dan dia baru saja menantang ku. Instingku berteriak bahwa ini adalah jebakan, tapi ini terlalu berisiko untuk diabaikan," ucap Reifan, dingin, mengepalkan tangannya kuat.

"Siapkan tim tempur terbaik. Bawa senjatamu. Kita bergerak cepat, jika Blackwood sudah memulai serangan, kita harus berada di sana dalam sepuluh menit. Dan Damian, pastikan anak-anakku baik-baik saja!" perintah Reifan tegas, menoleh ke Damian.

"Saya sudah memastikan pengamanan rumah sangat ketat, Tuan. Tapi Nona Tamara..." jawab Damian menunjuk ke pesan itu lagi.

"Dia menyebut Anda Suamiku, Tuan. Dan dia tahu lokasi kargo. Apakah mungkin dia bekerja sama dengan Blackwood?" tanya Damian, melanjutkan perkataannya.

"Blackwood tidak akan menggunakan trik murahan seperti ini. Mereka akan menyerang langsung, bukan mengirimkan pesan romantis. Tidak, Damian. Ini adalah pemain baru yang sangat menarik. Dia tidak ingin merusak kargo. Dia ingin aku datang ke sana," jawab Reifan tersenyum sinis.

"Jika dia ingin bertemu, aku akan memberinya pertemuan. Siapa pun dia, dia baru saja menandatangani kontrak dengan Iblis. Dan aku akan memastikannya tahu harganya," lanjut Reifan berjalan menuju pintu.

"Saya ikut, Tuan!" ucap Damian, segera mengambil senapan serbu tersembunyi dari balik lemari.

"Tidak! Kau di sini, kau harus mengawasi pergerakan Blackwood di sisi lain, dan siapkan backup jika aku tidak merespon dalam lima belas menit," jawab Reifan, menolak dengan tegas.

"Dan lacak sinyal pesan ini. Aku ingin tahu persis di mana dia berada, detik demi detik. Dan aku ingin tahu bagaimana dia mendapatkan informasi tentang Gudang Delta 4. Semuanya," lanjut Reifan berhenti di pintu, tatapannya dingin menusuk.

"Laksanakan, Tuan," jawab Damian mengangguk tegas.

Reifan meninggalkan kantor, menyisakan kekosongan yang dingin di ruangan itu, pria dingin itu turun dengan lift pribadi, menuju garasi bawah tanah. Otaknya bekerja cepat, mengurai anomali yang baru saja muncul dalam hidupnya.

Tamara yang lama tidak akan pernah berani, Tamara yang baru ini adalah ancaman, dan ancaman harus segera diatasi.

Reifan mengemudikan mobil sport hitamnya dengan kecepatan tinggi, di tengah kegelapan dan kecepatan, pesan misterius dari calon istrinya itu terus terngiang di benaknya.

Dia datang ke Pelabuhan, dia memanggilku Suamiku, bahkan dia tahu tentang kargo. Pikir Reifan.

Instingnya yang setajam elang memperingatkannya, dia sedang ditarik ke dalam permainan, dan Reifan benci kehilangan kendali. Dia benci kejutan, dan sialnya wanita ini memberikan keduanya.

"Sial" umpat Reifan, mencengkram kuat setir mobil nya.

Saat mobilnya mendekati area gudang, samar-samar ia mencium bau asap. Sesaat kemudian, Reifan melihatnya asap tebal berwarna putih membubung dari area Gudang Delta 4. Serangan sudah dimulai.

Reifan menginjak rem, mobilnya berhenti mendadak di balik tumpukan kontainer, dengan gerakan cepat, Reifan mengambil teropong malamnya.

Dari kejauhan, Reifan bisa melihat kekacauan di sekitar Gudang Delta 4, pria-pria berseragam hitam yang merupakan anggota Black Dragon yang berjaga, tampak panik, beberapa batuk-batuk, yang lain sibuk memadamkan api kecil.

Tapi yang membuat Reifan membeku adalah mobil putih yang diparkir agak jauh dari keramaian, sebuah Ferrari putih. Mobil itu terlalu mencolok, terlalu mewah, untuk berada di tempat kotor dan berbahaya seperti itu.

Reifan menurunkan teropong, matanya menyipit, ini terlalu kebetulan.

Saat itulah ponselnya bergetar lagi. Kali ini, sebuah laporan dari Damian.

Damian📩

"Tuan Sinyal pesan dilacak. Lokasi pengirim pesan... 100 meter dari Gudang Delta 4. Mobil yang digunakan adalah Ferrari putih milik Nona Cindy Wijaya."

Reifan mencengkeram ponselnya hingga buku-buku jarinya memutih. Tamara tidak hanya tahu tentang kargo dan ancaman Blackwood, tapi dia juga ada di sana, di tempat kejadian, menyaksikan kekacauan yang perempuan itu picu.

Dia tidak datang untuk merengek, tapi dia datang untuk menciptakan kerusuhan.

"Kamu berhasil membuat kejutan besar, calon istri. Mari kita lihat, apakah kamu bisa lolos dari kejutan dariku," ucap Reifan tersenyum, senyum yang sama jahatnya dengan senyum Tamara

Reifan keluar dari mobilnya, tidak lupa Reifan mengenakan sarung tangan kulit, lalu Reifan berjalan perlahan menuju Gudang Delta 4, seperti singa yang mendekati mangsanya.

Permainan ini baru saja dimulai, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun menang darinya.

Di dalam gang sempit, gudang delta 4, Cindy yang masih tertawa histeris karena adrenalin melempar granat, menoleh saat mendengar suara mobil lain berhenti.

"Tam, apa itu Blackwood? Mereka datang! Atau itu bantuan? Aku harus melempar granat yang ini juga?" tanya Cindy sambil menggenggam granat setrum kedua.

Tamara yang bersandar tenang, kini menegakkan tubuhnya.

"Sistem, apakah itu Blackwood atau Black Dragon?" tanya Tamara di dalam pikiran nya.

"Tuan Rumah, insting saya mendeteksi aura dominasi yang sangat kuat mendekat. Bukan Blackwood, tapi aura ini milik Reifan Adhitama. Instingnya sangat cepat, kurang dari sepuluh menit dia sudah tiba."