NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Bersemi

Ketika Cinta Bersemi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Di sebuah universitas yang terletak kota, ada dua mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sangat berbeda. Andini, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang sangat fokus pada studinya, selalu menjadi tipe orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku tentang perilaku manusia, dan merencanakan masa depannya yang penuh dengan ambisi.

Sementara itu, Raka adalah mahasiswa jurusan bisnis. raka terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tidak mudah bergaul, selalu membuat orang di sekitarnya merasa segan.

Kisah mereka dimulai di sebuah acara kampus yang diadakan setiap tahun, sebuah pesta malam untuk menyambut semester baru. Andini, yang awalnya hanya ingin duduk di sudut dan menikmati minuman, tanpa sengaja bertemu dengan Raka.

Yuk guys.. baca kisah tentang perjalanan cinta Andini dan Raka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 LIBURAN MUSIM PANAS.

Setelah beberapa minggu sibuk dengan kuliah dan tugas-tugas yang menumpuk, Andini akhirnya mendapatkan waktu luang untuk pulang ke rumah orang tuanya di kota kecil yang terletak beberapa jam perjalanan dari kampus. Keputusan ini terasa seperti angin segar bagi Andini. Dia sudah sangat merindukan rumah, suasana tenang, dan kehangatan keluarganya. Selain itu, dia juga merasa butuh istirahat sejenak dari rutinitas kampus yang padat.

" Raka, besok aku akan pulang kerumah untuk beberapa hari " ucap Andini dengan antusias

" Kamu yakin, lalu dengan pekerjaan kamu? " Tanya Raka

" Aku sudah mengambil cuti untuk satu minggu, dan perusahaan memberikan ijin "

Raka menyelipkan anak rambut di telinga Andini " Baiklah kalo begitu, kamu juga pasti sudah rindu dengan kedua orang tua kamu "

Andini tersenyum kecil " Iya " Jawab Andini.

" Besok berangkat jam berapa? biar aku antar ke stasiun kereta "

" Sekitar jam tujuh pagi. apa tidak merepotkan kamu? "

Raka tersenyum hangat " Untuk kamu, mana mungkin repot "

Wajah Andini langsung memerah mendengar ucapan Raka yang sedikit gombal itu.

PAGI HARI.

Pagi itu, Andini bangun lebih awal dari biasanya. Dia mempersiapkan segala sesuatunya dengan cepat, menyiapkan koper kecil, mengemas beberapa pakaian, dan menyiapkan beberapa camilan untuk perjalanan panjang. Setelah memastikan semuanya siap, Andini berpamitan kepada kedua sahabatnya.

" Andini, kamu pergi bersama siapa? " Tanya nana dengan nada menggoda.

" Ah.. sudah pasti dengan Raka dong " Sofi menyenggol lengan Andini

" Apaan sih kalian " Wajah Andini memerah mendapatkan godaan dari kedua sahabatnya.

" Aheum.. kita do'akan deh, agar kalian selalu langgeng. ya walaupun kalian belum traktir kami makan malam " Ledek nana.

" Pokonya sepulang kamu dari rumah kedua orang tua kamu, kamu harus traktir kami. masa ia, ada yang baru jadian tapi gak ada acara makan makan " Sindir sofi dengan nada menggoda.

Andini menggelengkan kepalanya pelan " Jika aku sudah gajian, aku janji akan mengajak kalian makan makan.. sudah ya, aku pergi dulu " Pamit Andini.

" Siap nona Andini. Hati-hati di jalan ya " Seru nana dan sofi.

Di depan asrama, sudah ada raka yang sedang bersandar di mobil. Raka langsung membantu membawakan koper milik Andini.

" Apa hanya ini? "

" Iya, hanya ini " Jawab Andini.

Andini masuk kedalam mobil, dan duduk di samping Raka yang sedang menyetir.

" Setelah sampai, kamu harus menghubungi aku "

" Iya "

" Jangan nakal "

" Iya "

" Kamu pasti akan sangat merindukan aku " goda Raka

" Iya " Jawab Andini " Ah.. iya, apa? "

Raka tertawa sambil menaikan kedua bahunya.

Andini memandikan bibirnya karena tidak dapat mencerna ucapan Raka.

Sesampainya di kota kecil tempat orang tuanya tinggal, Andini merasa udara segar yang khas langsung menyambutnya. Tidak ada hiruk-pikuk seperti di kota besar, hanya suara burung berkicau dan angin yang berhembus pelan. Begitu turun dari kereta, Andini memanggil taksi yang membawanya ke rumah orang tuanya.

Rumah orang tuanya, sebuah rumah sederhana berwarna putih dengan taman yang penuh dengan tanaman hijau, sudah terlihat dari kejauhan. Andini tersenyum melihatnya.

Saat tiba di rumah, Andini langsung disambut dengan pelukan hangat dari ibunya, meskipun dia bisa merasakan ada ketegangan di udara. Ibu Andini tersenyum, tetapi senyum itu tidak sepenuhnya menghangatkan hati Andini seperti biasanya. Ayahnya, yang biasanya selalu menyambut dengan senyuman, tampak sedikit lebih serius.

Mereka duduk di ruang tamu seperti biasa, dengan secangkir teh hangat di meja. Namun, suasana terasa sedikit canggung.

Andini bisa melihat raut wajah mereka yang lebih serius dari biasanya. Ayahnya, yang biasanya lebih santai, duduk dengan sikap tegap di kursi, sementara ibunya berdiri di dekat meja, wajahnya tampak cemas namun juga tegas.

“Andini, ada hal yang perlu kita bicarakan,” kata ayah Andini, suaranya lebih berat dari biasanya. tanpa melihat jika Andini terlihat kelelahan setelah perjalan yang cukup jauh.

Andini mengerutkan kening, merasa cemas. “Apa, Ayah?”

Ibunya menghela napas panjang, seakan mencari kata-kata yang tepat. “Andini, kamu tahu kan bahwa selama ini kami mendukung keputusanmu untuk kuliah. Tapi ada hal yang perlu kamu pahami…”

Andini merasakan ada yang aneh dengan cara ibunya memulai pembicaraan itu. Dia menggigit bibir bawah, menunggu dengan hati-hati.

“Kamu tahu kan, kalau Kakak tiri kamu, tahira, punya kesempatan kuliah yang lebih besar? Dan sebenarnya, kami sudah membuat keputusan besar tentang itu,” lanjut ibunya, kali ini dengan nada lebih tegas.

Andini mulai merasa ada sesuatu yang sangat salah. “Maksudnya apa, Bu? Aku nggak paham.”

Ayah Andini menatapnya dengan ekspresi yang cukup keras. “Andini, kami memutuskan bahwa kamu harus berhenti kuliah. Kakak tiri kamu, Tahira, yang seharusnya melanjutkan pendidikan. Kami sudah memutuskan itu.”

Kata-kata itu membuat Andini seperti disambar petir. Dia terkejut, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Semua yang telah dia perjuangkan, semua yang telah dia jalani, seakan runtuh seketika.

“Kenapa, Ayah? Kenapa aku harus berhenti kuliah?” suara Andini terdengar gemetar. “Aku sudah berusaha keras untuk bisa kuliah, dan aku ingin melanjutkannya. Aku ingin punya masa depan yang lebih baik!”

Ibunya menatapnya dengan wajah penuh kekhawatiran. “Andini, kami bukan tidak mendukungmu. Tapi, ini adalah keputusan yang terbaik. Tahira sudah lama ingin kuliah, dan kesempatan itu datang. Kami tidak bisa membiarkan kesempatan itu terlewat begitu saja.”

“Apa? Aku yang sudah susah payah untuk bisa sampai di titik ini!” Andini mulai merasa marah dan frustrasi. “Kenapa tiba-tiba semuanya berubah? Kenapa aku harus menyerah begitu saja?”

. “Kami tahu kamu bisa memahami keputusan ini, Andini. Tahira lebih membutuhkan kesempatan ini. Lagipula, kamu sudah berhasil masuk dunia kerja di sebuah perusahaan dan gajinya pun cukup besar. Kuliah bukan satu-satunya jalan menuju sukses.”

Andini merasa hatinya terluka. Apa yang mereka katakan begitu sepele, seolah kuliah tidak berarti apa-apa. Selama ini, Andini berjuang dengan penuh harapan untuk mewujudkan cita-citanya. Tetapi kini, dia dipaksa untuk menyerah, seakan tidak ada ruang untuk impiannya.

“Jadi, kalian ingin aku berhenti kuliah begitu saja, demi Tahira? Aku nggak percaya ini, Ayah. Aku sudah berusaha dengan keras untuk sampai di titik ini, dan sekarang kalian hanya mengubah semuanya tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara atau mempertimbangkan pilihanku sendiri!” Andini mulai menangis, tidak bisa menahan rasa sakitnya.

Ibunya mendekat dan meletakkan tangan di bahu Andini. “Anakku, ini bukan keputusan yang mudah buat kami. Tapi kami tahu ini yang terbaik. Tahira butuh lebih banyak dukungan, dan ini saatnya kamu mendukungnya. Kamu harus bisa memahami ini.”

Andini menatap ibunya dengan penuh rasa kecewa. Rasanya seperti seluruh dunia mendukung impian orang lain, sementara impian dirinya dihancurkan begitu saja. “Aku nggak bisa menerima ini, Bu. Ini bukan keputusan yang adil.”

“Ini bukan soal adil atau tidak, Andini. Ini soal keluarga dan masa depan. Kami ingin kamu memahami itu,” kata ayahnya dengan nada yang lebih keras.

Andini terdiam, hatinya terasa begitu berat. Dia merasa seolah seluruh usahanya, seluruh perjuangannya, menjadi sia-sia. Apa yang dia impikan selama ini, menjadi seseorang yang sukses dengan pendidikannya, harus terhenti karena alasan yang tidak dia pilih.

Setelah beberapa saat keheningan yang tegang, Andini akhirnya berdiri dan mengumpulkan kekuatan. “Kalau begitu, aku sangat menyesal telah memutuskan untuk pulang. Aku nggak bisa menerima keputusan ini. Aku harus melanjutkan hidupku, meskipun kalian nggak mendukungku.” Kata Andini dengan tegas.

Ibunya menatapnya dengan kesedihan yang mendalam. “Andini, kami tidak ingin kamu merasa seperti ini. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu.”

“Yang terbaik buat aku adalah menjalani hidupku sendiri, Bu. Dan aku nggak akan menyerah hanya karena keputusan ini. Aku akan terus berjuang, walaupun tanpa dukungan kalian,” jawab Andini, suara tegas meski hatinya hancur.

Andini berjalan keluar dari rumah orang tuanya dengan langkah yang berat. Dia tahu, perjalanannya tidak akan mudah. Tetapi dia juga tahu, meskipun orang tuanya tidak mendukung impiannya, dia masih punya kekuatan untuk mengejar apa yang dia inginkan.

Di luar, langit sudah mulai gelap, dan Andini merasa kosong, seakan dunia mengerling tajam padanya. Namun di dalam dirinya, ada satu hal yang pasti dia tidak akan menyerah. Dia akan menemukan jalannya, meskipun harus melakukannya seorang diri.

Ternyata keputusannya untuk pulang ke rumah adalah keputusan yang salah. berharap bisa mengobati rasa rindu terhadap kedua orang tua yang sekian lama tidak berjumpa, namun ternyata harapan hanya sebuah harapan.

1
Kim Bum
titip sandal ya kak. nanti kalo udah rame balik lagi😁
Marchel: Terimakasih kak, sudah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!