Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
"Gara, gantikan saya meting dengan tuan Brahma! Jika dia bertanya, katakan saja jika saya ada urusan!"
Gara sedikit mendekat, "Tuan ... Ingat! Dia istri orang. Jangan khilaf!" kekeh Gara, setelah itu ngacir keluar.
Adam menghela nafas dalam, lalu segera berjalan masuk ke dalam kamar, untuk membersihkan diri.
Namun sebelum itu, dia berhenti sejenak, "Jika kau ingin makan, masak saja. Semua bahan-bahan ada di kulkas! Aku tidak memiliki pelayan, mungkin lusa aku baru mencarinya."
Adam menatap lurus kearah pintu kamarnya, namun kalimat itu dia tujukan pada Anissa. Apartementnya itu memang jarang sekali di huni, karena Adam juga memiliki rumah pribadi yang sama di Salatiga.
Anissa memicing. Lalu bangkit sambil berjalan mendekat.
"Tidak perlu kau sewa pelayan! Untuk sementara biar aku saja yang mengurus apartement ini!" papar Anissa.
Adam sontak menolahkan wajah kearahnya. Dia perlahan mendekat sambil satu tangan berada disaku celana.
"Tidak perlu! Aku membawamu bukan untuk menjadi pelayan. Disitu kamar kosong, biasa digunakan Gara untuk istrirahat sebentar. Kau bisa membersihkannya, lalu istirahatlah."
Anissa mengikuti arah telunjuk Adam, yang menunjukan satu kamar kosong di sudut ruangan.
"Terimakasih, saya permisi!"
Adam hanya terdiam, lalu melanjutkan aktivitasnya kedalam kamar.
Ceklek!
Anissa mengedarkan pandangan setelah membuka pintu kamar tersebut. Bersih, cukup menarik. Semua benda di dalamnya tertata rapi. Dan benar, mungkin Gara hanya singgah untuk istirahat saja.
Anissa kembali menutup pintu, dan berjalan kearah ranjang dengan seprei bercorak abu, begitupun dengan warna dinding tersebut.
"Ini cukup baik! Hanya perlu di bersihkan sedikit saja," gumam Anissa sambil mengibaskan selimut tadi.
Setelah semua tertata kembali, Anissa masuk kedalam kamar mandi di kamar tersebut.
"Astaga ... Aku bahkan tidak membawa apa-apa," Anissa segera keluar, dan melihat isi dompet yang berada didalam tas selempangnya.
Sreekk!
Kedua mata Anissa membola, saat kartu debitnya juga tertinggal didalam dompet satunya. Dan didalam dompet ini, dia hanya membawa pecahan uang 300 ribu, pikirnya hanya untuk pegangan saja.
Di ambang kebingungannya, mau tidak mau dia harus pulang.
Anissa berjalan menuju kamar Adam, untuk meminta ijin.
Tok! Tok!
Tok! Tok!
Ceklek !!
"Saya harus pulang! Barang dan perlengkapan saya masih di rumah!" gumam Anissa segan.
"Tunggu 10 menit lagi ... Gara akan datang!" jawab Adam dengan wajah datarnya.
Anissa memicing. Apa maksudnya dengan kedatangan pria muda itu.
"Tunggu saja! Oh ya ... Jika kamu bisa masak, tolong buatkan saya nasi goreng. Sejak siang saya belum makan," lanjut Adam penuh harap.
Anissa hanya mengangguk lemah. Setelah itu pintu tertutup kembali.
Blam!
Setelah itu Anissa beralih ke dapur, sambil menunggu kedatangan asisten Adam.
Anisaa mulai membuka lemari pendingin, dan seketika matanya membola saat melihat semua bahan-bahan sudah tersusun dengan rapi di wadah kedap udara.
Selain pekerja keras, Adam juga selalu memperhatikan kondisi dapur agar selalu tetap terawat, meskipun dia jarang menggunakan pelayan.
'Wah rapi juga kulkasnya, hehe ....' batin Anissa terkekeh.
Anissa langsung saja memasak nasi terlebih dahulu, sebelum dia menyiapkan bumbu-bumbu lainnya.
*
*
*
Tiga mobil hitam berhenti di depan rumah kontrak Anissa.
Sebelum datang, Fahmi sudah terlebih dahulu memberi alamat tunjuk kepada tuannya~Prabu.
Wajah pucat itu tidak menghalangi langkahnya, dengan dada penuh dentuman beberapa doa, agar dia dapat bertemu dengan sang istri segera.
Antara bahagia dan cemas, kini bertarung menjadi satu dalam hati Prabu, saat langkah lebarnya menginjak halaman rumah kontrak sang istri.
Tok! Tok!
"Nis ... Kamu di dalam? Ini aku, Mika ...." ucap Mila sambil mengetuk pintu rumah sang sahabat.
Mika kembali menatap suaminya, "Kok kayak kosong ya, Mas?"
"Kalian tunggu disini dulu, biar saya tanya sama rumah depan!" ujar Anjas menatap Prabu dan Gara.
Prabu hanya mengangguk pasrah. Setelah kepergian Anjas dan Mika, Prabu masih saja melekatkan pandanganya kearah pintu kayu tersebut.
"Tuan, lebih baik Anda duduk saja! Badan anda masih terlihat pucat," ujar Fahmi mendekat.
"Aku tidak akan duduk, sampai pintu didepan saya terbuka dari dalam!" jawab Prabu penug ambisi, yang masih menatap lurus ke arah pintu.
Fahmi haya bisa menghela nafas pasrah.
Setelah itu, Anjas dan Mika kembali. Prabu membalikan badan sedikit mengernyit, saat melihat wajah wanita di depannya sedang menunjukan raut kecemasan.
"Bagaimana?" tanya Prabu.
"Kata tetangganya, Anissa sudah pergi sejak pagi. Entah kemana, saya dan istri saya juga tidak tahu ...." kata Anjas.
Prabu memejamkan mata dalam-dalam. Entah kemana lagi istrinya pergi. Dia benar-benar menajdi frustasi.
"Apa kalian berdua tahu, tempat yang selali di kunjungi Nyonya?" sahut Fahmi menatap bergantian orang di depanya.
"Sagara Cafe! Saya sering datang ke sana dengan Anissa. Tapi saya kuranh yakin, jika dia berada disana. Karena saya tahu jika Nissa kesana, pasti tidak lupa mengajakku," jawab Mika.
Fahmi sedikit mendekat kearah Prabu yang sudah duduk disana, karena badanya juga masih terasa lemas.
"Tuan ... Bagaimana ini? Apa kita cari lagi?" bisik Fahmi.
Prabu tidak menjawab. Dia malah mengeluarkan ponselnya, mencoba bangkit untuk menghubungi kembali Anissa.
Mika juga melkukan hal yang sama. Dia mencoba menghubungi Anissa, berharap panggilannya akan tersambung saat ini juga.
Namun, semuanya nihil. Baik Prabu dan juga Mika, panggilan mereka sama-sama tidak ada satupun yang terhubung.
"Dek ... Apa kamu tahu? Selain kamu ... Siapa lagi sahabat Anissa?" tegur Anjas menatap istrinya.
Mika menggeleng lemah. Namun detik kemudian dia baru teringat, jika sang sahabat selalu menceritakan tentang wanita tua, yang saat ini tangah di rawat di rumah sakit Yogyakarta.
Dan mungkin saja Anissa berada disana.
"Mungkin saja Anissa saat ini tengah berada di rumah sakit Yogja, sedang menjenguk bu Laksmi!"
Prabu sedikit mengernyit. Namun ucapan ibu muda didepanya itu masuk akal. Mungkin saja Anissa tengah menunggu ibunya di rumah sakit.
"Fahmi, sekarang kita langsung ke Yogja saja!" ucap Prabu.
"Ya sudah, kalau begitu kami permisi dulu!" pamit Fahmi sopan.
"Terimakasih atas bantuan anda waktu lalu," timpal Prabu sebelum benar-benar pergi.
Anjas tersenyum hangat. "Sama-sama! Semoga pencariannya membuahkan hasil," jawab Anjas.
Setelah itu, mereka kembali kedalam mobil masing-masing.
*
*
*
Ceklek!!
Gara masuk kedalam sambil membawa dua paperbag berwarna biru laut, dan di letakannya di atas meja makan.
Anissa yang masih masih sibuk berkutat, sempat memicing saat mendengar ada pergerakan di belakang tubuhnya.
"Nona ... Ini semua barang kebutuhan anda ada didalam sini," papar Gara menggeser sedikit paper bag biru tadi.
klek!!
Sebelum beranjak, Anissa mematikan kompornya terlebih dahulu, karena masakannya baru saja matang.
"Semua itu?"
Gara mengangguk.
"Siapa yang menyuruhmu?" lanjut Anissa kembali.
"Segeralah bersihkan dirimu! Dan bawa masuk barang-barangmu itu!" sahut Adam yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.
"Terimakasih! Saya pasti akan mengganti semua ini."
Setelah itu, Anissa langsung mengambil dua paper bag tadi untuk di bawanya masuk kedalam.
Perut Gara sejak tadi sudah tidak tahan, karena mencium bau harum dari nasi goreng tersebut.
"Tuan ... Apa saya boleh mencicipi nasi goreng itu," tunjuknya kearah dapur. "Perut saya sudah lapar!" pintanya memelas.
"Apa kau memasaknya?"
Gara menggeleng cepat.
"Tunggu yang masak dulu! Di mana sopan santunmu, Gara!" geram Adam, lalu segera menjatuhkan tubuhnya duduk di kursi ruang makan.
Dengan wajah pasrahnya, Gara juga mengikuti sang Tuan. Dan menunggu Anissa hingga selesai dengan aktivitasnya.
dah tau penyakitan mlh nikah tp nyiksa istrinya bawa pulang wanita lain pula.
semoga smpat minta maaf ke anisa sebelum mati tu si Prabu.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.