Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Menolak
Melihat Renata terdiam, Glen pikir Renata akan mempertimbangkan keselamatan dirinya yang saat ini sedang mengandung.
"Aku ingin kamu menciptakan alat yang mampu mengendalikan setiap pergerakan satelit dari jarak jauh. Hanya itu saja. Setelah pekerjaan mu selesai maka kau boleh bebas melakukan hal apapun tanpa takut terjerat fitnah atas dirimu," ucap Glen.
"Maaf. Aku tidak ingin melakukan apapun untukmu sekalipun kamu akan membunuh kami berdua," sarkas Renata menolak tegas ajakan Glen.
"Wah. Hebat sekali wanita ini. Dia tidak menyayangi nyawanya apalagi nyawa calon bayinya. Ibu seperti apa kamu ini. Cihh....! Menyedihkan sekali," sindir Glen.
"Kamu malah lebih menyedihkan daripada aku karena sudah terhasut oleh nafsu duniawi. Aku lebih baik mati daripada menghancurkan orang-orang yang tidak berdosa demi memenuhi ambisimu," ucap Renata.
Nafas Glen tersengal dengan wajah memerah diikuti tatapan matanya yang nyalang. Namun Renata tidak bergeming sedikitpun apalagi untuk takut pada pria jahat itu yang ada di depannya.
"Renata. Ayo kita pulang...! Aku menyesal telah berhubungan dengan pria yang tidak waras ini." Dokter Lisa meludahi wajah kekasihnya membuat Glen langsung menampar nya dengan keras.
"Auhhgg....!" Rasa panas menjalar dipipi dokter Lisa.
"Kamu kira kamu siapa hahh....! penjaga....!" teriak Glen pada beberapa anak buahnya untuk masuk menemuinya.
"Iya tuan...!" keempat anak buahnya Glen sudah berada di Glen siap menunggu perintah dari sang bos.
"Kurung dua ja**Ng ini di gudang bawah tanah dan jangan berikan makan pada keduanya kecuali minum...!" titah Glen membuat dokter Lisa terkejut namun tidak dengan Renata yang sudah menduga dirinya akan berakhir di sini.
"Ya Allah. Jika aku dan calon bayiku mati ditangan pria jahat ini maka percepat lah kematian kami dengan mudah. Dan jika Engkau ijin kami untuk hidup maka lindungilah kami dengan segala kekuasaanMu. Sesungguhnya hanya kekuatan-Mu lah yang akan menyelamatkan kami dari kekejian manusia tak berakal ini," doa tulus Renata yang saat ini sedang digiring ke ruang bawah tanah oleh anak buahnya Glen.
Namun tidak dengan dokter Lisa yang sangat marah pada kekasihnya itu. Ia berontak sambil berteriak histeris.
"Aku membencimu Glen. Bajingan kau....! Aku menyesal pernah mengenalmu sialannn....!" maki dokter Lisa dalam cengkraman kedua tangannya penjahat yang menariknya secara paksa.
"Diammm....!" plakkk...!" Tamparan yang lebih keras lagi yang didapatkan dokter Lisa dari anak buahnya Glen.
Kedua wanita itu didorong ke dalam gudang sempit lagi pengap ditambah gelap. Mungkin saja ditempat itu sulit sekali mendapatkan oksigen.
"Aduhhh sakitt...!" keluh dokter Lisa yang merasakan tulang-tulangnya seakan mau patah.
Namun Renata tetap tenang karena bibirnya selalu dibasahi zikrullah. Ia menyerahkan jiwa raganya kepada Allah sehingga ia tidak merasakan bentuk siksaan dan ketakutan di dalam penjara bawah tanah itu.
"Renata. Apakah kamu baik-baik saja?" tanya dokter Lisa sambil meraba-raba tubuhnya Renata.
"Aku tidak apa Lisa. Kamu harus tenang dan tetap fokus. Kamu seorang dokter bedah umum. Kamu juga dipersiapkan untuk menjadi dokter yang sudah berpengalaman menghadapi hal yang sangat menakutkan seperti ini bukan?" Renata mencoba menenangkan dokter Lisa.
"Yah. Aku memang sudah terlatih dengan situasi genting namun tidak dengan penjahat sialan seperti dia yang mengurung dua wanita ke dalam tempat gelap dan lagi pengap seperti ini. Mana tasku juga diambil. Bahkan aku tidak mengantongi ponselku sama sekali, Renata. Disini tidak ada cahaya," keluh dokter Lisa sambil menangis.
Renata mengeluarkan ponsel pintar miliknya yang memang selalu ia sembunyikan di dalam bagian tubuhnya karena untuk berjaga-jaga jika dirinya diculik dan ia tidak bisa kabur dari para penjahat. Tidak lama kemudian tempat itu langsung terang membuat dokter Lisa terkejut.
"Astaga Renata ...! Bagaimana kamu bisa membawa ponsel? Bukankah tadi aku tidak melihatmu mengantongi apapun karena tas kita disita oleh bajingan itu. Aissshh....! Kenapa aku bisa terjebak di dalam permainan seperti ini," umpat dokter Lisa namun sangat bersyukur karena memiliki sahabat jenius seperti Renata.
"Sekarang kamu tenang dokter Lisa. Kita harus terus berpikir untuk bisa kabur dari sini," ucap Renata.
"Bagaimana caranya kita kabur Renata? Apakah kamu tidak lihat tempat ini dibawah tanah dan akses untuk ke atas sangat sulit. Apalagi pintu gudang itu terkunci, Renata," gerutu dokter Lisa.
"Yakinlah bahwa Tuhan itu selalu memberikan kita kemudahan dibalik kesulitan. Bukankah Tuhan selama ini menanamkan ilmu ke dalam pikiranmu sesuai dengan usaha belajarmu? Kalau bukan karena dia, kau pun tidak mungkin berada dipuncak sukses seperti ini," ucap Renata membuat dokter Lisa termenung.
"Apakah kamu sangat yakin dengan pertolongan Tuhan mu, Renata?" tanya dokter Lisa.
"Aku sangat yakin dokter Lisa. Tuhan sedang memberiku ujian karena dia tahu aku mampu. Nah sekarang kita bisa melakukan sesuatu dengan ponsel ciptaan ku sendiri agar kita bisa kabur dari tempat ini," ucap Renata optimis.
"Jadi, apa yang dikatakan Glen itu benar adanya kalau kau adalah seorang ahli teknologi? Maksudku ilmuwan," tanya dokter Lisa.
"Sssttt....!" Renata meletakkan jarinya di bibir dokter Lisa agar dokter Lisa tidak membahas hal itu.
"Pelankan suaramu karena bisa jadi obrolan kita ini disadap oleh priamu itu," ledek Renata.
"Ihhh....! Tidak lagi. Dia sudah menjadi sampah bagiku. Aku harus membuangnya dari pikiran dan hatiku," geram dokter Lisa.
Renata memeriksa setiap sudut tempat itu untuk memastikan tempat itu tidak disadap atau di pasang kamera pengawas. Setelah diperiksa ternyata aman. Dokter Lisa begitu kagum dengan Renata. Ketenangan Renata membuatnya banyak belajar untuk tetap tabah di situasi apapun.
Renata mengenakan kacamatanya untuk membaca akses pintu penjara itu agar mereka bisa membukanya.
"Renata. Apa yang sedang kamu amati?" tanya dokter Lisa penasaran.
"Membuka pintu ini dan kabur diwaktu yang tepat," ucap Renata.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu Renata?" tanya dokter Lisa.
"Ada Allah bersama ku. Tugasku hanya memohon pertolongan kepadaNya. Selebihnya pasrah sambil menunggu keajaiban darinya," jawab Renata tenang.
"Apakah nama Tuhan kamu itu Allah?" tanya dokter Lisa yang merupakan seorang ateis.
"Ya dokter Lisa dan utusannya yang paling mulia adalah Rosulullah sebagai nabi terakhir kami umat muslim," terang Renata.
"Kalau begitu buktikan kepadaku bahwa Tuhan mu itu bisa menyelamatkan kita dari sini...!" tantang dokter Lisa.
"Jika itu terjadi, apa imbalan darimu untuk kekuasaan Allah ku?" tanya Renata.
"Aku akan mengakui Tuhanmu itu sebagai Tuhanku juga," jawab dokter Lisa penuh keyakinan.
"Alhamdulillah. Aku janji Tuhanku akan memberikan keajaibanNya setelah kita berusaha. Bila nanti gagal jangan salahkan Tuhanku karena proses ujian untuk hambaNya yang beriman tidaklah mudah dan instan," jelas Renata membuat dokter Lisa memantapkan hatinya untuk percaya apa yang diyakini oleh Renata.
"Aku sangat percaya kepadamu sebagaimana Tuhanmu memilihmu untuk menguasai bagian ilmu yang tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu," ucap dokter Lisa.
Proses pelarian diri dimulai. Renata harus menyadap cctv yang ada di tempat itu agar tidak bisa mendeteksi keberadaan mereka jika mereka berhasil kabur dari tempat itu. Renata harus bergerak secepatnya karena ketahanan baterai ponselnya hanya untuk tiga hari saja.
next Thor
ditunggu selanjutnya...