Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Berpisah
Lorong-Lorong terasa sepi, aroma obat tercium pekat, membawa Nila dalam ketakutan karena baginya Aksa adalah anak yang sangat berharga. Bersama dengan Ibu Panti, keduanya menunggu dan menundukkan kepala seraya menyebut asma Allah agar anak lelaki itu cepat sembuh.
Ibu panti memegang pundak Nila untuk menenangkan dirinya, yang tak berhenti menangis dan mondar-mandir kesana kemari menunggu sebuah kabar dari dokter, serta beberapa waktu curi kesempatan melihat keadaan di dalam melalui kaca kecil.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD dan mengatakan, “Ibu, kita masih memeriksa keadaan anak Ibu, kemungkinan diagnosa awal adalah demam berdarah.”
“Berikan yang terbaik untuk anak saya Dok, apapun caranya!” pinta Nila.
“Kami akan berusaha sekuat tenaga, lebih baik ibu urus administrasi dulu, agar mendapatkan kamar, “ kata Dokter yang kembali masuk ke dalam IGD
Nila langsung pergi ke bagian administrasi, dia meminta kamar VVIP untuk anaknya. Disaat melakukan transaksi, Alvin datang, wajahnya benar-benar panik, dia mencoba menegur Nila namun, perempuan itu diam saja. Dia masih sangat kesal karena telepon dan pesannya tidak di balas sama sekali.
Lelaki itu mengikuti Nila, pergi ke kamar Aksa yang ada di lantai atas, beruntung ada Ibu Panti yang bisa menceritakan semuanya kepada dia, sehingga Alvin bisa memahami kondisi Aksa.
Ruangan VVIP ini terasa sangat mewah, Ibu Panti saja sampai terbelalak matanya melihat semua fasilitas yang ada. Namun, hati Nila terasa sangat rapuh, bukan kemewahan seperti ini yang diharapkannya, terlebih melihat Aksa seperti itu.
Aksa masih tertidur pulas, Nila berada di sampingnya mencium kening, memegang tangan, dan terus memanjatkan doa.
“Bu, saya boleh minta tolong?” tanya Alvin kepada Ibu Panti.
“Apa mas?” jawab Ibu Panti.
“Bisa minta tolong disini jaga Aksa? Saya ingin bicara sama Nila sebentar di luar,” kata Alvin yang menunjuk tangan ke arah pintu.
Ibu panti mengangguk, pertanda setuju. Alvin langsung menarik tangan Nila menuju luar kamar, walaupun awalnya perempuan itu menolak, namun dia terpaksa mau mengikuti kemauan Alvin karena ada Ibu Panti.
“Aku mau ngomong sama kamu!” kata Alvin yang menutup pintu pelan.
“Omong aja!” jawab Nila yang lebih memilih memandang ke arah pintu, hatinya tidak tenang, ingin rasanya masuk kembali ke dalam.
“Jangan di sini!” kata Alvin yang menarik tangan Nila kembali turun ke bawah, perempuan itu terpaksa mengikutinya, karena dia sendiri juga harus mengatakan sesuatu kepada Alvin.
Rumah sakit ini mempunyai sebuah taman yang indah, dan terawat dengan sangat baik. Sayangnya, tempat duduknya tidak terlalu banyak, hanya bunga-bunga bertebaran di mana-mana, seharusnya cantik dan menarik, namun tidak untuk Alvin dan Nila.
Dari lantai atas menuju ke lokasi ini, Nila terus saja diam, walau Alvin sempat memancingnya dengan beberapa pertanyaan. Perempuan itu tetap tak menyambutnya, dia lebih memilih melihat ke bawah atau arah lain.
“Kamu kenapa sih? Dari tadi diem… aja?” tanya Alvin yang melihat wajah Nila ditekuk.
“Kalau mau ngomong, ya cepetan kasihan Aksa di atas!” Bentak Nila.
“Oke… Aku ingin hubungan kita berakhir,” kata Alvin tanpa basa-basi.
Nila langsung menatap wajah Alvin, dia tidak menyangka lelaki itu akan mengatakannya. Cukup lama perempuan itu menatap Alvin, matanya mulai berkaca-kaca, dia tak ingin berpisah karena rasa cintanya begitu besar.
“Kenapa? Kamu sudah mencintai Dania?” tanya Nila yang menyeka air matanya.
“Aku hanya ingin berdamai dengan semua ini, aku lelah hidup seperti ini,” kata Alvin
“Kamu mau meninggalkan kami begitu saja?” tanya Nila yang nadanya mulai meninggi.
“Aku tidak akan meninggalkan Aksa, aku akan ambil dia dari panti asuhan, tetapi butuh waktu,” jawab Alvin tegas.
“Aku sudah mengatakan semuanya ke Dania, kecuali tentang Aksa,” lanjut Alvin.
Nila langsung menampar Alvin sangat keras, dia meluapkan segenap emosi yang sudah tak tertahan sejak tadi. Nafasnya kini naik turun, air matanya terus mengalir hingga membasahi pipinya.
“Kamu tega, ya Vin,” kata Nila yang ingin sekali menamparnya lagi
“Kamu nggak bisa memutuskan sepihak begini Vin,” lanjutnya.
Alvin memegang pipinya, rasanya sangat sakit, tetapi dia mencoba menahannya, “Tapi aku bisa apa? Aku tidak ingin kehilangan warisan Ayah, apalagi tekanan beliau begitu kuat agar aku tak bercerai dengan Dania,”
“Apakah Ayah kamu benar-benar ingin kamu mempertahankan rumah tangga atau ada maksud lain?” kata Nila yang kini memalingkan tubuhnya.
“Maksud lain?” Jawab Alvin kebingungan.
Alvin masih tak pernah mengerti apa yang dilakukan Nila sehingga dia bisa mengatakan seperti itu, “Apa lagi yang ingin Ayah lakukan?” katanya dalam hati.
“Ayah kamu menyimpan rahasia yang membuatmu harus bersama Dania, apa.kamu tahu?” jawab Nila yang menghapus air matanya.
“Kamu bohong kan? Ini karanganmu saja kan?” tanya Alvin yang geleng-geleng kepala.
“Ayah kamu itu lebih licik dari apa yang kamu kira!” jawab Nila.
Alvin terdiam cukup lama, dia semakin tak mengerti dengan jalan pikiran Ayahnya, bahkan saat ini lelaki itu mulai merasakan bahwa sebenarnya dia bukanlah anak kandungnya.
“Aku sudah punya rencana agar kita bisa bersama,” lanjut Nila yang melihat dua bola mata Alvin.
“Rencana? Semua rencana kita untuk bersama.selalu gagal, mau gimana lagi?” kata Alvin yang mulai frustasi.
Nila memang tak menampik kenyataan tersebut, dia teringat berbagai langkahnya selalu berhasil dipatahkan oleh Pak Dhanu. Lelaki itu memang selalu satu langkah lebih maju sehingga sulit untuk mengalahkannya.
“Asal kamu tahu, bukan hanya Pak Dhanu yang akan menggagalkan rencana kita, melainkan Laksa juga,” kata Alvin yang menyandarkan tubuhnya di kursi.
“Siapa dia?” tanya Nila yang memandang wajah Alvin.
“Dia orang yang bersama Dania, waktu di Lux Cafe,” kata Alvin yang memegang kepalanya.
“Dia juga yang sudah membuat berita di media sosial tentang perselingkuhan kita,” lanjut Alvin.
Nila mengepalkan tangannya, dia kesal karena banyak sekali rintangan agar bisa hidup bahagia dengan Alvin, “Tolong, jangan begini!”
“Aku sudah memilih untuk bersama Dania, lebih baik kamu mencari orang lain,” kata Alvin.
“Jangan ganggu kami, karena aku tak ingin kamu kenapa-napa,” lanjut Alvin yang kemudian pergi.
Nila memegang tangan Alvin, dia kemudian memegang kedua pipinya, “Kamu tatap mata aku, dan katakan kalau kamu mencintai Dania,”
Alvin menatap dua bola mata Nila, dia memang tak menampik kalau sebenarnya perasaannya ke perempuan itu masih tinggi, “maaf, aku mencintai Dania,” Alvin telah memilih dan berharap hidupnya benar-benar bahagia, dia melepaskan kedua tangan Nila dan pergi.
Perempuan itu kembali menangis tersedu, dia terduduk di bawah, hatinya benar-benar hancur. Belum selesai masalah dengan Pak Dhanu, sakitnya Aksa, sekarang dia harus berpisah dengan Alvin, semua yang telah dilakukannya terasa sia-sia.
“Aku harus berbuat sesuatu!” kata Nila dengan tekad yang bulat dan bangkit.