NovelToon NovelToon
Izin Menikah Mengubah Takdir

Izin Menikah Mengubah Takdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami
Popularitas:159.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Minami Itsuki

Jika ada yang bertanya apa yang membuatku menyesal dalam menjalankan rumah tangga? maka akan aku jawab, yaitu melakukan poligami atas dasar kemauan dari orang tua yang menginginkan cucu laki-laki. Hingga membuat istri dan anakku perlahan pergi dari kehidupanku. Andai saja aku tidak melakukan poligami, mungkin anak dan istriku masih bersamaku hingga maut memisahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI

Rasanya aneh sekali, membeli makan seorang diri setelah sekian lama tidak pernah merasakannya. Selama menikah dengan Aisyah, aku selalu pulang ke rumah dan disambut dengan masakan yang lezat, yang seolah-olah mengembalikan semangatku setelah seharian bekerja. Namun sekarang, setelah semua yang terjadi, aku harus menghadapi kenyataan bahwa hal itu sudah tidak ada lagi.

Aku duduk sendiri di meja makan bersama Laras, aku menatap makanan yang baru saja aku beli. Rasanya, meskipun makanan itu enak, tetap saja ada kekosongan yang tidak bisa terisi. Kehilangan rutinitas dan kenyamanan yang dulu aku dapatkan membuat perutku terasa kenyang, tetapi hatiku tetap kosong.

Aku mencoba untuk berpikir rasional, mengingat aku sudah membuat keputusan dan Laras juga harus menjalani peran barunya. Namun, dalam hati, aku tetap merasa ada bagian dari diriku yang hilang. Mungkin ini adalah harga yang harus aku bayar untuk setiap keputusan yang aku buat.

Setelah selesai makan, aku kembali ke ruang tamu, merasakan kesepian yang datang begitu mendalam. Tidak ada lagi tawa, tidak ada lagi kehangatan yang dulu selalu mengisi rumah ini. Dan meskipun Laras ada, aku tahu bahwa segalanya tidak bisa langsung kembali seperti semula.

...****************...

Aku menatap Laras yang tampak lelah, tubuhnya yang terkulai lemah setelah seharian bekerja. Aku tahu dia capek, tapi aku merasa harus mengingatkan tentang peran dan tanggung jawabnya di rumah ini.

"Besok, kamu harus menyiapkan sarapan untukku," ujarku dengan tegas. "Dan setelah aku pulang kerja, kamu juga harus menyiapkan makan malam dan mengurus semua keperluanku. Aku nggak mau Aisyah yang melakukannya lagi, itu sudah bukan tugasnya."

Laras diam sejenak, sepertinya ia berpikir keras, kemudian mengeluarkan suara pelan, "Tapi... aku juga lelah, Reza. Aku baru saja pulang kerja, dan kalau harus menyiapkan semuanya... rasanya berat."

Aku bisa merasakan kelelahan di suaranya, namun aku tetap harus teguh dengan pendirianku. "Aku mengerti kamu lelah, tapi ini juga bagian dari peran kita sebagai pasangan. Aku sudah memberimu kesempatan untuk berpikir dan menyesuaikan diri. Ini rumah kita bersama sekarang, bukan hanya rumahku. Kamu juga harus ikut bertanggung jawab."

Laras menundukkan kepala, tampaknya bingung dan cemas. "Aku hanya takut kalau aku nggak bisa memenuhi ekspektasi kamu... Aku nggak mau mengecewakan."

Aku menatap Laras dengan ekspresi yang sudah tak sabar lagi. "Laras, itulah sebabnya kamu harus resign. Aku sudah bilang itu sebelumnya. Jangan terus-terusan mikirin pekerjaan dan gaji, karena peranmu sebagai istri jauh lebih penting."

Laras menatapku, wajahnya terlihat cemas, dan sedikit marah. "Aku tahu kamu ingin aku fokus di rumah, tapi pekerjaan ini penting bagi aku, Reza. Aku nggak bisa begitu saja melepaskan semuanya tanpa pertimbangan."

Aku mengerutkan kening, merasa kesal dengan penolakannya. "Kenapa kamu harus terus berpikir tentang itu? Gaji, pekerjaan—semuanya nggak lebih penting dari tanggung jawabmu di rumah. Aku nggak peduli kalau kamu lelah setelah kerja, itu bukan alasan untuk menunda kewajibanmu sebagai istri."

Laras terlihat terdiam, mencoba mencerna ucapanku. "Tapi... aku nggak bisa cuma bergantung sama kamu, Reza. Aku juga punya keluarga yang harus kupikirkan. Apa kamu nggak melihat itu?"

Aku mendengus, mulai merasa frustrasi. "Laras, ini tentang kita, bukan tentang keluarga kamu atau aku. Kita menikah, dan sebagai suami, aku punya hak untuk mengatur rumah tangga ini. Aku nggak mau lagi mendengar alasan dari kamu. Jika kamu tetap bekerja, itu hanya akan menambah jarak di antara kita."

Laras terlihat terkejut dengan kata-kataku, dan aku tahu aku sudah berbicara terlalu keras. Tapi perasaan marah dan kecewa sudah menguasai diriku. "Jadi, kamu ingin aku berhenti bekerja dan hanya fokus pada rumah tangga, tanpa memikirkan masa depanku?" tanya Laras, suaranya mulai bergetar.

Aku mengangguk, mencoba untuk tidak menunjukkan kelemahan. "Iya, Laras. Kamu harus mulai belajar untuk menempatkan prioritas yang benar. Rumah tangga ini harus menjadi prioritas utama. Aku tidak ingin hal lain mengganggu keseimbangan kita."

Laras diam, matanya terlihat berkaca-kaca. Aku tahu ini bukan keputusan mudah baginya, tapi aku tidak peduli. Aku ingin dia menerima kenyataan ini dan berperan sesuai harapan yang aku tentukan.

"Kenapa kamu seperti ini, Laras?" aku mengeluh, menatapnya dengan perasaan yang bercampur aduk. "Aku tidak mengerti kenapa kamu tidak bisa menjalankan apa yang aku harapkan. Kedua orang tuaku terus mendesak, dan aku sudah tidak tahu lagi bagaimana menjelaskannya. Aku butuh kamu, Laras, untuk lebih memahami ini."

Laras mengalihkan pandangannya, tampaknya berjuang dengan perasaannya sendiri. "Aku... aku capek, Reza. Aku cuma manusia biasa yang juga punya batas. Kamu ingin aku berubah, tapi itu tidak bisa terjadi dalam semalam."

Aku merasakan dadaku semakin sesak. "Tapi kalau seperti ini terus, bagaimana aku bisa memenuhi harapan mereka? Aku butuh kamu, Laras, untuk lebih mendukungku. Kita harus punya anak laki-laki agar keluarga ini bisa terus berkembang, tapi dengan keadaan seperti ini, aku merasa semua itu semakin jauh dari jangkauan."

"Reza, dulu saat kita masih pacaran, kamu begitu perhatian, begitu baik. Kamu membuat aku merasa istimewa, kamu membuat aku merasa dicintai. Tapi kenapa sekarang... setelah kita menikah, semuanya berubah. Kamu seperti menekan aku, memaksa aku melakukan segala sesuatu yang aku merasa belum siap. Aku capek, Reza."

Aku terdiam mendengarkan setiap kata Laras. Sebuah rasa bersalah mulai menyelinap di dadaku. Aku memang sudah berubah, tapi aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. "Aku hanya ingin kamu lebih memahami, Laras. Aku tahu ini berat, tapi kamu harus tahu aku merasa tertekan dengan segala tuntutan dari orang tuaku. Mereka terus mengingatkan aku untuk segera punya anak laki-laki. Aku ingin itu, aku ingin punya anak, dan aku ingin kamu mendukung aku."

Laras menunduk, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku paham kalau kamu ingin memenuhi harapan orang tuamu, tapi apakah itu berarti aku harus mengorbankan diriku sendiri? Aku juga ingin dihargai, Reza. Aku ingin merasa aku punya peran, bukan hanya sebagai alat untuk memenuhi keinginan orang lain. Kalau aku sudah harus resign, menyiapkan segala keperluanmu setiap hari, kapan aku bisa merasakan hidupku sendiri? Kapan aku bisa merasa aku punya ruang untuk diriku sendiri?"

Aku mulai merasa terbuka, tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku. "Aku tidak ingin mengorbankan kebahagiaan kita, Laras. Tapi aku merasa seperti ini adalah jalan yang harus kita tempuh. Aku butuh kamu di sini, mendukungku, agar kita bisa membangun keluarga yang aku impikan. Aku tahu kamu lelah, tapi bukankah itu bagian dari hidup berumah tangga? Semua ini bukan hanya tentang aku dan orang tuaku, tapi tentang kita."

Laras terdiam beberapa saat, menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak tahu apakah aku bisa terus seperti ini, Reza. Aku merasa seolah-olah aku kehilangan diriku sendiri dalam proses ini. Kamu ingin aku menjadi istri yang sempurna, tapi aku bukanlah wanita yang bisa selalu mengikuti perintah tanpa mempertimbangkan perasaanku juga."

1
devi aryana
Luar biasa
Cahaya Sidrap
up lanjut thor
Haerul Anwar
Donntol
DN
mau ngapain kau Reza, mau rebut bayi itu dari Aisyah ?? klo iya kau manusia tak punya hati. kau manusia lucnut.
DN
Luar biasa
DN
patuh tp tdk pd tempat nya. Berbakti kpd ortu tp menghancurkan keluarga kecilnya. sungguh Ter...la ..lu
Endang Supriati
laras itu pelakor! tempatnya di neraka!!!!
Kamiem sag
cerita ini jadi aneh karena Laras memutuskan kembali kerumah mertuanya padahal selama uni mereka tinggal diluar kota atau kota lain, trusgimana dgn sekolah Adam??
gak ketemu alurnya thor
Kamiem sag
bosan baca drama ciptaan Endang dan Reza
Kamiem sag
Aisy dan Adrian tdk dikaruniai anak??
Kamiem sag
Laras cuma pura pura
aslinya Laras senang dan bahagia Reza jauh dari Safira Rani dan Gibran karena Laras terlalu egois mau menguasai Reza hanya untuknya dan anak anaknya saja
Kamiem sag
mantap kan nikmatnya dimadu bu Endang?? serumah lagi seperti Aisy dan Laras??
selamat ya bu Endang, selamatmendapat madu😄
Kamiem sag
ta gakpapalah bu Endang kan nanti kau masuk surga krn berbagi suami😄😄😄😄😄
Kamiem sag
itu belum seberapa bu Endang bentar lagi kau akan tau suamimu juga dibawa pelakor biar kau kebagian surga krn rela dimadu
Kamiem sag
kurasa isi kepala Reza itu cuma taik cicak ya thor selain kecil bau busuknya luarbiasa makanya gak pernah bisa mikir dgn baik
Kamiem sag
GILA
Kamiem sag
Endang Bakti Reza Laras Adam sekumpulan orang dlm bentuk organisasi "keluarga" dgn defenisi "keluarga toxic"
"keluarga kacau"
"keluarga gila"
Kamiem sag
selamat ya Reza kau sdh berhasil
semua usahamu yg menurutmu benar sdh petik hasilnya
Kamiem sag
Endang dan Reza defenisi manusia tdk pernah bercermin
Kamiem sag
Ada anaknya Laras wajar sifat cemburunya suangats bessar kalo jiwanya baik pasti kasihan pd Dr. Safira tapi Adam malah tak suka dgn usaha neneknya yg ingin menebus kesalahan dimasa lalu dia mau neneknya hanya memikirkan dirinya saja
seperti Laras yg selalu marah kalo Reza menemui putra putrinya Aisyah yg notabene anak kandung Reza, Safiramau Reza hanya memikirkan memperhatikan anak anak yg lahir dari rahimnya saja
dan perempuan seperti Endang dan Laras ini jenis perempuan yg memasukkan suami kedalam neraka baik neraka dunia juga neraka akhirat krn menghalangi pihak lain ( suami) bertanggung jawab
mampuslah kalian Endan Laras
nikmati hasil usaha kalian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!