Dear Mantan Nikah Yuk

di tempat Soni setelah sampai di dan kedua orang tuanya sampai di rumah dia langsung mengeluarkan semua yang ada di hatinya.

"Papa apa - apaan ha..!Gak seharus nya papa bicara seperti itu terhadap Kharis. Papa bisa lihat kan kondisi nya sedang tak baik - baik saja."

"Jangan pernah kamu mengajari papa cara bersikap Soni! Kamu tau jika kamu sudah di jodohkan dengan Nindya. Jadi jauhi gadis hina itu dan terima saja Nindya jadi calon istrimu."

"Sampai saya mati pun, saya gak akan pernah nerima Nindya jadi calon istri Soni pah."

"Baik jika kamu gak mau menerima Nindya kamu akan papa coret dari daftar nama keluarga dan jangan harap kamu akan mendapatkan harta warisan dari keluarga ini Soni jika kamu memilih gadis itu."

Jamil tak akan pernah mau menerima Kharis sebagai bagian dari keluarga nya baginya masa lalu Kharis begitu memalukan. Padahal tak semua yang di dengar oleh kedua orang tua Soni tentang Kharis itu benar.

Nirmala yang mendengar ucapan suaminya langsung mendekat kearah sang putra agar dia mau menerima Nindya.

"Nak terima saja Nindya nak! Dia juga gadis baik - baik malah lebih baik dari gadis yang kamu cintai dan yang peling penting dia dari keluarga terhormat."ucap sang ibu.

Soni menatap kearah ibunya dengan tatapan tak percaya jika ibu nya juga begitu tak menyukai Kharis.

"Kharis juga gadis baik - baik mah. Dia hanya di fitnah dengan semua bukti yang tak pernah dia lakukan. Jika kalian terus memaksa Soni untuk menerima Nindya Soni gak bisa. Lebih baik Soni kehilangan segalanya dari pada Soni harus kehilangan Kharis untuk yang kedua kalinya. Ada atau tidak restu dari kalian berdua saya akan tetap menikahi Kharis itu pilihan saya."

"Jangan gila kamu Soni! Apa untung nya kamu menikahi dia Soni. dia hanya seorang gadis yang penyakitan dan akan menjadi beban kamu kalau kamu menikahi dia. Jika keputusan kamu memilih dia silahkan angkat kaki dari rumah ini jangan bawa apapun yang menjadi fasilitas dari keluarga Pratama." gertak Jamil agar Soni tak memilih Kharis.

Soni tersenyum mendengar ucapan sang ayah dia pun mengingat tak pernah menggunakan fasilitas dari keluarga ini.

"Papa lupa jika saya tak pernah menggunakan fasilitas yang papa berikan. Papa masih ingat ini ATM yang pernah papa berikan sepeserpun Soni tak pernah memakainya, karena Soni punya penghasilan sendiri. Ini Soni kembalikan kalau begitu saya pergi pah."

Raihan yang sejak tadi mendengar perdebatan antara adik dan kedua orang tuanya segera turun dari lantai atas kamar nya.

"Tunggu Soni! Kenapa kamu begitu keras kepala dan memilih bersama Kharis. Kamu akan menghancurkan bisnis papa jika kamu menolak menikah dengan Nindya, kamu mau keluarga ini jadi miskin gara - gara ulah mu?" tanya Raihan.

"Benar nak apa yang di katakan Abang mu. pikirkan sekali lagi sebelum kamu mengambil keputusan." ucap sang ibu.

"Saya tetap pada pendirian kalian. Kalian semua jangan takut Om Haris siap membantu jika kalian kesulitan. Karena dia pasti tak akan membiarkan putri kesayangan itu hidup menderita." jawab Soni.

Setelah mengatakan semua itu Soni pergi dengan menggunakan motor besar nya yang sudah di antarkan oleh anak buah nya saat dia berada di rumah sakit bersama dengan Kharis.

Jamil dan semua orang menatap tak percaya dengan keputusan yang di ambil putra mereka. Jamil mengepal tangan nya kuat saat melihat putra yang dia bangga kan pergi memilih gadis yang tak pernah dia sukai.

*Lihat saja Kharisma hidup mu tak akan lama lagi. Kamu sudah berhasil membuat putra rumah ini pergi dan kamu akan merasakan akibat nya." batin Jamil yang tak terima melihat kepergian Soni dari rumah nya.

********

Sedangkan Sintia saat dia melihat taksi dia langsung menghentikan nya dan langsung masuk tampa memperdulikan lagi Faris yang berada di dekat nya.

Faris yang melihat Sintia akan masuk taksi langsung mencegah nya agar Sintia tak masuk.

"Saya akan antar kamu!"

"Gak perlu saya bisa pulang sendiri." jawab Sintia.

Sintia masuk dan Faris mengetuk - ngetik kaca taksi tersebut agar Sintia keluar.

"Jalan Pak." perintah Sintia.

"Tok Tok...! Sin saya mohon jangan pergi seperti ini! Saya tau Saya salah dan Saya minta maaf. Saya mohon keluar kita bicara baik - baik." pintar Faris.

Sintia mengabaikan semua yang di katakan oleh Faris. Sintia ingin melihat seberapa jauh usaha Faris untuk membuang nama Kharis di dalam hatinya.

Sopir taksi yang melihat pemuda mengetuk kaca mobil nya langsung bertanya kearah Sintia.

"Mbak itu mas nya gak di kasih masuk mbak?" tanya sang sopir taksi.

"Gak perlu pak jalan saja." perintah Sintia tanpa melihat lagi kearah Faris.

Sang sopir melaju perlahan atas perintah Sintia dan Faris mengetuk pintu sambil sedikit berlari hingga taksi menjauh dia hanya bisa menatap saja kepergian Sintia.

"Argh....! geram Faris saat dia tak bisa meluluhkan hati gadis yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya.

Faris memilih pulang dia berharap Sintia tak memutuskan perjodohan mereka hingga dia harus menjelaskan apa permasalahan nya.

******

Ditempat Kharis dia memikirkan semua yang di katakan oleh Danu, dia tak ingin di anggap licik jika dia pergi dengan semua rasa bersalah semua orang.

"Saya takut jika harus berada di ruang operasi. Andai ayah dan bunda ada di sini mereka pasti akan menemani Kharis di saat Kharis dalam ketakutan." ucap Kharis mengingat kedua orang tuanya.

Kharis bukan tak ingin melakukan tindakan yang lebih besar bukan masalah biaya nya, tapi dia takut saat melihat berbagai macam alat medis di ruang operasi.

Saat dia sedang memikirkan tentang operasi karena ucapan pahit Danu. Tiba - tiba pintu di buka perlahan dan muncullah Soni dari balik pintu.

Kharis yang melihat kedatangan Soni terkejut baru tadi kedua orang tuanya datang dengan ancaman nya, sekarang putra nya datang kembali menemui dirinya.

"Mau apa kamu kesini Son?" tanya Kharis heran.

Soni mendekat dan langsung memeluk tubuh kurus Kharis, sedangkan Kharis terdiam dengan air mata yang tiba - tiba menetes sendiri tanpa di minta.

"Saya mohon Kha jangan tolak saya dari hidup mu. Saya sudah rela melepaskan semua kekayaan keluarga Saya demi kamu. Saya sudah tak memiliki siapa demi kamu saya mohon jangan tolak saya. Saya janji akan tetap bersama kamu sampai maut sendiri yang memisahkan kita." ucap Soni dalam pelukan Kharis.

"Lepas Son sesak! tubuh kamu berat saya bisa kehabisan nafas kalau kayak gini." ucap Kharis.

Soni yang menyadari posisi nya langsung melepas pelukan nya dari Kharis dan menatap mata cantik itu dengan tatapan memohon agar Kharis tak menolaknya.

"Saya harus bilang apa? Kenapa kamu nekat kehilangan segalanya demi saya. Kamu lihat kan bagaimana kondisi saya, saya hanya akan jadi beban kamu."

"Kalau kamu gak mau jadi beban saya maka lakukan lah operasi."

"Saya takut saat berada di ruang operasi ingatan saya hilang tentang semua ini."

"Jangan takut saya akan temani kamu saat di ruang operasi, saat kamu membuka mata saya akan ada di hadapan kamu. Itu janji saya." ucap Soni menyakinkan Kharis.

"Kalau operasi berhasil dan ingatan saya hilang tentang kamu bagaimana?"

"Saya akan berusaha mengembalikan ingatan kamu bagaimana pun cara nya."

"Oh ya!"

"Iya Kharisma Putri Adiwijaya." jawab Soni.

Kharis tersenyum saat mendengar ucapan Soni dan ini pertama kali setelah sekian lama dia bersama Kharis, ini pertama kali Soni melihat senyum manis dari Kharis.