"Putuskan anak saya sekarang juga! Saya sudah menyiapkan sosok laki-laki yang lebih pantas buat dia daripada kamu yang hanya seorang montir."
"Maaf Pak, tapi anak anda cintanya cuma saya."
Satya Biantara, seorang pria yang hanya bekerja sebagai montir tiba-tiba malah di buat jatuh cinta oleh seorang gadis dari keluarga kaya, dia lah Adhara Nayanika.
"Mas Bian, kita kawin lari aja yuk!"
"Nggak ah capek, enak sambil tiduran."
"Mas Biaaaaannn!!"
Follow IG : Atha_Jenn22
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Jenn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Hari ini adalah hari dimana pertunangan Dhara dan Arsen akan di lakukan. Dhara sedang di rias di kamarnya, tak ada wajah ramah maupun senyum yang terukir di wajah Dhara. Wanita itu benar-benar tidak merasakan euforia bahagia.
Tiba-tiba Arsen masuk ke dalam kamar Dhara, pria itu menatap Dhara lama dari pantulan kaca. Sedangkan Dhara sendiri menatap Arsen dengan tatapan benci, Arsen berjalan mendekat, pria itu duduk di ranjang Dhara.
"Mbak, bisa keluar sebentar? Saya mau bicara sama kekasih saya ini," pinta Arsen pada MUA yang sedang merias Dhara.
"Oh baik Mas," beberapa orang itu pun keluar dari kamar Dhara.
"Mau bicara apa kamu?" tanya Dhara ketus.
Arsen diam, di pandanginya wajah Dhara yang semakin tampak ayu itu dengan polesan make up flawless nya, Arsen tersenyum tipis melihat calon tunangannya itu.
"Ra, kamu serius sebenarnya nggak menginginkan perjodohan ini? Apa alasan kuat kamu sampai akhirnya menyetujui ini semua?" tanya Arsen.
"Karena Mas Bian, aku tidak ingin Papa melukai orang yang aku cintai, aku ingin dia tetap baik-baik saja meskipun aku di sini yang merasakan sakitnya."
"Apa kamu pikir dia juga tidak merasakan sakitnya, kenapa kalian bodoh sekali, harusnya kalian saling berjuang bersama, bukan malah berpisah seperti ini."
Dhara mengernyitkan keningnya, dia bingung dengan maksud perkataan Arsen, bukankah Arsen juga senang akhirnya Dhara bisa jatuh di pelukannya.
"Bukankah ini yang kamu mau juga kan? Kenapa kamu malah seolah-olah malah mendukung aku bersama Mas Bian?"
"Mungkin kemarin aku sangat menginginkanmu tapi tidak untuk sekarang, aku masih punya perasaaan saat seorang Ibu memohon dengan sangat untuk melepas putrinya dari ikatan yang akan membuatnya sakit seumur hidupnya."
"Kamu tenang aja, aku yang akan bertanggung jawab menjelaskan sama Papa kamu, kamu cukup diam aja," ucap Arsen, pria itu kini berubah di mata Dhara, padahal kemarin dia masih terlihat sombong dan menyebalkan.
"jangan terkejut gitu, andai aku tahu kamu lebih suka dengan pria yang lembut seperti Bian, maka aku kan berusaha menjadi seperti yang kamu suka, tapi jika aku melakukan itu sekarang rasanya semua sudah terlambat, aku tetap nggak akan bisa memiliki hati kamu."
Dhara masih terdiam mencerna apa yang di lakukan Arsen saat ini.
Tiba-tiba Mama Risa masuk ke kamar anaknya, Arsen yang melihat wanita paruh baya itu langsung tersenyum.
"Kalau begitu aku keluar dulu, jangan lama-lama aku tunggu di depan." Arsen pergi keluar terlebih dahulu, memberikan waktu berbicara antara anak dan Ibu itu.
Mama Risa menarik kursi dan duduk di depan sang anak.
"Apapun yang terjadi kamu harus tetap di samping Mama ya," ucap Mama Risa, wanita itu menatap lekat putri kesayangannya itu.
"Ma, sebenarnya apa yang Mama korbanin biar aku nggak jadi sama Arsen Ma, please Ma...aku nggak apa-apa, aku nggak mau kalau Mama sama Papa jadi ribut nantinya," ucap Dhara, dia tidak ingin demi kebahagiaannya, kebahagiaan orang lain harus terabaikan.
"Kamu tenang aja, ini juga biar jadi pembelajaran buat Papa kamu biar tidak selalu mementingkan urusannya tapi mengabaikan sumber kebahagiaan anaknya sendiri, dah sekarang ayo keluar sayang, kita lihat apa yang akn terjadi."
Mama Risa pun menggandeng tangan Dhara, mereka berjalan ke halaman rumah mereka yang sudah di ubah menjadi indah dan begitu cantik.
Di sudut tempat itu nampak Bian memandang Dhara dengan tatapan sendu, wanita yang di cintainya sebentar lagi akan menjadi pendamping pria lain.
"Kalau nggak kuat pulang aja yuk," ajak Bhumi, sedangkan Aletta yang ada di samping Bian ikut memandang ke arah pria itu, Aletta juga kasihan melihat Bian dalam posisi yang tidak bisa melakukan apa-apa, mengingatkan dirinya waktu Pandhu juga di paksa bertunangan dengan wanita lain.
"Gue masih kuat," ucap Bian, tatapannya terus menatap ke arah Dhara, begitupun Dhara akhirnya ia bisa menemukan keberadaan Bian.
Saat acara hendak di mulai tiba-tiba Arsen mengambil mic yang di pegang sang pembawa acara.
"Ehm, sebelumnya terimakasih bagi para tamu undangan yang sudah bersedia hadir dalam acara ini," ucap Arsen.
Dhanu yang melihat calon menantunya sedang menyapa para tamu undangan itu merasa bangga dan senang. Mereka bakal semakin mereka bakal semakin segan dengan Wiratmaja, apalagi sekarang bisa menjadikan putra dari keluarga Nawasena menjadi calon menantunya.
Sampai akhirnya perkataan Arsen membuat Dhanu terkejut, pria paruh baya itu terdiam mematung.
"Sebelumnya saya minta maaf, saya dengan sadar membatalkan acara pertunangan saya dengan Adhara Nayanika, seorang ibu memohon pada saya, agar saya mau melepaskan putrinya, dia ingin melihat anaknya bahagia dengan orang yang benar-benar ia cintai."
Dhanu menatap sang istri dengan tatapan tak suka. Ternyata istrinya yang biasanya penurut itu bisa berubah menjadi istri pembangkang juga.
Terdengar bisik-bisik dari para tamu undangan membuat Dhanu semakin murka, untuk pertama kalinya dia di permalukan seperti ini di depan umum di acaranya sendiri.
"Sebelumnya maafkan saya Om Dhanu, bukan sikap saya yang kurang ajar, tapi setelah saya pikir-pikir, ada baiknya kalau perjodohan ini di batalkan. Semua ini demi Dhara juga Om."
"Saya tahu apa yang terbaik untuk anak saya, Arsen. Jadi saya mohon tolong jangan kamu batalin acara ini," pinta Dhanu.
"Sekali lagi saya minta maaf, ini sudah yang terbaik menurut saya Om," tolak Arsen
Setelah mengatakan itu Arsen pun berjalan ke arah Dhara, pria itu tersenyum manis, "Semoga kamu bahagia sama Bian ya."
"Makasih," balas Dhara, dia tidak menyangka kalau Arsen bisa semudah itu melepaskannya.
"Nggak mau lari terus peluk dia," bisik Arsen.
Dhara pun melirik ke arah Bian yang terus menatap ke arahnya. Dhara pun tersenyum ke arah Arsen, tanpa menunggu lama Dhara berjalan dengan cepat bahkan cenderung berlari ke arah Bian, melihat Dhara yang menuju ke arahnya Bian langsung berdiri.
Dhara langsung memeluk erat Bian, "Maafin aku, maafin aku Mas Bian."
"DHARAA!!" terdengar teriakn dari Dhanu saat melihat putrinya malah memeluk pria lain, apalagi masih banyak tamu undangan yang berada disana. Dhanu semakin kehilangan mukanya.
Pria paruh baya itu hendak berjalan menuju dimana Dhara dan Bian berada tapi Risa langsung menghalangi suaminya itu.
"Jika Papa mengganggu kebahagiaan anak aku lagi, aku pastikan akan membawa Dhara pergi sejauh mungkin," ucap Risa pada sang suami.
Dhanu tersenyum miring, "Sudah berani kamu mengancam suamimu sendiri? Baiklah, kalau mau pergi silahkan pergi, bawa anak tak berguna itu dengan mu, jangan bawa apapun dari rumah ini."
/Sob//Sob/