"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Akan Menghilangkan Rasa Sakitnya
Setelah sampai di lantai atas, Lucifer menurunkan Daisy, lalu berjalan mendahuluinya dengan perasaan kesal.
Dengan senyum puas setelah sukses menjahili Lucifer, Daisy mengekor di belakang Lucifer. Namun dia tidak menyadari bahwa orang di depannya tiba-tiba berhenti dan tidak sengaja menabrak orang itu.
"Aduh~" rintih Daisy sambil menyentuh hidungnya.
Hidungnya membentur bahu lebar orang di depannya. Rasa nyeri tiba-tiba menjalar ke hidungnya, dan matanya sedikit basah karena air mata.
Setelah teringat siapa yang telah ditabraknya, Daisy segera mundur selangkah dan menundukkan kepalanya.
"A-aku tidak bermaksud begitu," katanya dengan suara gemetar. Dia takut suasana santai itu akan dirusak olehnya lagi. Dia takut Lucifer akan memarahinya lagi.
Lucifer berbalik dan menatap dingin ke arah orang yang menunduk sambil memegang hidungnya dengan mata terpejam. Seolah tiba-tiba teringat sesuatu, Lucifer tiba-tiba melangkah maju dan membungkuk.
Melihat Lucifer yang tiba-tiba menundukkan punggungnya dan mengangkat tangannya, Daisy langsung berpikir bahwa dia akan dipukuli lagi. Tubuhnya merespon dengan kaget dan memejamkan matanya.
Tanpa diduga, Lucifer perlahan mengulurkan tangannya untuk menyentuh hidungnya dan mengusapnya dengan lembut.
"Apakah sakit? Hidungmu sangat merah.." ucap Lucifer penuh kasih sayang.
Daisy terpaku di tempatnya karena sentuhan yang tiba-tiba itu, dia mengangkat kepalanya dan menatap Lucifer dengan cemas.
"Tidak…tidak. Sama sekali tidak sakit.." jawab Daisy dengan gugup.
"Kemarilah, aku akan menghilangkan rasa sakitnya.." Lucifer menarik Daisy semakin mendekat, lalu mengecup pangkal hidung Daisy.
Setelah itu, dengan lembut dia menyeka air mata di sudut mata Daisy. Keintiman Lucifer membuat Daisy menahan napas karena tak percaya.
Daisy menatap kosong ke wajah tampan yang ada di dekatnya. Sulit baginya untuk mempercayai bahwa ini sedang terjadi.
Serangkaian tindakan ini membuat napas Daisy semakin sesak dan semakin gelisah. Wajahnya memerah, dan ketika dia hendak berbicara, dia mendengar suara tawa datang dari belakangnya.
"Haha, apa kalian berdua hanya akan berdiam diri di sini? Apa kalian lupa dengan para tetua?"
Mendengar suara Sonia, Daisy buru-buru mundur dan tersipu malu. Ketika berbalik, dia melihat Sonia menuntun Tuan Killian berjalan ke arah mereka.
"Kakek, aku kembali.." ucap Lucifer sambil menggandeng tangan Daisy.
Kakek Killian mengangguk puas, lalu menoleh dan berkata dengan hangat kepada Daisy sambil membuka lebar kedua lengannya, "Daisy, kemari lah dan biarkan Kakek melihat mu."
Daisy melepas tangan Lucifer dan tersenyum cerah pada Kakek Killian. Lalu mendekat untuk menyambut pelukannya.
"Kenapa kamu terlihat lebih kurus daripada terakhir kali aku melihatmu? Kamu terlihat lemah, apakah mereka tidak memperlakukanmu dengan baik?" tanya Kakek setelah melepas pelukannya.
"Aku juga merasakan hal yang sama. Lucifer, apakah kamu menindasnya lagi? Jika kamu berani menindas Sisi, Mama dan Kakek akan menjadi orang pertama yang menghajar mu!" imbuh Sonia tiba-tiba.
Sonia mengangkat sebelah alisnya sambil menatap tajam ke arah Lucifer seolah meminta penjelasan. Lucifer yang merasa tertangkap basah itu juga menatap Ibunya dengan tatapan tak senang.
Daisy takut ibu dan anak itu akan bertengkar lagi, jadi dia cepat-cepat menjelaskan, "Kakek, akhir-akhir ini nafsu makanku tidak enak, dan aku makan lebih sedikit. Atau mungkin karena caraku menata rambut membuat wajahku terlihat lebih kecil.."
Sonia langsung menatap rambut Daisy setelah mendengar penjelasannya. Namun pemandangan itu mengingatkannya pada sesuatu yang lain.
"Tunggu sebentar.." Sonia mendekat pada Daisy yang menyentuh kedua pundaknya.
Dia memutar tubuh Daisy ke kanan dan ke kiri sambil tersenyum lebar.
"Sisi, kamu benar-benar tidak berubah. Setelah 8 tahun, kamu masih terlihat sama saat menggunakan baju ini.."
"Penampilanmu benar-benar sama seperti hari itu. Lucifer, kamu ingat kan wak-"
Setelah sadar dengan apa yang di ucapkan nya, Sonia menghentikan ucapannya dan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Keduanya, Sonia dan Daisy sama-sama membelalakkan matanya.
"Apa maksudnya itu?" tanya Lucifer bingung.
Semuanya terdiam.
"Kamu harus makan lebih banyak dan menjaga kesehatanmu.." sahut Kakek Killian.
Kakek Killian menjelaskan bahayanya bagi tubuh karena tidak makan. Daisy mengangguk sesekali dan mendengarkan penjelasan Kakeknya, tetapi matanya menatap Lucifer yang melotot meminta penjelasan.
"Kakek sudah menyiapkan beberapa camilan yang disukai Daisy. Kamu dan Daisy pergilah ke sana dan jangan terburu-buru. Ada yang ingin ku bicarakan dengan Ibumu," ucap Kakek Killian pada Lucifer.
"Ya, terima kasih, Kakek.."
Setelah semua orang pergi, Lucifer melihat ke arah Daisy, menarik tangannya dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Omong kosong apa yang kau bicarakan dengan Mama tadi?" tanya Lucifer sambil mengerutkan keningnya.
"Bukan apa-apa, Mama hanya suka saat aku memakai baju itu," jawab Daisy dengan tenang tanpa menimbulkan kecurigaan Lucifer.