NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Istri Terabaikan

Transmigrasi Ke Tubuh Istri Terabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Emma tak pernah menyangka akan mengalami transmigrasi dan terjebak dalam tubuh istri yang tak diinginkan. Pernikahannya dengan Sergey hanya berlandaskan bisnis, hubungan mereka terasa dingin dan hampa.

Tak ingin terus terpuruk, Emma memutuskan untuk menjalani hidupnya sendiri tanpa berharap pada suaminya. Namun, saat ia mulai bersinar dan menarik perhatian banyak orang, Sergey justru mulai terusik.

Apakah Emma akan memilih bertahan atau melangkah pergi dari pernikahan tanpa cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Apa maksudmu?"

Eleanor menyilangkan kedua tangannya di depan dada, rambutnya yang basah ia biarkan begitu saja tanpa peduli dengan tetesan air yang jatuh ke keset.

"Aku rasa kamu tidak bodoh untuk memahami ucapanku, Sergey." Jawabnya angkuh.

Seketika, Sergey mengeraskan rahangnya. Tatapan pria itu berubah tajam, setelah mendengar kata bodoh yang istrinya katakan.

Sergey melangkah mendekat, ekspresinya dingin, tapi ada kilatan emosi di matanya. "Hati-hati dengan kata-katamu, Eleanor."

Wanita itu tidak mundur sedikit pun. Justru, sudut bibirnya tertarik dalam seringai kecil nampak jelas di wajah Eleanor.

"Kenapa? kamu akan mengancamku lagi?" tanya Eleanor tanpa rasa takut.

Sergey mengepalkan tangannya di sisi tubuh, lalu menarik napas panjang, mencoba meredam sesuatu yang mendidih di dadanya.

"Sejak kapan kamu jadi seperti ini?" Sergey memijit pelipisnya pelan.

Eleanor tertawa pendek tawa yang menyiratkan betapa muaknya ia pada pria itu. "Sejak aku lelah mencoba. Sejak aku sadar bahwa tidak peduli seberapa keras usahaku, pernikahan ini tetap dingin dan kosong."

Keheningan menyergap mereka, hanya suara tetesan air dari rambut Eleanor yang memecahnya. Sergey menatap wanita di depannya, mencari sesuatu di balik matanya yang dulu selalu hangat dan penuh cinta. Namun, yang ia temukan hanyalah kehampaan dan kemarahan.

"Jadi, ini trik yang kamu lakukan untuk memikatku lagi?" tanya Sergey percaya diri.

Eleanor tidak menjawab dengan segera. Ia hanya menatapnya, seakan ingin memastikan sesuatu dalam benaknya sendiri.

Lalu, dengan nada datar, ia berkata, "Tidak, aku sudah tidak berminat untuk memikat atau memilikimu."

Sergey terdiam. Ada sesuatu dalam nada suara Eleanor yang membuatnya gelisah sesuatu yang belum pernah ia dengar sebelumnya.

"Apa kamu sedang mencoba memprovokasiku, Eleanor?" ujar Sergey sinis.

Ia menyipitkan mata, berusaha mencari celah di balik alasan untuk tidak mempercayai kata-kata istrinya.

Eleanor menghela napas, seolah lelah harus menjelaskan sesuatu yang seharusnya sudah jelas. Ia tidak suka basa basi terlebih soal hubungan antar lawan jenis, baginya itu sangat membuang tenaga.

"Tidak. Aku hanya mengatakannya seperti apa adanya. Aku tidak peduli lagi denganmu atau urusanmu, atau apa pun yang sedang kamu lakukan di belakangku." Tegas Eleanor.

Sergey menatapnya lekat-lekat, mencoba membaca apa yang tersembunyi di balik sikap dingin istrinya. Dulu, Eleanor selalu berusaha tanpa lelah. Selalu ada percikan harapan di matanya, betapapun kecilnya itu. Tapi kini? semua hilang seperti debu yang terbawa angin.

"Apa kamu ingin pergi?" tanya Sergey akhirnya, nada suaranya lebih rendah dari yang ia inginkan.

Eleanor tersenyum kecil, tapi bukan senyum bahagia. Lebih seperti senyum seseorang yang akhirnya menerima kenyataan.

"Bukankah itu yang selalu kamu harapkan selama ini?"

Sergey tak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, mencoba memahami perasaan yang tiba-tiba mengusik pikirannya.

Melihat Sergey terdiam, Eleanor membalikkan tubuhnya menghadap cermin di meja rias. Ia bisa melihat dengan jelas wajah Sergey yang nampak kebingungan.

"Katakan, apa keperluanmu datang ke kamarku?" tanya Eleanor menatap wajah Sergey dari cermin.

Seketika Sergey ingat tujuan awalnya datang ke kamar sang istri, ia menatap punggung Eleanor yang masih terbalut jubah mandi.

"Besok ada pertemuan dengan klien luar negeri, kamu harus sudah siap pada pukul tujuh pagi." Jelas Sergey tanpa menyinggung pertanyaan Eleanor tadi.

"Kenapa aku harus ikut?"

"Mereka meminta kita menjemputnya ke bandara, dan mereka ingin makan siang bersama kita berdua." Sergey berjalan mendekati Eleanor lalu mendekatkan wajahnya ke samping telinga wanita itu.

Eleanor tetap acuh tak acuh, ia lebih fokus mengoleskan krim ke wajahnya seolah tidak menganggap keberadaan Sergey di sampingnya.

"Baiklah, apa hanya itu?" tanya Eleanor lagi.

"Berpakaian lah yang rapi, dan jangan membuatku kecewa di depan mereka, apa kamu paham?" bisik Sergey.

Tanpa menjawab, Eleanor hanya mengangguk santai.

Sergey mengamati wajah Eleanor melalui pantulan cermin. Wanita itu tampak tenang, terlalu tenang, seolah tak ada satu pun ucapannya yang benar-benar menyentuh perasaan Eleanor.

Hening beberapa detik sebelum Sergey akhirnya berbalik, melangkah menuju pintu. Namun, sebelum ia sempat meraih gagang pintu, suara Eleanor menghentikannya.

"Sergey," panggilnya tanpa menoleh.

Pria itu berhenti, menunggu kelanjutannya.

"Aku hanya ingin tahu satu hal," Eleanor menarik napas pelan. "Apa aku pernah berarti di hidupmu selama ini?"

Sergey merasakan sesuatu mengganjal di dadanya. Pertanyaan itu sederhana, tapi untuk pertama kalinya, ia tidak tahu harus menjawab apa.

Eleanor tersenyum kecil, "Lupakan. Aku sudah tahu jawabannya."

Sergey tetap diam, lalu tanpa berkata apa-apa, ia membuka pintu dan pergi, meninggalkan Eleanor sendirian.

***

Udara dingin menembus kulit Eleanor, wanita itu berdiri di balkon kamarnya saat jam baru menunjukkan pukul empat pagi hari. Ia hanya mengenakan gaun tidur berwarna putih yang terbuat dari satin, kainnya cukup tipis dan melambai pelan diterpa angin.

Matanya menatap kosong ke arah langit yang masih gelap, hanya dihiasi titik-titik bintang yang mulai meredup. Tangannya yang ramping bertumpu pada pagar besi balkon, jari-jarinya sedikit gemetar karena dingin.

Tapi ia tidak beranjak. Seakan udara dingin yang menusuk adalah satu-satunya hal yang membuatnya masih bisa merasa hidup.

Ia menarik napas panjang, mencoba memenuhi paru-parunya dengan udara segar. Namun, pikirannya berkelana jauh pada kehidupan pertamanya.

"Aku tidak akan melepaskan mereka," gumam Eleanor. "Mereka harus membayar perbuatannya padaku, tapi sebelum itu..."

Eleanor mengeluarkan ponselnya dan melihat artikel yang baru saja ia baca, artikel yang memuat berita tentang kandidat penerus Rose Hospitality Group.

"Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik untuk bersaing, tapi aku harus membuat pondasi sendiri untuk bertahan hidup mulai sekarang."

Eleanor kembali membaca artikel tersebut, di sana tertera nama kandidat yang di rencanakan akan menjadi penerus keluarga Rosenthal setelah Eleanor yang asli menolak permintaan ayahnya.

"Noah Harrison, kita akan segera bertemu." Gumam Eleanor tersenyum miring.

Ia mematikan ponselnya dan beranjak masuk kembali ke dalam kamar, ia menutup pintu balkon dan berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Pukul enam pagi, suara ketukan di pintu kamar Eleanor terdengar. Wanita itu berjalan menuju pintu dan membukanya, ia di suguhi sosok pelayan yang menunduk hormat padanya.

"Nyonya, Tuan sudah menunggu di ruang makan." Ujar pelayan itu sopan.

"Baiklah, katakan padanya sebentar lagi aku turun."

"Baik, Nyonya." Pelayan itu segera melangkah mundur dan pergi menuruni tangga untuk memberi tahu Sergey.

Di ruang makan, Sergey sedang menyesap kopinya. Pria itu sudah berpakaian rapi, jam tangan mewah bertengger di lengan kirinya.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan muncul. Ia menunduk hormat saat tiba di hadapan Sergey.

"Tuan, Nyonya sebentar lagi turun." Ucap pelayan itu sopan.

Sergey mengangguk dan menyuruh pelayan itu pergi, pria itu menikmati kopinya dengan santai. Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara sepatu dari arah tangga.

Sontak Sergey langsung menoleh, ia terdiam begitu melihat penampilan istrinya, bahkan ia tidak berkedip sama sekali seolah ia terbius oleh penampilan Eleanor.

1
Murni Dewita
next
Kim nara
Lea selalu Keren y thor
Zee✨: Hooh, harus dong hehe
total 1 replies
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: Bsk yak kalo senggang hehe
total 1 replies
Murni Dewita
💪💪💪💪lea
Murni Dewita
👣
Dsy_Sagitariuzz
mantap lea👍🤣
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
dilepaskan dengan cara di DORR
Zee✨: biar nggak jadi beban mulu kak🤣
total 1 replies
Kim nara
Sargey tuh sebenar nya cinta ga sih thor sama lea ak tak paham sama si sargey
Zee✨: oke, nanti yak aku bikin dulu 😉
Kim nara: Iya Pov sargey thor sebenar nya dia cinta apa ga ama si lea
total 3 replies
rachma yunita
emang ada apa antara Sergey dan Nikolay?
Zee✨: ada masalah hoho
total 1 replies
🍏A↪(Jabar)📍
next
Wahyuningsih
Menyeblkn sekli aria, thor buat buat aria menderta biar nyakho dia n buat noah jga sma2 mendrita d t nggu upnya kmbli thor yg buanyk n hrs tiap hri sellu jga keshtn seeeeeeemaaaangaaaaaaaaaaat
thor 😄😄😄😄😄😄
Dsy_Sagitariuzz
naoaaaaaah kau dlm bhy 😎
Dsy_Sagitariuzz
suruhan siapa tuch🤔
Zee✨: siapa ya??? masih misteri wkwk
total 1 replies
Kim nara
Keren Lea keren
ika yanti naibaho
Luar biasa
Cahaya yani
hadur othor mmbawa kopi utkmu,.
Zee✨: selamat datang kakak🥰🥰
total 1 replies
Aretha Shanum
ko lama bngt kpn pisahnya, jadi bosen alurnya
Kim nara
Lea kamu keren love u lea😘😘😘
Dsy_Sagitariuzz
ajak cerai aja lea 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!