Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kemari lah, Vi. biar aku tunjukkan bukti tentang kedua putra kita jika kau belum benar-benar yakin!"
Sembari menggiring Vincent ke arah sofa, Bulan nampak tersenyum puas. wanita itu yakin jika setelah ini, ia bisa mengikat Vincent untuk segera menikahinya.
Vincent hanya menurut, dalam hati ia masih belum bisa percaya seratus persen jika Bulan telah mengandung anaknya. mengingat, pernikahan nya dengan Arneta pun sudah berlangsung selama tiga tahun. namun, istrinya itu tak kunjung hamil.
Bulan kembali setelah mengambil hasil USG miliknya di dalam kamar, lalu ia menyerahkannya kepada Vincent dan pria itu menerimanya dengan wajah pias.
"Lihatlah! aku tidak berbohong. syukurlah kau datang tepat waktu, jika tidak, aku tidak yakin jika aku tidak benar-benar menggugurkannya." Ucap Bulan dengan memasang wajah sedih
Vincent menghela nafasnya gusar, lalu meletakkan kertas USG itu ke atas meja sembari melirik ke arah Bulan yang kini duduk di sampingnya.
"Kalau begitu, ayo kerumah sakit untuk memeriksakan kandunganmu!" Ajak Vincent sembari bangkit dari duduknya
Vincent bukan orang bodoh yang akan langsung percaya begitu saja dengan apa yang di katakan Bulan. Maka sebab itu, Ia akan mencoba untuk menyelidikinya terlebih dahulu sebelum percaya begitu saja jika anak yang di kandung Bulan adalah anaknya. bukan rahasia umum jika orang-orang seperti Bulan ingin menjebak nya pengusaha seperti dirinya dengan mengaku Hamil anak mereka.
Bulan mengangkat wajahnya, lalu menatap Vincent dengan kening yang mengerut. "Untuk apa? kau sudah lihat sendiri hasil USG nya. itu hasil USG beberapa hari yang lalu saat kau tidak menghubungimu, Vi." tolak Bulan secara halus
"Ya kau benar. tapi untuk lebih menyakinkan ku jika bayi itu sehat, maka aku harus menyaksikannya sendiri ketika dokter sedang memeriksanya, Bulan."
"Tapi Vi, aku........ "
"Jangan membantah!" Potong Vincent , tatapannya yang dingin seolah tengah mengintimidasi Bulan agar tidak lagi membantah ucapannya.
Glek
Bulan menelan ludahnya sendiri karena gugup bercampur takut.
"Ba.... baiklah, besok akan aku atur ulang jadwal kontrol dengan dokternya.... "
"Kenapa harus besok. kenapa tidak sekarang saja! " Potong Vincent dengan cepat
"Tidak bisa begitu, Vi. semua ada aturannya, jika tidak mebuat janji terlebih dahulu, akan sulit untuk bertemu dokter kandungnya." Tolak Bulan beralasan
"Cih, omong kosong." cibir Vincent sembari geleng-geleng kepala, Lalu pria itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Tom, persiapkan seluruhnya, termasuk dokter terbaik dan alat-alat yang di butuhkan di rumah sakit kita! aku akan datang empat puluh menit lagi dan semuanya harus sudah siap." ucap Vincent dengan tersenyum Miring
Deg
Bulan terperangah tak percaya. ia seolah lupa siapa pria yang berdiri di hadapannya saat ini. Pria Milyuner yang memiliki segalanya termasuk rumah sakit terbesar di kotanya saat ini pun adalah milik pria itu.
Jadi, percuma dia mencari alasan sedemikian rupa karena pasti pria itu akan dengan mudah mematahkannya.
Bulan menggigit bibir bawahnya sendiri sembari meremas tangannya bergantian. sungguh, ia tak berkutik salain mengikuti apa saya yang di perintahkan pria itu jika tidak ingin pria itu marah dan berujung membuangnya.
Melihat wajah Bulan yang gugup, Vincent nampak mengerut heran. "Ada apa? kenapa wajahmu gugup seperti itu? Bukankah ini yang kau mau. kau ingin anakmu di akui kan? lalu, kenapa aku melihat keraguan di mata itu?"
Deg
"Ahh ....... aku, aku tidak apa-apa. aku hanya sedikit gugup. kau tau, ini kehamilan pertamaku dan aku takut terjadi apa-apa dengan bayi kita jika terlalu sering USG."
Vincent terus menatap Bulan dengan dingin sehingga membuat wanita itu sedikit kelabakan.
Beberapa saat berlalu dan kini pria itu sudah berhasil menarik paksa Bulan untuk datang ke rumah sakit miliknya. tentunya, Vincent membawa Bulan dengan mengendarai mobil lain agar tidak membuat orang lain curiga.
Ia juga membuat area rumah sakit yang akan mereka lalui menjadi steril, hingga membuat pengunjung lain tak mungkin mencurigai gerak gerik mereka.
"Tunggu apa lagi? keluarlah. jangan membuang-buang waktuku hanya untuk memaksamu masuk, Bulan!" Tegur Vincent ketika Bulan tak kunjung keluar dari mobilnya
Tak ingin Vincent semakin marah, Bulan akhirnya keluar. namun, keningnya sedikit mengerut mana kala melihat parkiran itu sangat sepi.
"Tumben sekali tempat ini sepi?" Gumam Bulan dalam hati, lalu menoleh ke arah Vincent yang kini fokus dengan ponselnya. "Vi, tumben parkiran ini sepi?" tanya Bulan sembari menatap sekelilingnya
Mendengar itu, Vincent reflek mengalihkan fokusnya pada Bulan. "Apa yang kau harapkan? Apa kau ingin semua orang di rumah sakit ini tau jika kau sedang datang bersamaku? Atau, kau ingin semua karyawan di sini tau tentang kehamilan mu?"
Deg
Bulan seketika tersadar dari kebodohannya bertanya demikian. tentu saja apa yang terjadi saat ini bukanlah kebetulan, sebab Pria itu pasti tidak mau semua orang melihat kedatangannya ke sana.
Jika saja Bulan tidak sayang dengan kariernya, maka ia pasti sudah membongkar hubungan gelap mereka di depan Publik.
Tangannya terkepal kuat dengan rahang yang mengeras ketika mengingat itu. sementara itu, Vincent sudah lebih dulu melangkah masuk melalui lift khusus yang di peruntukan untuk para petinggi rumah sakit.
Sementara Bulan di paksa menunggu sejenak karena tak mungkin keduanya masuk secara bersamaan. Vincent begitu jeli mengatur semuanya hingga kedatangan mereka tak sampai terendus oleh awak media ataupun membuat curiga seluruh orang yang berada di rumah sakit itu.
Vincent berada di dalam ruang direktur utama, ia secara khusus memerintahkan Tom untuk menyiapkan semuanya. mulai dari dokter, alat dan cara membungkam semua orang yang terlibat, semua sudah di lakukan Asisten Tom dengan teliti.
Tiga puluh menit berlalu, Bulan sudah selesai melakukan pemeriksaan di ruang yang terisolir. namun, Bulan merasa sedikit janggal. sebab, Pemeriksaan kali ini berbeda dengan pemeriksaan yang pernah ia lakukan sebelumnya.
Wanita itu nyatanya di bius dan belum sadar hingga saat ini.
"Bagaimana?" Tanya Vincent dari sambungan telepon. nyatanya, Pria itu tak ikut keruangan pemeriksaan Bulan dan lebih memilih menunggu hasilnya di ruangan direktur
"Clear Tuan. kita tinggal tunggu hasilnya saja 1-2 minggu kedepan!"
"Kerja bagus," Puji Vincent
******
Di lain tempat, Arneta memilih pamit undur diri setelah urusan pekerjaan itu selesai. Kepergian Arneta di tatap sendu oleh Reyhan pria yang dulu sempat di jodohkan dengannya oleh sang Ibu.
Namun, karena Arneta lebih dulu menjalin hubungan dengan Vincent, perjodohan itu pun di tolak mentah-mentah oleh wanita itu.
Dan ketika mereka kembali bertemu, justru karena wanita itu tengah mengalami masalah di rumah tangganya dan kini membutuhkan bantuan hukum darinya.
"Ehemmm, " Dehem Sang asisten sembari tertawa, "Sepertinya cinta lama bersemi kembali." ledeknya sembari tertawa puas
Mendengar itu, Reyhan memutar bola matanya malas. asisten pribadi sekaligus sahabatnya itu memang tau betul kisah keduanya.
"Jaga sikapmu saat dia ada di sekitar kita, Boy! aku tidak mau Arneta memilih mengakhiri kerja sama ini akibat kecerobohanmu!" Tegur Rey bersamaan dengan helaan nafas panjang.