Dinda, wanita cantik berusia 25 tahun itu sangat menyayangi adik angkatnya yang bernama Rafly yang usianya lebih muda enam tahun darinya. Karena rasa sayangnya yang berlebihan itulah membuat Rafly malah jatuh cinta padanya. Suatu malam Rafly mendatangi kamar Dinda dan merekapun berakhir tidur bersama. Sejak saat itulah Rafly berani terang-terangan menunjukkan rasa cintanya pada Dinda, ia bahkan tak peduli kakak angkatnya itu sudah memiliki tunangan.
"Kamu harus putusin si Bara dan nikah sama aku, Dinda!" ucap Rafly.
"Aku nggak mungkin putusin Bara, aku cinta sama dia!" tolak Dinda.
"Bisa-bisanya kamu nolak aku padahal kamu lagi hamil anakku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soufflenur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara Bangkrut
Beberapa hari berlalu dan kini Rafly dan keluarga kecilnya itu pergi jalan-jalan ke Mall seperti yang telah dijanjikan oleh sang kepala keluarga pada anaknya itu. Tampak senyuman lebar terukir di wajah imut Nayla ketika ia melihat ke arah toko mainan. Ia saat ini digendong oleh ayahnya itu sedangkan Dinda berjalan di samping Rafly.
"Papa Nayla mau beli boneka!" seru Nayla sambil menunjuk-nunjuk ke arah toko mainan tersebut.
"Oke sekarang kita beli boneka ya," jawab Rafly.
"Yeaayy!" Nayla terlihat senang sekali karena ayahnya itu selalu memberikan semua yang ia inginkan.
"Abis ini udah ya, Dek. Mainan kamu udah banyak banget kok di rumah nanti kebanyakan malah nggak tau mau ditaruh di mana," ujar Dinda.
"Iya, Ma."
Setelah membeli boneka mereka pun pergi ke restoran untuk makan karena sudah lapar sekali setelah jalan-jalan.
"Aduh aduh itu kan Mas Rafly yang ganteng luar biasa keren itu, aduh dia itu kok kalau dipikir-pikir malah makin so sweet aja sih ya kan? Aduh dia itu udah sangat sangat lebih dari tipe suami kalau menurut akuh. Udah ganteng udah gitu penyayang istri dan anak terus apa coba kurangnya nggak ada kan? Aduh kalau gini caranya gimana akuh nggak pengen jadi pelakornya," ujar Leni yang ternyata juga berada di restoran itu.
"Aku nanti malem mau minta uang lagi dari om biar aku bisa perawatan ya kan biar bisa cantik dan glowing paripurna kayak Dinda itu yang selalu jadi istri kesayangan Mas Rafly. Entar kalau aku udah perawatan kan bisa cantik biar suami orang kecantol khususnya Mas Rafly. Aku ini diem-diem ternyata pecinta suami orang ya. Nggak apa-apa deh yang penting kan cuma pecinta bukan perebut ye kan?" lanjut Leni lagi.
Leni yang hidupnya sebatang kara itu rupanya iri pada kebahagiaan Dinda karena itulah ia ingin menarik perhatian Rafly agar bisa ia miliki untuk dirinya sendiri.
Sementara itu
Bara menggebrak meja kerjanya lalu ia berteriak marah setelah ia mengetahui bahwa perusahaannya telah bangkrut.
"Si\*lan!" teriak Bara marah lalu ia membanting semua yang ada di atas meja hingga semuanya jatuh ke lantai.
"Bara cukup!" seru Lara yang datang ke kantor anaknya itu.
Lara sangat terkejut melihat kondisi Bara juga ruangan kerja anaknya itu yang berantakan tak karuan.
"Kamu itu kenapa sih, Bara? Kamu marah kenapa kok sampai hancurin barang-barang itu? Ada apa?"
Bara mendelik marah pada ibunya itu membuat ibunya balas menatapnya tajam.
"Ada apa ada apa Mama nggak tau apa pura-pura nggak tau sih hah? Perusahaan kita, Ma. Perusahaan kita udah bangkrut dan rumah kita juga udah disita tau nggak!" teriak Bara.
Lara tentu saja melongo. "Kok bisa sih? Oh Mama tau itu semua kan gara-gara ulah kamu sendiri, Bara. Mama kan udah sering bilang sama kamu biar nggak mainin perempuan lagi tapi nyatanya apa? Kamu nggak mau dengerin saran dari Mama makanya jadi gini kan? Semua uang kita habis nggak bersisa itu semua karena ulah kamu sendiri! Kamu selalu foya-foya traktir perempuan bayar mereka semua semu kesenangan kamu sendiri!" serunya marah.
Bara diam saja karena yang dikatakan oleh ibunya itu benar adanya jadi ia tak bisa membantahnya.
Lara menangis pilu di hadapan anaknya itu namun Bara malah diam saja tak mau menenangkan ibunya itu.
"Ini semua gara-gara si Dinda itu, kalau aja dia nggak khianati aku..." ujar Bara marah.
"Bukan salah Dinda! Mama tau kamu itu yang udah mengkhianati Dinda makanya dia nggak mau nikah sama kamu iya kan! Jadi stop kamu salahin dia terus atas apapun yang udah kamu lakukan itu!" teriak Lara memotong ucapan Bara.
"Tapi kan..."
"Nggak ada tapi tapi karena Dinda itu nggak salah!" balas Lara lagi lalu ia berlalu pergi dari hadapan anaknya itu.
Setelah pulang dari jalan-jalan Dinda membawa anaknya ke kamarnya Nayla sendiri karena anaknya itu sudah tertidur karena kelelahan. Lalu ia pergi ke kamarnya sendiri, Rafly sendiri sedang sibuk dengan ponselnya itu.
Rafly melirik ke arah Dinda yang saat ini sudah melepaskan bajunya dan sedang membuka lemari untuk mengambil baju ganti. Ia rupanya tergoda melihat istrinya yang hanya memakai hot pants dan tank top itu lalu ia turun dari kasur dan meletakkan ponselnya itu kemudian ia menghampiri Dinda.
"Mas?" ujar Dinda sambil menggeliat ketika tubuhnya dipeluk dari belakang oleh suaminya itu.
"Hm?"
Rafly malah dengan sengaja mulai menyentuh tubuh Dinda membuat istrinya mendesah.
"Aku mau itu, yang," pinta Rafly dengan napas yang memburu.
Dinda pun mengangguk karena ia pun juga sama inginnya seperti suaminya itu. Ia membiarkan suaminya menyentuhnya dan mereka berciuman panas.
Dinda kemudian melepaskan baju Rafly membuat mereka berdua tanpa pakaian lalu ia mulai memuaskan suaminya itu dengan mulut dan tangannya. Ia sangat merasa bahagia melihat suaminya itu senang karena pelayanannya.
"Isep terus, Yang..." pinta Rafly dengan napas yang memburu karena istrinya itu sangat lihai dalam segala hal termasuk memuaskannya.
Dinda pun menuruti suaminya itu lalu tak lama ia pun berada di atas suaminya karena ia menyukai posisi women on top.
Satu jam kemudian mereka telah selesai melakukannya lalu Dinda memakai dasternya. Ia tersenyum lembut saat menoleh ke arah suaminya itu yang sudah terlelap.
"Aku mau bikin minum dulu deh kayaknya enak nih minum es susu cokelat seger," ujar Dinda.
Besoknya
Bara pergi ke bar lalu ia malah bertemu dengan Karin yang ada di sana juga.
"Waduh siapa tuh cewek cakep bener tapi ya nggak secakep Dinda sih tapi lumayanlah," ujar Bara lalu ia tersenyum miring.
"Gua coba deketin dah!"
Bara pun berjalan menghampiri Karin yang saat itu sedang duduk santai di depan meja bar.
"Hallo, cantik? Sendirian aja nih? Aku temenin boleh ya?" Bara menyapa Karin dengan gaya sok kerennya itu.
"Eh lu siapa ya kok tiba-tiba aja nyapa gue? Emangnya kita kenal?" balas Karin jutek.
Bara emosi jadinya namun ia tetap tak menyerah begitu saja.
"Aduh kamu tuh cantik gitu harusnya nggak jutek dong biar cantiknya nggak ilang ya kan?" rayu Bara lagi bahkan ia berani mencolek dagu Karin membuat wanita itu marah dan menamparnya.
"Kurang ajar lu ya beraninya lu colak colek gue! Dasar baj\*ngan lu bangs\*t!" teriak Karin memaki-maki Bara sambil menunjuk-nunjuk wajah Bara dengan marah lalu ia pun berlalu pergi.
"Aduh kok bisa seapes ini sih, dasar si\*lan!" ucap Bara marah sambil memegangi pipinya itu yang terasa sakit.