Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Kesibukan memang bisa mengalihkan pikiran dari suami yang memiliki sikap dingin. Namun, setiap baru selesai dari shalat, Giska kembali mengingat perubahan suaminya itu. Air mata sebening embun itu selalu menetes, setiap kali mengingat bagiamana sikap Malik padanya. Sikap cuek dan dinginnya. Bahkan, pria itu seolah bukan orang yang pernah ia kenal.
Seperti saat ini, ia masih duduk dengan menghela napas kasar di atas sajadah. Dadanya selalu sesak tiap kali mengingat suami.
Masih jelas teringat oleh Giska, saat ijab qabul terucap. Di pesta mewah yang di gelar di rumah orangtua, di Desa. Penuh suka cita, bahkan Malik pun terlihat begitu manis padanya. Menggenggam erat tangan, tersenyum manis bahkan gula saja kalah dengan senyum manis mas Malik nya waktu itu.
Tapi, kini ... dinginnya es saja kalah dari sikap dingin mas Malik. Alasannya? Entahlah.
Giska lagi-lagi menghela napas beratnya, sudah cukup untuk memikirkan suami yang dingin itu. Lebih baik sekarang ia kembali memeriksa barang-barang yang tengah di siapkan oleh Lisa dan Rere, karena sebentar lagi pesanan akan di ambil.
Giska segera melepas mukena, entahlah padahal bajunya sudah panjang-panjang. Tapi, shalat tidak menggunakan mukena ia masih merasa aneh, mungkin karena belum terbiasa. Perempuan bercadar itu lantas turun. Karena, sekarang sudah saatnya untuk bergantian antara dua karyawan.
Terlihat di sana Lisa dan Rere tengah duduk dengan selonjoran. Dua dus sudah tertutup rapi, Giska lantas mendekat ke arah keduanya. "Sudah, selesai?" tanyanya.
"Alhamdulillah, sudah Bu. Tadi juga, Bu Hajjah sudah telpon, sebentar lagi anaknya yang akan ambil," ucap Lisa menjelaskan.
"Ok! Sekarang silakan siapa yang akan shalat dulu?" tanya Giska mempersilakan.
Lisa dan Rere saling pandang, "kamu saja, aku 'kan lagi libur," ucap Lisa.
"Oh iya, lupa." ujar Rere. Lantas Rere pun beranjak dari sana, menuju lantai atas untuk shalat.
Giska menggeleng kan kepalanya, "ada-ada saja, si Rere," ucapnya.
..._-_-_-_...
Benar saja, seusai makan siang, mereka bertiga kedatangan seorang pria tampan. Dengan pakaian atasan koko dan bawahan menggunakan sarung. Lisa yang melihat itu langsung diam membisu, memperhatikan pria tampan yang tengah berjalan ke arahnya setelah membuka pintu.
"Assalamu'alaikum," ucap pemuda tampan itu.
"Wa-wa'alaikumsallam. Ya Allaah, ada pangeran tampan," jawab Lisa sembari bergumam lirih, namun masih bisa di dengar oleh seseorang itu.
Pemuda itu lantas tersenyum. "Permisi, saya anak dari Ibu Hajjah Endah, mau mengambil pesanan beliau," ucap pemuda itu.
Lisa mengangguk, "iya-iya. Tadi Bu Hajjah sudah bilang. Sebentar ya," Lisa berjalan ke arah dus yang masih tersimpan rapi di samping tangga.
"Bu, Bos. Anak Ibu Hajjah sudah datang," ucap Lisa pada sang Bos.
Giska yang tengah sibuk mencatat semua kemasukan dan pengeluaran mendongak sebentar, "ya sudah, kamu berikan saja, sudah di bayar kok sama Bu Hajjah." Giska lantas kembali serius dengan buku di depannya.
Pemuda tampan itu beralih memperhatikan Giska dan Lisa. Pandangan dia tertuju pada perempuan bercadar hitam yang serius dengan buku di depannya. Bibir pemuda itu tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke seluruh bagian dalam toko. Toko yang lumayan luas, dengan begitu banyak baju yang keseluruhan adalah baju muslim dan muslimah. Lalu, ada seseorang lagi yang terlihat tengah melayani pembeli.
Lisa lantas mendekat ke arah pemuda tampan itu dengan satu dus yang berisi baju pesanan Ibu Hajjah. "Ini, Mas, baju-baju nya. Jika ada yang salah, boleh besok di bawa kembali ke sini." ujar nya.
Pemuda yang mengaku anak dari Bu Hajjah itu mengangguk. "Sebentar ya, Mas. Masih ada satu lagi," ucap Lisa.
"Oh, saya pikir hanya ini saja," kata sang pemuda saat akan mengangkat dus di depannya.
Lisa tersenyum lantas pergi meninggalkan pemuda itu dan mengambilkan dus yang satunya lagi. Setelah mendapati dua dus pesanan sang ibu, pemuda itu pun berlalu dari toko, dengan mengucapkan terimakasih. Lisa memandangi sampai tak terlihat mobil anak dari pelanggannya itu.
..._-_-_-_...
Seharian ini, Giska rasanya lumayan lelah. Apalagi menjelang sore pengunjung di tokonya lumayan banyak. Sampai waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ia belum menutup toko nya. Karena, rasanya masih sayang kalau di tutup, sedangkan pembeli tengah ramai.
Sampai pukul 22:20 WIB, pengunjung toko nya sudah sepi. Tiga perempuan itu kini tengah duduk selonjoran di lantai.
"Alhamdulillah, ya Bu. Hari ini rame banget," ucap Rere senang.
Giska hanya mengangguk.
"Untung aku sudah ketemu orang ganteng, jadi lelahku sedikit hilang." ujar Lisa.
"Hush!" Rere memukul paha Lisa, "calon suamimu mau di kemana kan, kalau setiap ada orang ganteng langsung di embat." sambung Rere.
Giska mengerutkan kening, "laki-laki yang mana?" tanyanya penasaran. Pasalnya ia tak melihat ada laki-laki yang datang ke toko. Jika pun ada pastilah para suami yang dengan senang hati mengantar belanja sang istri.
"Ish, Ibu. Yang tadi itu loh bu, yang aku bilang anaknya Bu Hajjah." kata Lisa menjelaskan.
"Embuh lah, nggak tahu." ujar Giska yang memang tidak mengerti.
"Oh, yang pakai sarung hitam ya, Lis?" tanya Rere saat sekilas saja ia mengingat.
Lisa mengangguk antusias, "iya. Kamu lihat juga?"
"Iya, lihat sekilas. Tapi pas aku lihat kayaknya dia malah lagi memperhatikan bu Bos kita," ucap Rere lagi.
Giska berdiri dari duduknya, ngobrol dengan dua karyawan itu jelas tidak akan selesai-selesai. Apalagi yang di bicarakan adalah orang ganteng, jelas akan panjang urusan. Perempuan itu lalu mengibas bawah ujung bajunya, lantas mendongak, "Mas Malik," ucapnya saat mendapati seseorang tengah berdiri di pintu toko.
Rere dan Lisa lantas melihat ke arah belakang mereka, "eh, Pak Bos." ujar Lisa.
Malik tersenyum, "santai saja. Lanjutkan kalau masih seru." katanya sembari berjalan mendekat ke arah mereka.
Giska mengembuskan napasnya pelan. Inilah yang membuat ia tak habis pikir pada sang suami. Karena sikap dinginnya hanya berlaku saat mereka berdua saja, tidak saat mereka berada di keramaian. Seperti saat ini, ia yakin kalau mas Malik nya itu datang karena ingin menjemput dia yang sampai se-malam ini belum pulang. Tapi, lihatlah nanti saat di rumah. Mas Malik nya pasti akan berubah kembali menjadi manusia es. Dingin.
"Sudah tidak seru, ayo kita pulang. Sudah malam," ajak Giska.
Rere dan Lisa lantas berdiri juga. Karena jika malam seperti ini, kedua karyawati itu pasti akan pulang dengan di antar oleh suami dari Bosnya. Lain lagi jika dulu. Dulu, saat Giska belum menikah, mereka bertiga akan menginap di toko, jika sampai malam toko masih ramai.
Ketiganya duduk dalam diam didalam mobil, apalagi Giska yang begitu merasa lelah. Lelah dan lapar, ia hanya sempat makan siang. Malamnya ia belum makan, begitu juga dua karyawannya. Namun Lisa dan Rere sudah ia beri makan jajanan ringan tadi untuk mengganjal lapar. Sedangkan dia sendiri tak terlalu suka dengan makanan ringan.
Mobil yang di jalankan Malik berhenti di depan kost-an Rere dan Lisa. Keduanya lantas turun setelah mengucap terimakasih. Dan kini, di dalam mobil hanya tersisa sepasang suami-istri saja. Setalah itu pria berstatus suami itu lantas kembali menjalankan kendaraannya kembali menuju rumah mereka.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee