Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Senja menyapa kemucuk malam, sinar kemerahannya perlahan digeser oleh langit yang mulai gelap. Beberapa karyawan terlihat meninggalkan kursi kerjanya. Namun Aishe, justru masih fokus dengan komputer di hadapannya.
"Nona, Anda bisa pulang sekarang," ucap Ashan menghampiri meja kerja Aishe.
"Pekerjaanku belum selesai. Aku masih harus menemukan selisih uang." Netra Aishe masih terpaut pada komputer yang menyala, tidak menoleh melihat wajah Ashan.
"Anda bisa melanjutkannya besok, Nona."
Sekali lagi, Ashan diabaikan. Aishe tetap sibuk dengan komputer dan memandangi data-data perusahaan. Hingga tiba-tiba ….
"Lucas, Andreas …." Aishe terdiam untuk sesaat. "Apa mereka seorang petinggi?" Dia menoleh, menatap Ashan yang masih berdiri di posisinya semula.
Ashan terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Entahlah, aku tidak mengenal nama-nama itu disini. Mungkin mereka kepala cabang."
"Benarkah? Apa kepala cabang bisa mendapatkan dana di rekening pribadi?"
"Seharusnya tidak. Memang ada apa?" Ashan seolah terkejut.
Namun, Aishe bukannya menjawab pertanyaan Ashan, ia justru mematikan komputernya dan berkemas. "Aku akan memastikannya dulu. Kalau begitu, selamat malam," ucapnya kemudian pergi begitu saja.
Setelah melihat Aishe keluar ruangan. Ashan merogoh saku dan mengambil ponselnya, kemudian dia menghubungi seseorang.
"Dia sudah menemukan beberapa orang itu," ucap Ashan.
"Bagaimana perintah tuan? Apa dia tidak keberatan? Aku melihat perlakuannya berbeda pada gadis itu."
"Namanya Aishe."
"Terserahlah! Aku tidak peduli!" jawab seorang pria dengan suara lantang. "Harap-harap, tuan menjadikannya umpan."
Apa itu mungkin? Aku sudah melihat sinyal di antara keduanya. Akankah dia menjadikannya umpan?
Aishe kembali ke rumah dengan menaiki bis dalam kota. Sebenarnya, selama ini Diego telah menyiapkan supir untuk mengantar dan menjemput Aishe. Namun entah kenapa, dua hari ini Aishe menolaknya.
Dia baru saja sampai di rumah. Ketika Diego tiba-tiba menghampiri dan mengajaknya menonton film.
"Film laga?" Aishe merenung heran, karena tidak biasanya Diego bertindak seperti ini.
"Kenapa? Kamu tidak suka?"
Bukan tidak suka …. Aahh, aku terlalu lelah. Aishe tersenyum, kemudian mengangguk. "Apa saya boleh mandi dulu, Tuan? Badan saya berkeringat."
"Tidak masalah."
Selesai mandi dan mengganti baju, Aishe turun ke lantai bawah menghampiri Diego. Dilihatnya pria itu sudah duduk di sofa dengan nyamannya, meninggalkan kursi roda yang ada di sebelah sofa.
Bagaimana dia bisa pindah?
Setelah diingat-ingat, dirumah sudah tidak ada orang. Hanya ada supir dan beberapa penjaga yang tidak mungkin masuk ke dalam rumah.
Ah, mungkin itu Ashan, tadi dia bilang ingin mampir ke rumah.
"Duduk sini!" Ajak Diego menepuk sofa di sebelahnya.
Aishe dengan patuh menurut. Tanpa ada pemikiran yang aneh, matanya langsung fokus memandangi televisi berukuran 146 inch, dari pabrikan Samsung. Diego pun langsung menyalakan remot, sambil memandang wajah Aishe.
Sebuah adegan di mulai. Saat enam orang berbadan besar memasuki apartemen Baylosuites, tempat dimana Farhan tinggal. Mereka menggetuk satu pintu dengan keras.
Sorot kamera langsung men-shot wajah Farhan yang pada saat itu membuka pintu. Wajah yang tidak pernah di lupakan oleh Aishe, dan membuat gadis itu meremas kuat bantal sofa yang ada di atas pahanya.
Dua orang berbadan besar langsung mendorong tubuh Farhan hingga terpelanting ke belakang. Dengan suara garang, mereka menagih hutang pinjamamnya.
"Bos menagih uang! Bayar sekarang juga!"
"Tuan, beri aku satu minggu lagi. Aku baru saja mendapat modal untuk proyek baruku. Setelah mereka berhasil louncing, aku akan membayar semua berserta bunganya." Farhan berlutut memegangi kaki pria besar itu.
Namun, tangannya di tepis begitu saja. "Tidak ada tengat waktu. Bayar sekarang juga!"
Bagaimana bisa membayar? Uang saja tinggal 200 Lira.
Farhan berpikir dengan keras, mencari bahan untuk menjadi pertukaran. Pada saat otaknya bekerja dengan keras, ia melihat Akila keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba saja, ada sebuah ide yang terbesit keluar.
Dia bangkit berdiri, lalu berbisik pada pria berbadan besar itu. "Tuan, tolong beri tengat waktu. Sebagai gantinya … gadis itu punya pelayanan yang sempurna."
Akila yang mendengar itu, langsung mengumpat Farhan. Dia mengambil bantal, lalu memukul kepala Farhan. "Kau gila! Aku membantumu susah payah, dan ini balasanmu!"
"Kau yang gila. Aku berbuat seperti ini juga demi siapa?" Farhan terdengar tidak mau kalah.
"Dengar Pak. Hutang dia, bukan urusanku." lanjut Akila yang kemudian melangkah pergi.
Namun sebelum jauh, seseorang mencekal tangannya dan membopong tubuhnya. "Ahhh ... lepas! Lepaskan aku!" teriak Akila memberontak.
"Barter tengat waktu dengan tubuh … bos memberimu tambahan waktu satu minggu," ucap pria berbadan besar itu yang akhirnya membuat Farhan lega.
"Kalau begitu, selamat bersenang-senang, Tuan-Tuan."
Hela napas Aishe terdengar cukup jelas ditelinga Diego. Membuat pria itu bertanya-tanya, apakah tindakannya kurang memuaskannya?
"Kenapa, kamu kurang puas?"
Aishe menggeleng. "Tidak. Aku hanya menyayangkan beberapa hal."
"Apa itu?" Diego memandang Aishe.
"Alika hanya orang dibalik layar, tapi dia harus mendapat hal demikian. Sedangkan pria bajingan itu, dia malah …."
Diego tiba-tiba tersenyum. Dengan lembut, ia membelai rambut Aishe yang terurai. "Kamu tidak tau, Ishe. Empat dari keenam pria itu, tidak menyukai perempuan."
Jawaban Diego membuat Aishe keheranan dan menoleh. "Maksud Anda?"
Dua pasang mata saling bertemu untuk beberapa saat. "Mantanmu sedang melayani keempat pria itu di ranjang." Diego mendekatkan bibirnya, hingga kedua bibir mereka bertemu.
Bersamaan dengan itu, lelungan Farhan dan Alika terdengar sangat pilu. Namun hal itu, tidak membuat Diego melepaskan panggutan bibirnya.
...☆**TBC☆**...