Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.
"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."
"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"
Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?
Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?
Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Bab 1 – Pengkhianatan Paling Keji
Hujan deras mengguyur atap kafe kecil di sudut kota saat mobil Sharon berhenti tak jauh dari kafe tersebut. Tangannya gemetar, bukan karena dingin, melainkan karena firasat aneh yang mencengkeram dadanya sejak pagi. Pesan misterius dari seseorang yang tidak dikenal menyertai sebuah foto. Foto itu memperlihatkan sosok pria yang sangat dikenalnya, tengah menggenggam erat tangan seorang wanita. Bukan hanya menggenggam, mereka juga berciuman dan itu terjadi di tempat yang juga sangat ia kenal.
Farel
Nama itu masih terasa manis di lidahnya, meskipun kini terasa seperti racun yang menyusup ke aliran darahnya. Farel adalah kekasihnya selama dua tahun terakhir. Lelaki yang ia pikir akan menjadi pendamping hidupnya, yang telah ia perkenalkan pada ibunya dan teman-temannya. Lelaki yang telah berjanji akan menikahinya dalam waktu dekat.
Namun kini, Sharon berdiri di depan kafe itu, tempat pertama kali Farel menyatakan cintanya padanya. Matanya menelusuri setiap jendela, mencari tanda-tanda kebenaran dari foto itu. Hatinya menolak percaya, namun langkah kakinya tak bisa dia hentikan.
Dengan langkah pasti dan jantung yang berdegup keras, Sharon membuka pintu kafe. Aroma kopi dan kue manis seharusnya menenangkan, tapi tidak untuk hari ini. Matanya langsung tertuju pada sudut ruangan yang agak tersembunyi oleh partisi kayu. Di sanalah mereka duduk.
Farel ... dan wanita itu.
Wanita dengan rambut bergelombang sepunggung, mengenakan gaun sabrina berwarna merah muda dan bibir dibalut lipstik berwarna senada, ia tampak tersenyum penuh kemenangan.
Sharon tertegun. Itu bukan hanya sembarang wanita.
Itu adalah Ivana—wanita yang telah menghancurkan keluarganya bertahun lalu. Wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya, penyebab perceraian kedua orang tuanya, penyebab ibunya jatuh sakit dan kehilangan segalanya. Wanita yang terakhir ia lihat saat ibunya menggugat cerai, memutuskan tali pernikahan dengan hati yang robek.
Dan kini, Ivana duduk di hadapan Farel–kekasih Sharon dengan tersenyum lebar. Kekasih yang katanya setia. Kekasih yang selama ini selalu mengumbarkan kata cinta dan menjanjikan kesetiaan seumur hidupnya. Mereka tertawa. Tampak begitu bahagia. Farel menyentuh tangan wanita itu dengan lembut. Persis seperti perlakuan laki-laki itu padanya selama ini.
Hati Sharon benar-benar sakit. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu dengan tega menusuknya dari belakang seperti ini. Ia bukan hanya mengkhianatinya, tapi juga menghancurkannya.
Sharon ingin berbalik, lari sejauh mungkin. Tapi amarah yang membuncah di dadanya mendorongnya melangkah maju. Ia berjalan cepat ke arah mereka, mengabaikan tatapan para pengunjung yang terkejut saat melihat ekspresinya yang terlihat emosional dengan tatapan tajam.
“FAREL!” suaranya memotong keheningan.
Farel sontak berdiri, wajahnya seketika pucat saat melihat keberadaan Sharon yang sudah berdiri menjulang di hadapannya.
Farel menelan ludah. Ia tidak menyangka melihat Sharon memergokinya di sini bersama wanita lain.
“Sha … Sharon? Ini tidak seperti yang kamu pikir—”
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Farel membuat beberapa pengunjung menoleh dengan mata terbelalak. Melihat itu, Ivana hanya tersenyum miring, seolah puas melihat keributan ini.
“Aku sudah curiga kamu berubah akhir-akhir ini. Tapi aku tidak menyangka kamu akan serendah ini. Dengan dia?” Sharon menunjuk Ivana dengan suara bergetar. “Kamu tau siapa dia, Farel? Kamu tau siapa dia?" sentak Sharon.
Farel menunduk. “Sharon, aku … aku bisa jelaskan .…”
“Tidak usah!” Sharon memotong cepat, nadanya tajam. “Kau tau, dia adalah wanita yang sudah menghancurkan keluargaku! Dia wanita yang sudah menjadi penyebab perceraian kedua orang tuaku. Dia yang sudah membuat ayahku menceraikan ibuku dan membuang kami berdua. Dan sekarang kamu ... kamu malah menjalin hubungan bahkan sampai tidur dengan dia?!”
Ivana tersenyum manis. “Lama tak bertemu, Sharon. Sudah cantik sekarang, ya? Tapi tetap saja, kamu tak bisa menjaga priamu," ucap Ivana tanpa rasa bersalah sama sekali.
Sharon melangkah maju, ingin menampar Ivana juga, tapi Farel justru menahan tangannya.
“Jangan bertingkah seperti ini di depan umum," sergah Farel membuat Sharon mendelik tajam.
“Berani-beraninya kamu ngomong begitu setelah menghianatiku?” Suara Sharon bergetar penuh amarah. “Kamu tau apa yang sudah aku lalui? Apa kamu tau bagaimana penderitaan ibuku akibat ulahnya? Dan apa kamu tau seberapa besar aku mencintaimu, Farel? Tapi Apa yang kau lakukan? Kau justru ...."
“Sharon, aku ... aku minta maaf. Tapi semua ini terjadi begitu saja. Aku dan Ivana—”
“Sudah!” Sharon memotong. “Aku tidak butuh penjelasanmu. Aku cuma ingin kamu tau satu hal … kamu pria paling keji yang pernah aku kenal," ucapnya penuh kemarahan dan kebencian.
Ia menatap Ivana dengan penuh benci. "Selamat. Lagi-lagi kau berhasil menghancurkanku," ucap Sharon sebelum berbalik dan berjalan keluar, menahan air mata yang menggenang.
Di luar, hujan masih begitu deras, namun Sharon tidak peduli. Langkahnya melewati trotoar, menabrak payung orang-orang, menahan tangis yang nyaris pecah.
Hatinya hancur. Bukan hanya karena Farel berselingkuh, tapi karena ia melakukannya dengan orang yang sudah menghancurkan keluarganya dulu.
Saat ia kembali ke mobil, tangisnya pecah. Tangan menggenggam kemudi erat, tubuh gemetar hebat. Ia menjerit, membenturkan tangan ke setir berulang kali.
“Kenapa … kenapa harus dia … kenapa semua orang yang aku percaya harus menusukku dari belakang?” teriaknya keras dengan air mata bercucuran.
Tangannya menggigil saat menghidupkan mesin. Ia tidak tahu mau ke mana, namun yang pasti bukan pulang ke apartemen yang masih dipenuhi kenangan bersama Farel. Bukan juga ke rumah ibunya yang sedang berjuang sembuh dari sakit.
Ia hanya ingin pergi.
Menjauh dari semua kebohongan dan kesakitan ini.
Di tengah hujan, di bawah langit malam yang pekat, Sharon mengemudikan mobilnya tanpa arah. Kepalanya berdenyut, dadanya sesak. Hingga akhirnya ia berhenti di sebuah bar kecil yang terpencil di ujung kota. Tempat yang sepi, jauh dari keramaian.
“Tequila,” ucapnya pada bartender. “Yang paling keras," lanjutnya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ia segera memalingkan wajah saat melihat seorang wanita sedang duduk di atas pangkuan seorang pria sambil berciuman penuh nafsu. Pakaian wanita itu nyaris terbuka. Entah apa saja yang sudah mereka lakukan di sana. Sharon tidak peduli.
Satu shot. Dua. Tiga.
Perlahan pikirannya kabur, tubuhnya ringan, luka di hatinya tak lagi terasa, meski hanya sementara.
Tak beberapa lama, seseorang duduk di sampingnya. Seorang pria. Dingin, tampan, dan misterius.
“Kelihatannya kau butuh lebih dari sekadar alk0hol,” ucapnya.
Sharon menoleh, matanya memerah. Ia hanya ingin melupakan semuanya. Dan malam itu, ia tidak tahu bahwa lelaki asing inilah yang akan mengubah seluruh hidupnya.
...***...
Halo para pembacaku, apa kabar semua? Ketemu lagi dengan D'wie. Dua bulan nggak bersua, akhirnya kembali lagi ke mari.
Udah lama mau nulis cerita ini cuma karena sedang fase capek sama NT, D'wie akhirnya istirahat dulu di sini dan fokus di sebelah. (Ungu dan ijo)
Karena merasa masih ada hutang di sini, D'wie akhirnya kembali. Namun, D'wie nggak bisa memastikan ke depannya. Semoga aja retensi cerita ini aman dan banyak yang baca jadi D'wie bisa lanjut. Mohon doa dan dukungannya, ya!
Semoga ini jd awal yg baik bagi Leon bisa ketemu sm ank2nya jg sharon
semoga di mudahkan dan dilancarkan ya..
padahal ceritanya bagus lho