Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
Morgan dapat mendengar suara perempuan, dari seberang telepon. dia pun dapat memastikan, jika yang mengangkat panggilan darinya adalah kakaknya Fikri.
"Halo, Fikri. Apa kamu baik-baik saja?" Terdengar kembali seruan, dari seberang telepon dengan nada penuh kekhawatiran.
"Halo. Adik mu Fikri, berada di rumah sakit. Saya harap, kamu cepat datang ke sini." Dengan nada dingin, Morgan memberitahu tahu keberadaan Fikri.
"Ka- kamu siapa?" tanya Raina terkejut, sebab yang berbicara bukanlah, adiknya. "Di mana Fikri? Kamu jangan macam-macam pada adik, ku!" bentak Riana.
Morgan menghela nafas kasar. " Maka dari itu. Kamu cepat datang, ke rumah sakit x. Kamu bisa lihat sendiri , keadaan Fikri saat ini." Dengan kasar, Morgan pun mengakhiri panggilannya sepihak. dia pun, saat ini terlihat kesal. "Dasar wanita!" gumamnya kesal.
Arsenio hanya melirik sekilas pada Morgan yang terlihat kesal. namun dia tidak memperdulikan semua itu. sebab saat ini, yang terpenting baginya adalah keselamatan Fikri.
***
Bandara
Raina yang baru saja mendapatkan kabar tentang Fikri, langsung pergi ke rumah sakit yang di maksud. saat ini, hati Raina semakin cemas. sebenarnya apa, yang sudah terjadi pada adiknya itu.
Butuh waktu beberapa jam, untuk cepat sampai di rumah sakit itu. untungnya Raina sampai di bandara jakarta, pada waktu pagi hari. hal itu membuatnya tidak kesulitan, mencari alat transportasi umum untuk menuju ke rumah sakit.
Tak berselang lama, Raina pun sudah sampai rumah sakit. dia pun berjalan terburu-buru, dengan membawa kopernya. Raina pun, segera menghampiri resepsionis dan menanyakan tempat adiknya, di rawat.
Setelah mendapatkan informasi tentang, Fikri. Raina bergegas pergi menuju lift, untuk menuju ruangan adiknya. lift pun berhenti, Raina pun keluar dari sana. dia pun berusaha mencari kamar, yang di katakan oleh resepsionis tadi. langkah Raina terhenti, saat mendapati ruangan tempat adiknya di rawat.
Namun tubuh Raina seketika mematung, saat melihat beberapa orang yang memakai baju serba hitam. Raina berusaha abai, tetap melangkahkan kaki menghampiri arsenio yang duduk bersama Morgan. "Permisi, di mana adik ku?"
Arsenio dan Morgan melihat ke arah suara. arsenio bahkan hanya menatap sekilas ke arah Raina, yang terlihat ketakutan. berbeda dengan Morgan, yang terdiam terpaku melihat wanita cantik berdiri di hadapannya.
"Apa kamu kakaknya, Fikri?" tanya Morgan, dengan cepat mengubah mimik wajahnya datar.
Raina mengangguk pelan. "Benar. Aku kakaknya Fikri. Sekarang bagaimana keadaan adik ku? Dan kalau boleh tahu, sebenarnya apa yang sudah terjadi pada adikku?" tanyanya, dengan suara bergetar menahan tangis.
Sebelum Morgan menjawab, tiba-tiba pintu ruangan Fikri terbuka. seorang dokter keluar dari sana, dan menghampiri mereka. "Maaf tuan. Pasien ingin bertemu dengan anda. Saya harap, kalian berbesar hati menerima semua ini. Kami pihak rumah sakit, sudah berusaha semaksimal mungkin. namun, hanya Tuhan yang menentukan."
Arsenio mengangguk pelan, segera masuk ke dalam ruangan Fikri. Raina pun tidak tinggal diam, mengikuti langkah arsenio yang sudah masuk terlebih dahulu. Morgan pun mengikuti langkah mereka, ingin memastikan keadaan Fikri.
"Bang arsen," ucap Fikri, dengan nada lemah.
"Aku di sini Fikri. Sebaiknya, kamu jangan banyak bicara dulu." Arsenio menatap lekat, wajah pucat Fikri.
Fikri tersenyum tipis. Namun tatapannya beralih pada sosok perempuan yang baru saja masuk ke dalam kamar, yang di ikuti oleh Morgan dari belakang.
"Kakak...." ucap Fikri, dengan nada bergetar. seketika dia menangis, melihat sosok kakak yang selama ini dia rindukan. baginya ini adalah suatu kejutan, karena yang Fikri tahu jika kakaknya akan pulang besok lusa.
"Fikri...! Apa yang sudah terjadi pada mu...." Raina yang tidak mampu menahan rasa sedihnya pun, menghampiri Fikri dan memeluknya. hatinya sangat sakit, melihat keadaan adiknya sangat mengkhawatirkan sekali. "Sebenarnya kamu kenapa, fik?" tanyanya, menangis.
Arsenio dan Morgan hanya memperhatikan momen haru itu, dengan tatapan sulit di artikan. mereka pun memutuskan, untuk pergi dari sana.
"Mau kemana kalian? Kalian harus menjelaskan semuanya pada, ku!" Raina menatap, arsenio dan Morgan dengan tajam.
"Kak, mereka tidak salah. Justru selama ini, mereka selalu menemani ku. Mereka orang baik dan mereka juga, yang sudah menolong ku.... " sela Fikri, tidak ingin kakaknya salah paham.
"Tapi Fikri, mereka sepertinya bukan orang baik-baik," ungkap Raina, memperhatikan Arsenio dan Morgan sekilas.
Fikri tersenyum. "Jangan menilai orang dari penampilannya, kak. Belum tentu orang berpenampilan sopan itu, baik. Jadi hilangkan prasangka buruk kakak, terhadap mereka," balas Fikri, dengan nafas yang terlihat sesak.
Melihat hal itu, membuat Raina seketika cemas. dia pun memutuskan untuk memanggil dokter kembali. namun dengan cepat, Fikri melarangnya.
"Kak, sebelum aku pergi. Aku ingin memperkenalkan kakak, pada orang yang selama ini selalu mengkhawatirkan, ku. Dia orang baik, meskipun sikapnya dingin." Sekilas Fikri melihat ke arah arsenio, yang menatapnya tajam.
Raina terdiam, tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Fikri. tanpa ingin menyela, raina pun memilih mendengarkan terlebih dahulu perkataan Fikri. dia ingin tahu, apa yang akan di katakan lagi oleh Fikri.
Tatapan Fikri pun beralih pada arsenio, yang sejak tadi memperhatikannya. "Bang arsen..." Bang arsen sudah janji, akan menjaga kakak untuk, ku. Aku ingin sekarang, abang menepati janji itu." ucapnya dengan nafas, yang mulai tersengal.
Arsenio terlihat cemas, melihat keadaan Fikri seperti itu. dia pun mendekati Fikri. "Aku akan menepati janji ku, pada mu waktu itu. Katakan, sekarang Aku harus melakukan apa?" tanyanya tegas.
Fikri tersenyum tipis. dia pun menggenggam tangan arsenio dan mendekatkannya, ke tangan Raina. Fikri pun, menggenggam tangan arsenio dan Raina. "Nikahi kakak ku, bang. Dengan begitu, abang sudah menepati janji pada, ku." ucapnya, pelan.
Arsenio dan Raina seketika terdiam, saat mendengar permintaan Fikri yang terdengar tidak masuk akal. pasalnya baik arsenio dan Raina, sama-sama tidak saling mengenal satu sama lain.
"Apa yang kamu katakan, fik? Kakak belum mempunyai keinginan, untuk menikah. Kakak ingin merawat mu, dengan baik." Raina yang tidak setuju pun, mencoba menolak dengan halus.
"Kakak tidak perlu merawat, ku. Perjuangan kakak selama ini sudah cukup, bagi ku. Demi aku, kak. Menikahlah dengan bang arsen, saat ini juga. Dengan begitu, aku akan merasa tenang karena ada yang menjaga dan menemani kakak, di saat aku pergi nanti."
Raina menangis, mendengar permintaan Fikri. dia pun menatap arsen, yang hanya terdiam. entah apa, yang sedang laki-laki itu pikirkan saat ini. sungguh Raina bingung, harus menjawab apa?
"Kak Raina... Bang arsen... aku mohon... menikahlah saat ini juga. Izinkan aku, menjadi wali kakak... Izinkan aku, menyaksikan pernikahan kakak ku sendiri...." Fikri terlihat susah bernafas, hal itu membuat arsenio dan Raina panik.
"Morgan cari penghulu, dan bawa ke sini. Kita akan melakukan, pernikahan saat ini juga. CEPAT...!" titahnya tegas.
Morgan yang mendapat perintah pun, segera pergi keluar untuk mencari seorang penghulu. meskipun saat ini dia sendiri juga tidak tahu, kemana harus mencari penghulu itu.
Tak berselang lama, Morgan pun datang dengan seorang laki-laki paruh baya dengan peci di kepalanya. mereka pun segera masuk, ke ruangan Fikri dan segera melangsungkan pernikahan arsenio dan Raina.
Fikri yang di bantu oleh penghulu pun, menjabat tangan arsenio. dia pun merasa senang, karena akhirnya kakaknya menikah dengan laki-laki pilihannya.
"Saudara Arsenio Geozhan... bin Alfred Geozhan. Saya nikahkan dan saya kawinkan anda, dengan kakak saya...yang bernama Raina cantika dengan maskawin berupa... uang tunai lima juta... di bayar tunai." Dengan nafas yang semakin tersenggal, Fikri menatap serius arsenio yang menjabat tangannya.
"Saya terima, nikah dan kawinnya Raina cantika binti fadlan dengan mas kawin tersebut, tunai." Dengan satu tarikan nafas, arsenio pun mengucapkan ijab kabul membuat semua orang di sana, terlihat bahagia.
Fikri pun tersenyum senang. namun setelah selesai, dia pun tidak sadarkan diri. dokter yang ikut menyaksikan pernikahan pun, segera memeriksa keadaannya.
"Maaf...pasien sudah meninggal. Saya turut berduka." ucap dokter pelan, menatap fikri yang menutup kedua matanya.
semangat