Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Kamu Masih Seorang Pria?
Ketika semua orang tersadar, mereka mendapati pengawal yang kuat itu sudah terkapar di lantai sambil mengerang kesakitan.
Lengan pengawal itu benar-benar telah berubah bentuk. teriakan pilu bergema di dalam club itu.
Melihat teman mereka terkapar di lantai, pengawal lainnya tercengang. Mereka bahkan tidak tahu, bagaimana teman mereka terjatuh hingga tangannya berubah bentuk.
Mereka kemudian menatap Revan yang masih berdiri tegak di sana dan tersenyum kepada mereka.
Namun, senyum yang tampak biasa itu membuat mereka merinding.
Disisi lain, Agus sangat terkejut dengan kejadian secepat kilat itu. barusan dia telah mengamati pergerakan Revan dengan Saksama. namun, dia masih belum bisa melihat, bagaimana Revan menghindari tongkat listrik itu, dan mematahkan lengan sala satu pengawal terkuat di sana. Hanya suara retakan tulang yang bergema di telinganya.
"Kalian semua, maju bersama-sama. tangkap dia! dia tidak mungkin bisa mengalahkan begitu banyak orang!" teriak Agus.
Mendengar perintah itu, semua pengawal bergegas maju dan menyerang Revan dengan ganas sambil memegang tongkat listrik di tangan mereka.
Namun, sebelum mereka mendekat, Revan bergerak lebih cepat dan menyerang mereka dengan tinju dan tendangannya. Sesosok tubuh menerobos para pengawal itu.
Buk!
Buk!
Buk!
Terdengar suara tendangan dan tinju menghantam para pengawal itu. Dalam hitungan detik, semua pengawal itu terkapar dilantai sambil menjerit kesakitan. Bahkan ada yang tidak sadarkan diri dan ada yang mengalami patah tangan dan kaki.
Disisi lain, Revan kembali berdiri tegak di tempat semula, sambil menatap para pengawal yang telah terkapar di lantai.
Setelah membereskan belasan pengawal itu, Revan menoleh ke arah Agus sambil berkata, "Kamu pasti masih memiliki banyak orang di sini, suruh mereka semua keluar."
Revan kembali duduk di sofa, melipat kakinya sambil menatap Agus dengan tatapan menghina.
"Ngomong-ngomong, aku sudah menghitung sampai dua!"
Melihat itu, Lona ingin berteriak, namun dia kembali menutup mulutnya karena terkejut.
"Revan, berhentilah menggertak. Minta orang yang bersembunyi di belakangmu untuk menampakan dirinya. Membuat keributan di club ini sama saja dengan menyinggung keluarga Samos. Tidak peduli siapa dia, dia akan mati dengan mengenaskan, karena berani menentang keluarga Samos!" kata Agus setelah menenangkan dirinya.
"Kamu mengira, orang lain yang mengalahkan mereka barusan?" setelah mengatakan itu, Revan tersenyum. Dia tiba-tiba menghilang dan langsung muncul di hadapan Agus.
"Kamu ..."
Agus sangat terkejut dengan kecepatan Revan. Dalam sekejap, dia sudah berada di hadapannya.
"Apa kamu yang mengalahkan mereka barusan?" tanya Agus tidak percaya.
"Benar, aku yang melakukannya!" jawab Revan sambil mengangguk.
"Jadi, apa kamu masih tidak bersedia untuk berlutut dan meminta maaf padaku?" tanya Revan sambil menatap Agus dengan tatapan meremehkan.
Agus mendengus sambil berkata, "Revan, ini adalah wilayah keluarga Samos. Bahkan jika kamu kuat, kamu pikir, kamu punya kemampuan untuk melawan seluruh keluarga Samos?"
Revan mengabaikannya dan kembali duduk di sofa. Setelah diam sejenak, Revan pun berkata, "Mengapa kamu tidak menelpon keluarga Samos sekarang dan meminta mereka datang untuk membantumu?"
"Tunggu saja!" seru Agus. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
Namun, sebelum dia melakukan panggilan, tiba-tiba suara deru mobil terdengar dan berhenti tepat di depan club tersebut.
Seorang pria berlari masuk dengan ekspresi panik di wajahnya.
Saat melihat pria itu mendekat, Agus langsung bersemangat. Dia kemudian menghampiri pria itu dan berkata, "Bos, akhirnya kamu datang. Ada yang membuat keributan di sini!"
Pria yang baru datang itu tidak lain adalah Lukas.
Mendengar itu, Lukas sangat murka, "Siapa yang yang punya nyali untuk berbuat masalah di wilayahku?"
"Sampah itu!" seru Agus sambil menunjuk kearah Revan.
Lukas kemudian menoleh kearah yang di tunjuk oleh Agus. Wajahnya seketika berubah.
"Lukas, kita bertemu lagi!" kata Revan sambil tersenyum tipis.
"Revan, tamat riwayatmu. mengapa kamu tidak memperlihatkan kekuatanmu lagi?"
Agus yang begitu gembira dengan kehadiran Lukas kembali berseru, "Berlutut dan minta maaf lalu patahkan tanganmu!"
Revan tersenyum,mengabaikan Agus dan mengalihkan pandangannya kepada Lukas, "Bawahanmu ingin mematahkan tanganku, bagaimana menurutmu?"
Lukas menatap Revan sambil tersenyum, meskipun dia tidak senang, tidak ada yang bisa dia lakukan. Karena Revan saat ini adalah tamu kehormatan kakanya, dan dia datang kesini untuk mengundangnya.
Sebelum dia datang, kakanya telah memperingatkannya, jika dia tidak bisa membawa Revan ke kediaman keluarga Samos, baik dirinya maupun Adolf, mereka berdua akan di usir dari keluarga Samos.
Meskipun dia adalah adik kandung Herry, di matanya, putrinya jauh lebih berharga di bandingkan dirinya.
Apalagi, Herry adalah seorang yang selalu menepati kata-katanya.
Oleh karena itu, Lukas tahu bahwa, dia tidak bisa melakukan apapun kepada Revan sekarang. Dia bahkan harus menghormati dan menuruti semua permintaan Revan.
"Revan, berhentilah bertingkah sombong. Apa kamu tidak tahu siapa kakak bosku? sekarang Tuan muda Lukas ada disini. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu!" teriak Agus dengan nada mengancam.
Saat dia berbicara, puluhan pengawal bergegas mengelilingi dan mengepung Revan.
Saat Agus hendak berbicara, Lukas tiba-tiba berbalik dan menghampirinya, sambil mengangkat tangannya dan menampar Agus dengan keras, "Minta maaf kepada Tuan Revan sekarang juga!"
Sambil menutup pipinya, Agus menatap Lukas dengan ekspresi tidak percaya.
"Apa? Kamu tidak mendengar apa yang aku katakan?" bentak Lukas.
Dia memelototi Agus lalu melayangkan beberapa tamparan lagi.
"Saya menyuruhmu untuk meminta maaf kepada Tuan Revan. apa kamu tidak mendengarku?"
"Bos, dia adalah Revan. Yang memohon padamu beberapa waktu yang lalu. mengapa kamu malah memintaku meminta maaf padanya?" tanya Agus tidak percaya.
"Sialan! Apa kata-kataku masih kurang jelas?" teriak Lukas. Dia sangat marah karena Agus masih bersikeras. Dia kemudian mengangkat kakinya dan menendang Agus tepat mengenai perutnya.
Tendangan keras itu membuat Agus meringkuk di lantai sambil meringis kesakitan. namun, ekspresinya masih tidak percaya dengan perubahan sikap Lukas.
Lona yang berdiri tidak jauh dari mereka menutup mulutnya. Dia tidak pernah menyangka, situasinya akan berbalik seperti ini.
Apa yang terjadi selanjutnya, semakin membuatnya terkejut.
Lukas menghampiri Revan dan berkata dengan hormat, "Tuan Revan, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Aku akan memberi mereka pelajaran nanti."
"Kedatanganku kemari untuk mengundang anda ke kediaman Keluarga Samos. Penyakit Keponakanku kembali Kambu. Kakaku menyuruhku untuk mengundang anda. bisakah anda meluangkan waktu untuk datang memeriksanya terlebih dahulu?"
Revan mengangkat alisnya sambil bersandar dan berkata, "Ini masih belum berakhir!"
Lukas mengerti maksud Revan.
Dia kemudian menghampiri Agus dan kembali melayangkan beberapa tendangan sambil berseru, "Dasar bajingan! Minta maaf kepada Tuan Revan sekarang juga!"
Di tendang beberapa kali oleh Lukas, Agus merasa tersinggung. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia pun merangkak kehadapan Revan lalu berkata, "Tuan Revan, aku salah, maafkan orang tidak berguna ini!"
Wajah Agus memerah karena malu. bagaimana bisa dia berlutut di hadapan sampah seperti Revan.
"Oh ... Kamu pikir, dengan meminta maaf saja sudah cukup?" kata Revan sambil menatap Agus dengan tatapan hina.
Agus membeku sesaat, tetapi dia segera mengerti lalu menampar dirinya beberapa kali dengan keras. "Tuan Revan, maafkan aku. Mohon jangan tersinggung. anda adalah orang besar!" wajahnya sudah membengkak seperti pantat monyet.
Revan tetap diam dan tidak mengatakan apapun.
Melihat Revan tetap diam, Agus terus menampar dirinya. Setiap tamparannya lebih keras dari sebelumnya.
Namun Revan masih terdiam.
Melihat Revan tidak bereaksi, Agus menatap Lona dan berteriak, "Cepat minta maaf kepada Tuan Revan!"
Mendengar itu, Lona pun berteriak marah, "Apa yang kamu katakan? Kamu ingin aku meminta maaf kepada Revan? apakah kamu masih seorang pria? Jika kamu pria, mengapa kamu menyuruh Wanitamu untuk berlutut dan meminta maaf kepada orang lain?"
"Dasar jalang! ini semua salahmu. kamu adalah orang yang menyinggung Tuan Revan kemarin. cepat minta maaf!"
Agus berteriak marah sambil memelototi Lona. setelah di pukuli dengan keras oleh Lukas, dia ingin melampiaskan amarahnya kepada Lona. Jadi dia langsung menghampiri wanita itu dan menamparnya dengan keras.
"Sekarang minta maaf kepada Tuan Revan atau aku akan membunuhmu!" teriak Agus.
**********