Pernikahan jarak jauh yang semula harmonis berubah seketika saat Alena membaca pesan yang tak sengaja dibaca saat suaminya sedang mandi.
Bunyi pesan penuh kerinduan dari wanita bernama Clara ,membuat pernikahan mereka retak seketika saat Bagaskara mengakui bahwa Ia telah menikah dan punya anak laki-laki diluar kota.
Dan yang lebih menyakitkan lagi untuk Alena adalah pengakuan suaminya yang tidak bisa hidup seorang diri diluar kota sana,padahal Alena bukan tidak mau mengikuti suaminya,tapi ada Ibu mertua yang Alena harus rawat karena sakit.
Sejak saat itu,Alena mati rasa dengan suaminya.Bagaimana akhirnya Alena menjalani pernikahannya?Apakah Ia akan memutuskan untuk bercerai?
Ikutin kisahnya disini ya
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiwit Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alena said yes
Malam yang belum terlalu larut Dini mengajak keduanya untuk pergi kesebuah bioskop yang tak jauh dari Apartmentnya,Bioskop yang sengaja Dini pesan untuk kedua Atasannya berbicara dengan nyaman dan tenang.
Dini menyewa 1 ruangan hanya untuk mereka berdua,Dini ingin kedua Atasannya bisa saling terbuka dengan perasaannya masing-masing.
"Dini....,ini serius hanya kita bertiga yang nonton?kita pergi aja yuk Din,lain kali aja kita nontonnya",keluh Alena saat tau tidak ada penonton lain yang datang kecuali mereka.
"Udah Bu nggak apa-apa,Ibu tunggu dulu ya disini sama Pak Bara,saya mau ketoilet bentar",pamit Dini yang sebenarnya Ia akan kembali keApartment dan membiarkan Alena hanya dengan Pak Bara berbicara.
Saat Dini keluar,Ia mengirimkan pesan kepada Pak Bara tentang rencananya."Pak..,saya sudah bantu siapkan semuanya,sekarang giliran Bapak yang berjuang,semangat.....!!!!".
Bara tersenyum tipis saat membaca pesan dari Dini,Ia merasa senang ternyata Dini bisa diandalkan.
Saat film mulai berputar,Bara terus menatap Alena yang seperti kedinginan,Ia melepaskan jaket kulitnya dan memakaikannya pada Alena.
Alena menatap sekilas Bara yang tersenyum tipis menatapnya."Terimakasih ya Pak,sepertinya kita sedang dikerjain oleh Dini Pak,Dia membiarkan kita berdua untuk berbicara dengan nyaman",ucap Alena yang bisa menebak setelah tau bahwa Dini tak kembali keruangan itu.
Bara ingin menggenggam tangan Alena tapi Ia juga tidak ingin membuat Alena kurang nyaman nantinya.
30 menit berlangsung,mereka mencoba menikmati film yang diputar,walaupun Bara terus memikirkan bagaimana Ia harus memulai pembicaraan seriusnya agar semuanya segera jelas.
Dengan kesempatan yang ada Bara memberanikan diri untuk memperjelas semuanya.
"Alena...,Dini sudah menyiapkan semua ini untuk kita,pasti dia ingin kita nyaman berbicara,jadi bagaimana kamu memutuskan tentang ucapan aku dan cincin ini,apa kamu mau menerimanya?aku tau aku tak bisa merangkai kata romantis untuk kamu,tapi aku pastikan aku akan memperlakukan kamu dengan baik setiap harinya".
Alena menatap Bara dan terlihat jelas ketulusan diwajahnya,dengan segala pertimbangan yang sudah Alena pikirkan,akhirnya Ia memberikan jawaban pasti dan juga perasaan yang Ia rasakan.
Alena dengan keyakinan hatinya mengangguk dan meminta Bara untuk menyematkan cincin dijari tangannya.
"Mas Bara....,aku menerima Cincin yang Mas berikan sebagai tanda bahwa aku menerima komitmen yang Mas ucapkan,semoga cinta yang hadir diantara kita bisa terus tumbuh dan membawa kebaikan kedepannya,namun sepertinya kita harus menyembunyikan ini dari para karyawan diPerusahaan,karena aku tidak ingin mereka memperlakukan aku berbeda hanya karena kita memiliki hubungan,boleh kan Mas...".
Bara tak bisa menggambarkan perasaan hatinya,Ia benar-benar bahagia apalagi sebutan Mas keluar dari Bibir manis Alena yang membuat hasrat Bara bergelora.
Namun Bara meyakinkan dirinya untuk tidak menyentuh Alena sampai nanti mereka sah dihadapan Agama dan Negara.
Sebagai bentuk ucapan terimakasih dan rasa cintanya,Bara mengusap lembut bagian kepala Alena yang mengenakan hijab.
"Terimakasih ya Alena....,aku janji akan memperlakukan kamu dengan baik serta mempersiapkan semuanya untuk masa depan kita,terutama aku akan mulai membicarakan tentang kita kepada kedua orang tuaku,tentang menyembunyikan hubungan kita,aku mengikuti bagaimana nyamannya kamu Alena".
Mereka saling menatap dengan tersenyum lebar.
Sisa film yang masih berputar,mereka memilih keluar dan berjalan-jalan disekitaran bioskop menuju Apartment.
"Mas Bara mau menginap dimana malam ini?Apa mau dihotel deket-deker sini?Alena bisa antarkan Mas dulu kalau gitu",tanya Alena saat mereka tidak ada obrolan selama berjalan berdampingan tak tentu arah.
"Iya aku mau menginap dihotel,tapi gampang itu,Kamu dulu aja pulang ke Apartment baru nanti aku kehotel",jawab Bara yang justru merasa canggung saat Alena terus memanggil dengan sebutan Mas.
Karena malam yang semakin larut,akhirnya Bara mengantarkan Alena sampai ke Apartment.
"Hati-hati dijalan ya Mas....,kabari jika sudah sampai hotel",pesan Alena sebelum Ia masuk kedalam Apartmentnya.
Bara yang masih ingin bersama merasa kehilangan saat Alena membuka pintu Apartmentnya,dengan tangannya yang kekar,Bara mengusap lembut kepala Alena cukup lama.
"Selamat istirahat Alena...,mimpi indah ya",pamit Bara saat kemudian Alena benar-benar hilang dari pandangan matanya.
Bara berjalan dengan lesu kekamar hotelnya.Sedangkan Alena yang baru masuk kedalam Apartmentnya mendapat teriakan kebahagiaan dari Dini saat melihat Alena telah memakai cincin yang Bara berikan.
"Aaaaaarrrrghhhhh...,akhirnya usahaku nggak sia-sia,selamat Ibu.....,sebentar lagi Ibu akan jadi Nyonya",teriak Dini sambil memeluk Alena dengan erat.
Namun wajah Dini berubah sendu membuat Alena bertanya-tanya."Kenapa Din?kok jadi sedih gitu?".
"Huaaa...hiks hiks hiks,Kalau Ibu sama Pak Bara menikah,Ibu akan lupa sama aku dong?Ibu akan berhenti bekerja dong...,Dini nggak mau Bu,nanti Dini tanya siapa kalau Dini nggak bisa,kalau Dini nanti sakit nggak ada yang bisa bantuin Dini kerja dong...,Huaaa...".
Alena menenangkan Dini yang menangis dengan kencang."Dini....,aku nggak akan secepat itu menikah sama Mas Bara,kita akan meminta restu keluarganya dulu,masih banyak rintangan yang akan aku dan Mas Bara hadapi,jadi selama itu berjalan,kamu bisa mempelajari apa yang kamu belum bisa,lagian kita juga akan merahasiakan hubungan ini kepada semuanya agar aku bisa tetap kerja dengan nyaman dan profesional".
Dini memeluk Alena untuk memberinya semangat."Ibu....,Ibu pasti bisa menghadapi semuanya,ini hadiah dari Ibu yang selama menjadi istri Bagas selalu disakiti dan diperlakukan tidak adil,jadi Ibu harus bahagia dengan Pak Bara,Ibu harus yakin bahwa Pak Bara mencintai Ibu dengan tulus dan akan memperlakukan Ibu dengan baik".
Mereka saling berpelukan untuk saling menguatkan."Terimakasih ya Din,ini juga berkat bantuan kamu yang selalu menyemangatiku dan membuatku percaya diri lagi,Aku nggak tau jika aku harus melewati kesedihanku kemarin seorang diri,pasti aku saat ini masih terpuruk dan larut dalam kesakitan perbuatan Bagas yang jahat".
"Bukan aku sepenuhnya Bu,tapi Pak Bara,Pak Bara yang membuat Ibu kembali tersenyum,beliau yang berhasil membuat Ibu merasa aman dan nyaman",ucap Dini mengakhiri obrolan mereka dimalam yang semakin larut.
Alena yang bersiap untuk tidur setelah membersihkan diri,menatap cincin yang tersemat dijari manisnya.
"Ya Tuhan....,semoga apa yang Engkau gariskan antara Aku dan Bara,bisa membuat kami lebih dekat kepadaMu".gumam Alena didalam hatinya.
Alena membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Bara dengan matanya yang semakin mengantuk.
"Selamat beristirahat Mas Bara,semoga hal-hal baik akan selalu datang kepada kita".
Namun tanpa Alena sadari,bahwa Ia mengirim pesan kegrup Perusahaan yang berisi para petinggi penting Perusahaan termasuk Ayahnya Bara yang ada didalamnya.