NovelToon NovelToon
Yes ! Pak Suami

Yes ! Pak Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal / Bapak rumah tangga
Popularitas:924
Nilai: 5
Nama Author: PenaBucin

Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.

Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.

Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.

Ini bukan cerita tentang orang ketiga.

Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Dekat-Dekat !

Sepanjang perjalanan pulang, tak terhitung berapa kali mereka bertegur sapa dengan orang-orang, ada pula yang memuji Alaska karena menggendong istrinya. Dalam hatinya, Dionna tertawa geli. Andai saja orang-orang itu mengetahui suasana hati Alaska yang sebenarnya. Dionna menjamin, laki-laki itu sangat jengkel dan sesampainya dirumah dia pasti akan diomeli. Dionna sudah menyiapkan siasat untuk kabur , jadi ia akan terbebas.

"Mommy, beli eskrim !"

Dionna melirik seorang anak kecil yang tampak merengek pada Ibunya. Tiba-tiba Dionna jadi ingin eskrim.

"Alaska, aku mau eskrim." Dionna bicara didekat telinga Alaska .

"Aku bukan penjual eskrim."

"Ckk--- maksudku belikan aku eskrim." perintah Dionna tidak mau berbasa-basi.

"Tidak ! Eskrim mengandung gula berlebih, tidak baik untuk kesehatan kamu."

"Alaska ! " Protes Dionna

"Memangnya kamu bawa uang ?" Alaska bertanya sinis, karena setahunya wanita itu tidak membawa apapun saat mengekorinya.

Dionna menggeleng . "Kan ada uang kamu, untuk apa aku bawa uang kalau ada uang suami ." Mendapat balasan polos dari Dionna , Alaska makin dongkol . Sedari tadi pria itu menahan diri untuk tidak mengutuk istrinya.

"Kamu mau eskrim kan ?" tanya Alaska memastikan.

"Aku mau rasa coklat."

"Turun dulu." Dionnapun menurut, ia turun dari punggung Alaska tanpa menyadari apapun.

Setelah kedua kaki Dionna sudah berpijak diatas tanah Alaska tampak meregangkan punggungnya yang pegal.

"Aku mau dua " kata Dionna tak sabaran.

"Kamu punya tangankan ? Beli saja sendiri " Alaska meninggalkan Dionna yang mematung mendengar jawaban pria itu.

"Kya ! Alaska kau benar-benar menyebalkan ! " Teriak Dionna emosi sambil menghentak-hentakkan kakinya, tidak peduli di lihati banyak pejalan kaki.

Baru kali ini rasanya ada kejadian yang sangat menyengsarakan Dionna . Wanita malang itu ingin makan eskrim namun sayang tidak memiliki uang sepeserpun.

Sialan memang .

"Alaska tunggu aku !" Dionna berdecak karena Alaska tak menurunkan kecepatan jalan yang seperti orang dikejar musuh.

"Hah--hah--hah" Dionna menghentikkan langkahnya ketika sampai didepan pagar rumah mereka , mengejar Alaska sudah sama seperti mengejar anjing.

Kedua kakinya terasa berat untuk melangkah masuk kehalaman rumah, ingin rasanya Dionna menggelinding saja biar kedua kakinya diistirahatkan sebentar saja.

Mentari sudah sepenuhnya tenggelam dan hari sudah mulai gelap, namun keringat Dionna masih menetes. Wanita itu kini sedang duduk didepan rumah Alaska menikmati pemandangan menjelang malam sambil kedua kakinya dibiarkan lurus kedepan.

Hampir setengah jam Dionna duduk dengan posisi seperti itu hingga tubuhnya terasa semakin lelah dan berat-- semuanya remuk. Sudah waktunya untuk masuk, Dionna harus segera masuk kedalam untuk mandi atau mungkin Dionna perlu tidur sebentar sekitar lima menit. Ya, Dionna harus segera mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

"Kamu belum mandi ?" Dionna melirik Alaska yang tiba-tiba muncul , pria itu terlihat segar dan bugar setelah mandi.

Dionna tidak menghiraukan pria itu, dia hanya membuang muka dengan ekspresi tidak senang.

"Kam-- bau apa ini ?" Belum sempat mengoceh lagi, Alaska bertingkah seperti mengendus-endus sesuatu . Lelaki itu mendekati Dionna yang hampir sekarat menahan napas karena Alaska tiba-tiba terlalu dekat dengannya seketika pria itu langsung menjauh dan membuat jarak.

"Kamu bau, cepat mandi !" Ucap Alaska seolah-olah Dionna baru saja melakukan kesalahan yang besar, seperti menginjak kotoran kucing.

Meski sudah terlalu lelah, tapi otak Dionna belum tumpul untuk mengartikan ucapan lelaki itu.

Dionnapun tersinggung dengan mulut pedasnya Alaska , iapun beringsut lalu membalas " Aku bau, memangnya karena ulah siapa ?"

"Jangan mendekat ! Aku sudah mandi ! " Seru Alaska memberi peringatan. Sayangnya seruan itu tidak berpengaruh pada Dionna.

" Dionna ! menjauh dariku , tubuh kamu itu bau. Jorok ! Sana mandi." Usir Alaska seperti mengusir anak ayam.

"Kedua kakiku pegal, tidak sanggup lagi untuk berjalan. Gendong aku ." Rengek Dionna membuat Alaska bergidik sambil menutup hidungnya.

Apakah badannya bau sekali ?

"Dionna ! Menjauh dariku !" Tekan Alaska sekali lagi, bola matanya memancar penuh antisipasi " Kamu itu bau ! menjauh dariku ! Lelaki mana yang mau dengan perempuan jorok dan bau seperti kamu !"

"Ada--- kamu." Sahut Dionna mengejek. Alaska terdiam. Ucapannya telah menjadi boomerang baginya .

Alaska terlalu fokus pada Dionna hingga dirinya tak menggunakan otak kanannya dengan baik. Dia merasa kecolongan. Tak ingin berdebat lebih lanjut, lelaki itu segera kabur masuk kedalam.

••••

Sekitar jam delapan malam, Dionna turun dari kamar menuju dapur dengan handuk masih melingkar dikepalanya. Wanita itu telat mandi karena terus saja mengeluhkan kamar mandi yang ukurannya minimalis dan pengap ditambah bathub yang berukuran kecil menyulitkannya untuk berendam.

Berbekal foto dari google , kini wanita itu sedang membuka pintu kulkas hendak mencari jenis sayur bernama timun. Oh-- Dionna pusing mencari sayuran bernama timun itu karena biasanya timun yang Dionna cari sudah diiris tipis oleh Bibi Daysi , kepala pelayan dirumahnya, siap ditempelkan diwajah. Kini Dionna kelimpungan sendiri karena tidak pernah mengetahui bentukan timun seperti apa meski sudah beberapa kali ia lihat gambarnya di internet.

"Alaska , yang namanya timun didalam kulkas yang mana ? " Menyerah, akhirnya Dionna menemui Alaska yang terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

"Kamu tidak tahu timun yang mana ?" Dionna mengangguk polos meskipun tatapan Alaska masih pada laptop kesayangannya.

Tidak merasa keberatan, Alaska meletakkan benda persegi yang semula ada diatas pahanya lalu beringsut dari atas sofa kemudian berjalan menuju dapur. Pria itu membuka pintu kulkas lalu mencari sayuran yang Dionna maksud.

"Ini yang namanya timun" Alaska memperlihatkan timun didepan wajah Dionna. "Mau kamu apakan ini ? "

"Ditempel diwajah"

"Kamu tahu cara memotongnya ?" tanya Alaska

Dionna menggeleng karena memang tidak tahu

"Seingatku, Bibi Daysi biasanya memotong timun dengan potongan bulat, tipis."

"Menyingkir dari sana, biar aku yang memotong timun ini. " Alaska tidak yakin wanita dihadapannya yang selalu melakukan perawatan tangan dan kukunya itu bisa memegang apalagi menggunakan pisau.

Alaska sudah berencana untuk mendaftarkan wanita itu untuk ikut kursus memasak. Dengan ketelatenannya, Alaska mengambil alih menggantikan Bibi Daysi untuk memotong timun sesuai perkataan Dionna.

"Lihat baik-baik, aku hanya akan mengajarimu sekali cara memotong timun untuk wajahmu." Dionna mundur, membiarkan Alaska memotong timun-timun menjadi irisan tipis-tipis, mengambil kesempatan supaya dirinya tidak bersusah-susah untuk bekerja

"Hati-hati dengan ujung jarimu saat hendak memotong timun." Alaska menekan jarinya kedalam agar tidak mencuat keluar mengenai mata pisau ketika mulai memotong timun.

"Wah, potongannya persis seperti timun yang biasa Bibi Daysi sajikan." Dionna mengambil sepotong timun lalu memakannya. Alaska menghela napas melihat kelakuan Dionna yang tersenyum kikuk dengan raut yang polos.

Sebenarnya Alaska enggan melakukan pekerjaan memotong timun untuk Dionna, namun mengingat dan memikirkan segala konsekuensi yang akan terjadi, Alaskapun mengalah dan mengambil alih membiarkan dirinya sekali ini memotong timun untuk Dionna.

••••

Dilain sisi, dalam lingkup keluarga Krisan . Areksa Krisan terduduk diatas sofa , disisi kirinya ada sang nenek, Belinda. Sedang sisi kanan ada sang Kakek , Oscar. Lalu didepannya ada kedua orangtuanya, Elma dan Aslan yang dalam posisi berdiri sambil bersidekap menuntut penjelasan. Areksa ketahuan ketika hendak menaiki pesawat. Pria itu seperti teroris yang tiba-tiba diserbu keamanan bandara saat ia menyodorkan tiket. Betapa hebatnya kelakuan kedua orangtuanya .

Teryata tanpa sepengetahuan Areksa maupun Alaska tiket yang diberikan kedua orangtuanya bukanlah tiket penerbangan biasa. Tiket itu mempunyai keistimewaan yaitu adanya hologram khusus yang dibuat dengan tujuan khusus. Dimana pihak bandara akan secara otomatis memberikan informasi berupa identitas penumpang termasuk beberapa potret penumpang pemilik tiket tersebut. Seperti seorang penguntit yang diam-diam menyelidiki segala aktivitas orang tersebut.

"Ini Ma." Areksa menyodorkan sebuah foto yang ia peroleh dari orang suruhannya. Areksa selalu berjaga-jaga, jika ia dipertemukan dengan jalan buntu seperti ini, Areksa sudah mempersiapkan alat untuk menggali jalan lain dari lain arah.

Buktinya sekarang , Areksa menyerahkan beberapa foto mesra yang dimana Dionna tengah digendong Alaska disekitar taman.

"Maafkan Reksa Ma , Areksa disuap Alaska ." Aku Areksa dengan kepala menunduk, menyesal karena sebentar lagi pasti mobil pemberian Alaska akan disita Mamanya.

"Apa alasannya Alaska tidak mau honeymon ?" Tanya Elma namun kedua matanya sibuk meneliti foto yang baru diberikan Areksa

"Entahlah." Elma menatap Areksa penuh selidik, menerka apa putra bungsunya tengah menyembunyikan sesuatu atau benar-benar tidak tahu.

"Aku serius Ma. Tidak bohong."

"Kalau begitu kau tahu apa yang direncanakan  kakakmu ?" Areksa menggeleng lagi.

"Yasudah, berikan kunci mobilnya." Tangan Elma terbuka menanti apa yang ia inginkan.

"Maa" rengek Areksa tak rela. "Aku baru saja menerimanya dari Alaska."

"Tidak ada alasan !"

"Maaa , please..."

"Tidak Areksa !"

1
Mamimi Samejima
Jangan biarkan kami terlalu lama menunggu next chapter 🥺
Sindi S Mahulauw'Riry
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!