Kenzo awalnya adalah siswa SMA biasa, namun karena pacarnya dibunuh, ia bangkit melakukan perlawanan, menggunakan belati tajam dan menjadi pembunuh berantai.
‘Srett…srett… srett… srett’
Remaja itu memenggal kepala setiap orang, dan Kepala-kepala itu disusun di ruang pribadi hingga membentuk kata mengerikan "balas dendam".
BALAS!
DENDAM!
Ruangan itu seolah seperti neraka yang mengerikan!
Kenzo dijebloskan ke penjara sejak saat itu! Di penjara, Kenzo, yang telah berlatih seni bela diri sejak kecil, bertarung melawan para pengganggu penjara dengan seluruh kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Kenzo Vs Max
Braakkk!!
Dua tinju, satu besar dan satu kecil, berbenturan dahsyat! Dentingan tajam seperti logam saling menghantam terdengar menggema di ruangan. Kenzo hanya mundur dua langkah, meninggalkan jejak kaki yang dalam di lantai batu, namun wajahnya tetap dingin—tak menunjukkan tanda-tanda kesakitan sedikit pun.
Di sisi lain, Chalk terhempas keras ke dinding sepuluh meter jauhnya! Bruakk! Tubuhnya bergetar hebat, tangan kanannya berdarah dan cacat, jari kelingkingnya bengkok dengan tulang putih mencuat keluar.
Kuat sekali…!
Jika tadi Kenzo mengejutkan lebih dari dua ribu tahanan dengan membantai orang kedua terkuat di gedung Darah Harimau, kini satu pukulan penuhnya membuat mereka benar-benar gemetar. Mereka tahu betul seberapa kuat Chalk—namun dalam satu serangan, pria itu dibuat remuk! Bayangan pukulan tadi masih terpatri di benak mereka, dan hawa dingin menjalari tulang mereka.
Kenzo melangkah maju, tatapan matanya sedingin kematian.
"Guru pernah berkata, jika ada musuh yang membencimu, lenyapkan sepenuhnya! Jangan pernah menyisakan masalah untuk dirimu sendiri… terutama jika dia musuh yang sangat kuat. Dan kau…" Kenzo menatap Chalk yang terkapar, "kau sial sekali. Kau kuat, dan matamu penuh kebencian. Jika ini dunia nyata, mungkin aku bisa menyelamatkanmu… tapi di neraka ini, di mana nyawa manusia tak lebih berharga dari anjing liar, kau hanya bisa menerima nasibmu!"
Brakkk!
Sebongkah tanah sebesar kepala manusia melayang deras ke arah Chalk!
Namun, dengan sigap ia menampar dinding dengan tangan kirinya, tubuhnya melenting ke udara secara diagonal.
Swiiisshh!
Dengan raungan marah, ia melakukan salto ke samping, lalu menukik ke bawah dengan kedua kakinya, berniat menginjak kepala Kenzo!
Namun…
Whoosshh!
Bukannya menghantam kepala lawannya, kaki Chalk malah menghantam udara kosong!
Blegghhh!!!
Sebuah pukulan telak menghantam perutnya!
Gedebukkk!
Tubuh Chalk terlempar jauh, menghantam lantai batu dengan suara mengerikan. Kali ini, Kenzo tidak menahan diri sedikit pun. Chalk merasa seluruh tulangnya hancur berkeping-keping, dadanya terasa remuk, organ dalamnya bergeser.
Urrghhh…
Dengan tubuh gemetar, ia berlutut, darah segar muncrat dari mulutnya. Pandangannya kabur, nyawanya terasa setengah melayang.
Langkah kaki terdengar mendekat.
Tap… tap… tap…
Kenzo berdiri di belakangnya. Matanya menyapu seluruh tahanan, para penjaga, semua yang menyaksikan pemandangan ini dengan wajah pucat.
"Dengar baik-baik," suaranya menggema, "jangan ganggu aku lagi. Aku tak bisa menjamin akan menahan amarahku. Jika ada yang berani mengusik kedamaianku… tanggung sendiri akibatnya!"
Swasshhh!!!
Tinju kanannya berubah menjadi telapak tangan.
PLAAKKK!!
Satu hantaman menghunjam bagian belakang kepala Chalk.
"Ughh—!!"
Sejenak, keheningan mencekam…
Lalu, pffsshkk!!
Dua bola mata Chalk melesat keluar dari rongganya! Zat kuning dan putih menyembur dari kepalanya, berguling ke lantai… berhenti di kaki salah seorang tahanan.
Lelaki itu menunduk, menatap bola mata yang kini menatap balik ke arahnya…
"ARRGHHHHHHHHHH!!!!"
Jeritan melengking membelah keheningan!
Seluruh penjara pun gempar! Para tahanan mundur ketakutan, beberapa bahkan jatuh terduduk. Para penjaga yang awalnya tenang, kini menunjukkan ekspresi ngeri.
Chalk sudah mati.
Bukan sekadar mati… otaknya hancur total!
Untuk melakukan ini, bukan hanya dibutuhkan kekuatan dahsyat, tapi juga kecepatan dan presisi luar biasa. Hanya seorang yang telah memahami batas ekstrem antara gerakan dan keheningan yang bisa menciptakan efek yang begitu mengerikan.
Kenzo… adalah iblis yang nyata.
Di tengah keheningan yang mencekam, hanya ada satu hal yang bergema di benak mereka semua—jangan pernah, sekalipun, menjadi musuhnya!
Pah, pah, pah.
Suara tepukan tangan yang santai terdengar, memecah kesunyian setelah pembantaian mengerikan tadi.
Dari balik kerumunan, seorang pria pendek dan gemuk melangkah dengan percaya diri. Tubuhnya buncit, kulitnya putih dan halus seperti bayi yang terawat. Pipi merah merona, rambut hitam berkilau seperti dipoles minyak, sampai-sampai lalat pun bisa terpeleset jika mencoba hinggap.
Meskipun ia juga seorang tahanan yang dijatuhi hukuman mati, hidupnya terlihat jauh lebih baik daripada yang lain.
Dengan senyum lebar yang mencurigakan, ia mendekati Kenzo, diikuti oleh beberapa anak buahnya.
"Halo... Saudara Kenzo," katanya, nada suaranya penuh keramahan yang dibuat-buat. "Aku pemilik Gedung Serigala Merah, Belly. Pukulan telapak tangan yang kau lakukan tadi benar-benar membuka mataku!"
Ia mengangkat kedua tangannya seolah memberi penghormatan.
"Aku memang tidak pernah belajar Kung Fu, tapi aku selalu mengagumi orang-orang kuat seperti dirimu. Dari lubuk hatiku, aku ingin sekali berteman denganmu. Bagaimana kalau aku berbicara dengan petugas penjara agar kau dipindahkan ke sel ku? Aku jamin, di sana kau akan mendapatkan ketenangan yang kau inginkan. Tak ada yang akan mengganggumu lagi. Bagaimana?"
Namun sebelum Kenzo sempat menjawab, suara mendengus terdengar dari kerumunan.
"Huh! Si Gendut, kau sudah mulai merekrut orang? Bukankah kau terlalu mencolok?"
Seorang lelaki tua dengan rambut setengah putih melangkah mendekat. Meski usianya tampak lanjut, matanya tajam dan penuh semangat.
Belly langsung merubah ekspresi. Wajahnya yang tadi ramah kini mengeras.
"Kakek Kael, aku tidak sedang mengusikmu, jadi jangan ikut campur!" suaranya dingin, penuh peringatan.
Lelaki tua itu, yang dikenal sebagai pangeran kael, hanya tersenyum meremehkan, merentangkan tangannya santai.
"Siapa bilang aku datang untuk mengusikmu? Kau terlalu percaya diri, Gendut! Aku hanya ingin mengundang Saudara Kenzo minum teh bersamaku. Itu urusanku sendiri. Kenapa? Kau terganggu?"
"Kau...!"
Ketegangan semakin meningkat, tapi sebelum salah satu dari mereka bisa melanjutkan, suara lain tiba-tiba menyela dengan nada sarkastik.
"Sudahlah, Kakek . Siapa kau sebenarnya? Kalau kau ingin cari penjahat, pergilah ke tempat lain!"
Suasana mendadak tegang.
Baik Belly maupun pangeran kael langsung mengernyit, sementara anak buah mereka saling melotot ke arah Harimau Gila, orang yang baru saja berbicara.
Namun sebelum ada yang bisa bertindak—
WHUUUSHH!!
Dengan tiba-tiba, Harimau Gila meraih sebuah batu besar setinggi setengah tubuh manusia yang ada di belakangnya, mengangkatnya dengan satu tangan seolah tak berbobot, lalu membantingnya ke arah pangeran kael dan Belly!
BBAAANGGG!!!
Udara bergetar saat batu itu meluncur deras seperti meteor yang jatuh!
Tak satu pun dari mereka yang berani menangkap batu seberat tiga atau empat ratus kilogram itu. Orang-orang yang baru saja berkumpul langsung berhamburan panik, saling dorong, saling jatuh!
"ARGHH!!"
Belly, yang paling ketakutan, buru-buru diseret keluar oleh anak buahnya.
Namun sebelum kepanikan mereda—
DUUAAARRRR!!!
Batu itu menghantam tanah dan pecah berkeping-keping!
Di saat bersamaan, Harimau Gila meraung, tubuhnya menerjang ke depan seperti badak liar yang marah!
DUAGH! DUAGH! DUAGH!
Langkah kakinya berat dan bergetar, mendekati Kenzo dengan kecepatan menakutkan!
Dan dalam sepuluh langkah terakhir—
WHOOSHHH!!
Harimau Gila melompat tinggi, tubuhnya berputar di udara, lalu menghujamkan tendangan brutal ke arah Kenzo!
BBBAAAAMMM!!!
Tubuh Kenzo bergetar hebat!
Ia terdorong mundur lebih dari sepuluh langkah, sebelum akhirnya menghantam dinding dengan keras!
GUBRAKKK!!
Darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
Untuk pertama kalinya sejak pertempuran dimulai, Kenzo terdesak.
Para tahanan yang menyaksikan pertarungan itu tercengang!
Seseorang akhirnya berhasil membuat Kenzo mundur—dan bukan hanya mundur, tapi juga melukai pria itu!
Namun, saat mereka mengalihkan pandangan ke Harimau Gila, tubuh pria itu juga telah terhempas ke belakang.
DUUUGHH!!!
Ia jatuh keras ke tanah, tapi anehnya—bukan ekspresi kesakitan yang terlihat di wajahnya, melainkan ekspresi fanatik.
Mata Harimau Gila berbinar liar, bibirnya merekah dalam senyum ganas.
"Kau kuat…" suaranya serak, tapi penuh gairah. "SANGAT KUAT!!"
Seketika, suasana di penjara itu berubah drastis.
Dari rasa ngeri… kini menjadi rasa antusiasme liar.
Sebab bagi orang-orang seperti Harimau Gila, pertarungan bukan hanya tentang menang atau kalah…
Tapi tentang kegilaan dan gairah dalam pertempuran itu sendiri!
Di antara jeruji dingin yang berbau darah dan kematian, seseorang menggigit bibirnya hingga berdarah, matanya penuh ketakutan saat menyaksikan dua sosok monster itu berdiri tegak di tengah lapangan.
“Ya Tuhan… Makhluk macam apa mereka berdua? Apakah mereka masih manusia? Bagaimana bisa ada orang sekuat ini? Jika mereka terus bertarung, apa mereka akan membiarkan kami yang ‘lemah’ tetap hidup?”
Tak ada yang berani mengucapkan pertanyaan itu dengan lantang. Namun, gemetar di kaki mereka sudah cukup menjadi bukti bahwa teror telah merasuki setiap sel dalam tubuh mereka.
Max, atau lebih dikenal sebagai Harimau Gila, menatap Kenzo dengan mata liar yang menyala.
"Sejak aku lahir, aku tidak pernah tunduk pada siapa pun." Suaranya berat, namun penuh gairah membara. "Dan serangan telapak tanganmu tadi benar-benar luar biasa. Aku selalu berpikir bahwa tidak ada satu orang pun di penjara hukuman mati ini yang bisa menantangku… tapi ternyata aku salah."
Ia mengangkat tangannya yang masih bergetar setelah bentrok sebelumnya, lalu terkekeh seperti binatang buas yang baru saja menemukan mangsanya.
"Di antara dua ribu tahanan di sini, hanya ada dua atau tiga orang yang bisa menarik perhatianku. Tapi kau, Kenzo… Kau adalah satu-satunya yang membuatku terancam. Satu-satunya yang bisa menggoyahkan keyakinanku. Aku ingin menaklukkan seluruh penjara ini, dan kau adalah satu-satunya penghalangku!"
Tatapan para tahanan berkedip ketakutan. Keangkuhan Harimau Gila bukan hanya sekadar bualan. Dalam sejarah gedung Timur, ia telah menghabisi banyak lawan kuat—dan sekarang ia berbicara tentang menaklukkan seluruh penjara seolah-olah itu hanyalah permainan?
Namun, tak seorang pun yang berani menyela. Aura keganasan yang ia pancarkan lebih menekan daripada belati yang diarahkan ke tenggorokan.
Max menyeringai.
"Jadi… Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?"
Kenzo mengangkat alisnya, menjilat darah yang mengalir di sudut bibirnya.
"Kesepakatan apa?"
"Bertarunglah denganku, dan bertarunglah dengan sungguh-sungguh. Jika aku menang, kau tidak boleh ikut campur dalam urusanku di penjara ini, dan kau harus membantuku tiga kali kapan pun aku memintanya. Tapi jika aku kalah… aku bersumpah, selama aku masih bernapas, aku akan menjadi pengikutmu. Aku akan mematuhi perintahmu, memastikan kau bisa hidup dengan tenang di sini. Bagaimana?"
Kenzo menatapnya dengan tajam.
"Dan jika aku menolak?"
Harimau Gila tertawa keras.
"Hahaha! Kau tidak setuju? Itu artinya selama aku hidup, aku tidak akan pernah membiarkanmu merasa damai!"
Sejenak, penjara itu dipenuhi keheningan yang mencekam.
Kenzo sedikit terkejut, lalu perlahan tersenyum pahit.
"Kau tahu?" katanya, menggelengkan kepala. "Kau benar-benar gila… dan bajingan. Tapi demi kedamaianku selama dua tahun ke depan, baiklah. Aku, Kenzo, menerima tantanganmu!"
BUUUMMMM!!!
Suara kata-kata itu menghantam para tahanan seperti petir yang menyambar telinga mereka!
Di antara lebih dari dua ribu tahanan, tak satu pun yang berani bernapas terlalu keras. Mereka yang masih mencoba memahami kedahsyatan pertarungan sebelumnya kini kembali dipenuhi rasa gentar yang luar biasa.
Mereka kini yakin—kedua orang ini bukan sekadar penguasa biasa.
Mereka adalah monster sejati di penjara hukuman mati ini!
Dan kali ini… mereka akan bertarung tanpa hambatan.
---
Sementara itu, Belly, yang tadinya masih ingin mengendalikan situasi, kini hanya bisa menyaksikan dengan mata berkedip-kedip.
Ia tahu—pertarungan ini bukan sesuatu yang bisa ia hentikan.
Dengan gerakan halus, ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mundur lima puluh langkah.
Melihat itu, geng lain juga segera mengikuti.
Tak lama kemudian, lingkaran besar terbentuk di sekitar Kenzo dan Max.
Lalu, tiba-tiba…
"Hahaha! Bagaimana mungkin aku melewatkan pertunjukan menarik ini?"
Suara berat nan tegas terdengar dari belakang kerumunan.
Semua orang menoleh—dan apa yang mereka lihat membuat mereka semakin tegang.
Seorang pria berbadan tegap dengan seragam resmi melangkah ke tengah. Dari bintang di bahunya, jelas ia adalah seorang kolonel.
Di belakangnya, sekelompok penjaga penjara membawa bangku kayu—seolah-olah mereka baru saja datang untuk menonton sebuah pertunjukan panggung!
Wajah para tahanan langsung pucat.
Seorang kolonel tidak seharusnya terlibat dalam urusan pertarungan tahanan. Namun, ekspresinya yang santai serta posturnya yang penuh otoritas membuat siapa pun tahu bahwa pria ini bukan sembarang petugas.
Salah satu sipir mendekatinya dengan sedikit ragu.
"Tuan kolonel… Apa yang harus kita lakukan?"
Sang kolonel menyeringai, lalu menjatuhkan dirinya ke bangku kayu dengan santai.
"Apa lagi?" katanya, menyilangkan kakinya. "Duduk dan nikmati pertunjukan. Pertarungan sehebat ini jarang terjadi, bukan?"
Seketika, seluruh penjara menjadi semakin sunyi.
Kini, bukan hanya para tahanan yang tertarik dengan pertarungan ini… tapi juga para petugas penjara itu sendiri!
Sementara itu, Kenzo dan Max saling menatap tanpa berkedip.
Dua monster di antara ribuan tahanan…
Kini akan bertarung untuk menentukan siapa yang sebenarnya pantas menjadi Raja Penjara ini.
Dan di tempat yang penuh dengan pembunuh dan psikopat…
Hanya ada satu hukum yang berlaku—
Hukum Rimba.
Siapa yang kuat, dialah yang berkuasa!
"BOOOM!!!"
Dari tanah yang pecah akibat energi keduanya, pertarungan sebenarnya akhirnya dimulai!
Suara tawa dingin terdengar di antara riuh rendah napas tertahan para tahanan.
"Wakil kepala penjara ingin bersenang-senang dengan rakyat."
Ucapan itu datang dari seorang pria berpostur anggun, yang dikenal sebagai Pangeran. Meski berada di penjara hukuman mati, sikapnya tetap seperti bangsawan, seolah-olah dirinya adalah pemilik tempat ini.
Petugas yang memimpin para sipir itu, seorang kolonel, menatapnya sambil menyeringai.
"Ayo, berikan bangku kepada tiga pria ini agar kita bisa menikmati pertunjukan bersama."
Ia kemudian menyapu pandangannya ke kerumunan, seolah sedang memilih tamu kehormatan.
"Bagaimana dengan Daren, Axel, dan Damian? Tiga penguasa gedung Timur. Beri aku sedikit muka dan duduklah bersamaku."
Tiga tawa panjang terdengar dari sudut penjara.
Tak lama, tiga sosok yang berbeda dari para tahanan biasa melangkah keluar dari kerumunan.
Yang pertama, Daren, pria bertubuh tinggi tegap dengan wajah dingin seperti batu nisan. Tatapannya begitu tajam, seperti mata elang yang siap mencabik mangsanya.
Yang kedua, Axel, lelaki berbadan kekar berwajah hitam, setinggi lebih dari dua meter. Tubuhnya besar seperti beruang hitam, dan setiap langkahnya menggema di tanah yang keras.
Yang ketiga, Damian, pria bertubuh pendek dengan wajah muram dan sorot mata penuh perhitungan. Senyum tipisnya tak pernah menghilang, tapi setiap orang yang mengenalnya tahu bahwa di balik senyuman itu tersembunyi kejamnya pembunuh berdarah dingin.
Saat mereka berjalan ke tengah, para tahanan menahan napas.
Daren, Axel, dan Damian adalah penguasa yang telah mendominasi gedung Timur selama bertahun-tahun.
Namun kali ini, mereka tidak datang untuk bertarung.
Mereka hanya mengambil bangku yang telah disediakan dan duduk berdampingan dengan kolonel dan Pangeran, siap menyaksikan pertarungan yang akan mengubah keseimbangan kekuatan di dalam penjara.
Di sekeliling, lebih dari dua ribu tahanan menahan diri agar tidak bergerak terlalu banyak.
Mereka tahu…
Apa yang akan terjadi di depan mata mereka bukan sekadar perkelahian biasa.
Ini adalah pertempuran antara dua monster.
---
Di tengah arena yang kosong, Kenzo dan Max berdiri saling berhadapan.
Mata mereka bertemu—dua binatang buas yang mengakui keberadaan satu sama lain.
Perlahan, Kenzo mengangkat tangan kanannya, menghapus darah di sudut bibirnya dengan punggung tangan.
Sementara itu, Max meregangkan lehernya, terdengar suara krek-krek yang mengerikan.
"Sudah siap?" Max menyeringai, matanya menyala seperti api.
Kenzo hanya tersenyum tipis.
"Aku sudah siap."
BOOOM!!!
Max menghentakkan kakinya ke tanah, membuat debu dan batu beterbangan ke udara. Tubuhnya melesat ke depan seperti peluru, tinju kanannya melesat dengan kekuatan penuh, menargetkan wajah Kenzo!
SIUUUUT!
Angin tajam dari pukulan itu bahkan membuat beberapa tahanan yang berdiri terlalu dekat mundur ketakutan!
Namun sebelum tinju itu mengenai, Kenzo menggerakkan tubuhnya dengan kecepatan yang sulit dipercaya—
DUAAR!!
Tanah tempat Kenzo berdiri retak!
Dalam sekejap, Kenzo berputar di udara, menghindari pukulan Max dengan lompatan gesit, lalu—
BANG!!
Kakinya menghantam bahu Max dari atas dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan batu!
Tapi…
"HAHAHAHAHA!"
Max tidak mundur.
Sebaliknya, ia menangkap kaki Kenzo dengan kedua tangannya dan—
"HANCUR!!"
Max membanting Kenzo ke tanah dengan keras!
Tanah di bawah mereka bergetar, dan debu membumbung tinggi!
DUGGG!!
Tubuh Kenzo menghantam lantai dengan suara menggema, membuat beberapa tahanan secara refleks melangkah mundur.
Max menyeringai liar.
"Kau cepat… tapi aku lebih kuat!"
Tapi sebelum ia bisa menikmati keunggulannya—
"SIUUTTT!!!"
Mata Max melebar.
Kenzo sudah menghilang!
"Di belakangmu."
Max hanya punya waktu sekejap untuk menyadari bahaya sebelum—
"DUUAAARR!!!"
Sebuah pukulan brutal menghantam punggungnya, membuat tubuhnya melayang ke depan lima meter sebelum akhirnya menghantam tanah!
"Guh!!"
Max terbatuk, darah segar menyembur dari mulutnya.
Ia berusaha bangkit, tapi…
"DUGG!!"
Kenzo sudah ada di atasnya, menendang tubuhnya dengan kecepatan kilat!
"BANG!!"
"BANG!!"
"BANG!!"
Tiga tendangan berturut-turut menghantam dada dan perut Max.
Suara tulang retak terdengar jelas di antara suara napas tertahan para tahanan.
Max… yang selama ini dikenal sebagai monster tak terkalahkan… kini terjatuh ke tanah, terengah-engah.
Namun, meski darah keluar dari sudut bibirnya…
Dia masih tersenyum.
"Heh… Kau lebih kuat dari yang kuduga."
Kenzo memandangnya dengan ekspresi datar.
"Kau ingin menyerah?"
Max tertawa kecil.
"Aku? Menyerah?"
Ia memuntahkan darah ke tanah dan berusaha berdiri.
"Tidak akan pernah!"
Dalam sekejap, ia mendorong tubuhnya ke depan, menerjang Kenzo dengan seluruh kekuatannya!
Pertarungan belum selesai!
Di sekeliling, para tahanan menahan napas.
Di bangku penonton, kolonel, Pangeran, dan tiga penguasa gedung Timur menatap dengan penuh minat.
Siapakah yang akan menang?
Siapakah yang akan menjadi penguasa baru penjara ini?
Jawabannya akan terungkap dalam pertarungan paling brutal yang pernah terjadi di gedung Timur!