Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bandit
Setelah beberapa waktu, salah satu Prajurit Bayangan memberi sinyal bahwa ia telah menemukan lokasi beberapa bandit. Tanpa ragu, aku segera menuju lokasi yang dia tunjukkan.
Di tengah hutan yang sunyi, terlihat lima orang bandit sedang berkemah. Mereka terlihat santai, tapi aku bisa menebak bahwa mereka menyembunyikan sesuatu yang berharga di dalam tenda mereka. Setelah mengamati sejenak, aku memastikan bahwa tak ada bandit lain selain mereka berlima. Meski begitu, aku tetap waspada—kecerobohan kecil bisa berakibat fatal.
Aku melangkah keluar dari tempat persembunyian dan mendekati mereka.
“Halo, para bandit!” sapaku dengan suara tenang.
Kelima bandit itu segera bangkit dan mengambil pedang mereka, memasang sikap waspada. Salah satu dari mereka, yang tampaknya pemimpin, melangkah maju.
“Siapa kau? Berani-beraninya memasuki wilayah kami!” suaranya menggema di antara pepohonan.
“Bocah ini cari mati!” teriak bandit lain yang langsung maju menyerangku tanpa pikir panjang.
Dia mengayunkan pedangnya ke arah wajahku. Namun, sebelum pedang itu mendekat, tubuhnya sudah terbelah menjadi dua, bahkan Inti Jiwanya pecah seketika. Aku berdiri terpaku, tidak menyangka Prajurit Bayangan mampu menyerang secepat itu. Kekuatan seperti ini benar-benar menarik.
“Cobalah gunakan teknik belati yang pernah kuajarkan,” bisik suara familiar di pikiranku.
Aku tersenyum tipis. “Benar juga. Baiklah, aku akan mencobanya sekarang. Tsunami, Pembelah Api!”
Aku mengayunkan belatiku, menciptakan gelombang tebasan tajam yang melesat ke arah para bandit. Tebasan itu menghantam mereka, memaksa mereka bertahan dengan Qi yang mereka kumpulkan. Ledakan besar terdengar, menggema di seluruh hutan. Meski terluka, sayangnya mereka tidak mati. Dalam sekejap, sisa bandit itu memutuskan untuk melarikan diri.
“Bandit memang ahli dalam kabur,” gumamku sambil tersenyum sinis. “Tapi kali ini, kalian bertemu orang yang salah.”
Aku memberi perintah tegas. “Prajurit Bayangan, jangan biarkan satupun dari mereka lolos!”
Saat Prajurit Bayangan mengejar mereka, aku masuk ke dalam tenda. Seperti dugaanku, di sana ada tumpukan uang yang cukup banyak.
“Mau kau apakan uang itu?” tanya suara dalam pikiranku lagi.
“Jelas kusimpan untuk diriku sendiri. Untuk apa lagi?” jawabku sambil tertawa kecil.
“Kebiasaan serakahmu masih belum hilang rupanya,” suara itu mengejek, membuatku tersenyum tipis.
“Sayangnya aku belum bisa membunuh orang secara langsung. Padahal aku ingin mencobanya...” gumamku pelan.
Tak lama kemudian, Prajurit Bayangan kembali. Dia membawa tiga mayat bandit dan satu bandit yang masih hidup, tapi terluka parah. Dengan gerakan santai, dia melempar mayat-mayat itu ke tanah, lalu menyeret bandit yang masih hidup ke hadapanku, seolah memberiku kesempatan untuk mewujudkan keinginanku.
“Kau benar-benar tahu caranya membuatku senang,” kataku sambil tersenyum lebar. Tanpa ragu, aku menikam bandit itu berkali-kali dengan belatiku hingga aku merasa puas.
---
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamarku. Langkah pertama, aku menggunakan darah dari keempat mayat bandit itu untuk meningkatkan kekuatan belatiku.
“Belati Darah Iblis (40%),” ucapku sambil menatap belati yang kini berkilau dengan aura gelap.
“Luar biasa. Sudah bisa mencapai 40% kekuatannya,” gumamku kagum.
Setelah itu, aku mengambil Inti Jiwa mereka. Dengan hati-hati, aku menyerap energi kultivasi dari keempat Inti Jiwa tersebut. Prosesnya memakan waktu beberapa jam, tapi akhirnya aku berhasil.
“Ranah Pendekar Perak (4),” ucapku puas. “Lumayan. Kalau saja Inti Jiwa bandit kelima tidak hancur, hasilnya pasti lebih besar.”
“Tidak apa-apa. Setidaknya sekarang kau bisa memanggil tiga Prajurit Bayangan sekaligus,” balas suara dalam pikiranku.
Aku tersenyum tipis. “Kalau begitu, kita cari kesempatan lain nanti.”
“Tapi kau harus lebih cepat meningkatkan kekuatanmu. Aku sudah tidak sabar untuk dipanggil. Kau pasti akan terkejut saat melihat wajahku yang menawan ini.”
Aku tertawa kecil. “Benarkah? Kau yakin aku akan terkejut?”
“Kalau kau tidak percaya, mari kita bertaruh. Kalau kau terkejut saat melihat wajahku, kau harus menikahiku. Kalau tidak, aku akan kembali ke White Room.”
“Baiklah. Taruhan diterima.”
Aku menyembunyikan senyum di balik wajah tenangku. Dalam hati, aku sudah merencanakan segalanya. Saat waktunya tiba, aku hanya perlu berpura-pura terkejut. Dengan begitu, aku bisa menikahinya. Hahaha... Betapa cerdiknya aku!
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi