Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
Dan benar saja, wanita itu adalah Anissa. Setelah dia mengambil pesanan makananya, dia langsung kembali menuju pintu keluar sambil menenteng dua kantung makanan.
"Astaga tuan ...."
Fahmi yang baru saja membuka pintu belakang tuanya, sontak saja matanya membola panik, saat melihat darah segar mengalir perlahan dikedua hidung Prabu secara bersamaan.
Srut! Srut!
Fahmi yang sudah dikalang kabut, langusng saja menuju pintu depan, menarik beberapa tisu, sehingga terdengar nyaring di telinga Prabu saat ini.
"Tuan ... Ini tisunya!"
Prabu langsung mengelap darah itu tanpa keluhan apapun yang terlontar dari mulutnya. Dia tetap kekeh keluar, walaupun sang asisten sempat melarangnya.
Namun baru beberapa langkah, seketika kepala Prabu mendadak berat, hingga membuat pandanganya seketika pekat.
"Astaga Tuan ...."
"Ya ALLAH ...." sahut seorang pria yang sempat melihat Prabu akan pingsan.
Fahmi dan pria itu langsung saja memegangi badan Prabu, dan dikambalikannya kedalam mobil.
"Sepertinya teman anda kurang sehat! Lebih baik dibawa kerumah sakit saja," ucap pria asing itu setelah menutup pintu belakang.
"Dia bos saya! Memang, akhir-akhir ini kesehatanya menurun, karena ada problem besar ... Kalau begitu saya permisi, terimakasih bantuan anda," ucap Fahmi dan segera pamit, karena dia sudah panik begitu hebat.
Pria itu mengangguk, "Sama-sama,"
Setelah kepergian mobil Prabu. Pria muda itu membalikan badan ingin kembali lagi kedalam mobilnya.
"Ada apa mas? Tadi aku lihat, kamu sedang membantu seseorang?" tegur Mika yang tadi duduk didalam resto, menunggu Aisyah memesan.
"Itu, pria tadi mungkin kurang sehat, jadi mendadak kepalanya berat dan ingin pingsan. Untung saja anak buahnya sigap, dan tadi aku bantu kembalikan kedalam mobil," balas Anjas menjelaskan.
Dan ternyata, pria yang menolong Prabu adalah Anjas suami Mika.
"Memangnya kamu kenal dengan orangnya?" sahut Anissa yang sejak tadi menyimak ucapan suami sahabatnya.
Anjas menggelengkan kepala.
"Tapi aku rasa, sakitnya bukan sakit biasa! Tadi aku sempat melihat bekas darah di hidungnya, dan beberapa tisu bekas lap darah tercecer dibawah jok belakang."
Anissa mengangguk-angguk mencoba paham.
"Ya udah, kita langsung saja ke toko pakaian! Nanti keburu siang," sela Mika.
"Ya udah yuk, kasian juga Naumi dirumah nungguin kamu," kekeh Anissa sambil masuk kedalam mobil Mika.
Mobil Anjas kembali melaju meninggalkan Resto Adelyin tersebut. Tujuan mereka saat ini adalah mengunjungi toko pakaian, karena Anissa pergi hanya membawa busana yang melekat pada tubuhnya saja.
Arghhh!!
Pyar!
Pyar!
Tuan Brahma berteriak begitu keras, sambil membanting apa saja yang ada di dekat tubuhnya saat ini.
Dia teramat muak kepada anak menantunya, karena pembatalan kontrak kerja sama, yang sudah dia gadang-gadangkan keuntunganya.
"Pah, sudah ... Nanti jantung papah bisa kumat, kalau marahnya nggak terkontrol seperti ini!" pekik bu Marita menahan lengan suaminya.
"Sekarang, bagaimana nasib perusahaanmu, Marita...? Semuanya hancur!" teriak tuan Brahma hingga urat dilehernya terlihat menonjol.
Tap!
Tap!
Ayunda yang baru saja turun dari tangga, lagsung saja membolakan mata, saat melihat lantai bawah sudah berantakan dengan pecahan kaca.
Dia segera melanjutkan turunya, dan langsung mendekat.
"Mah, pah ... Kenapa berantakan seperti ini? Apa yang terjad?" tegur Ayunda yang masih tidak menyangka melihat kekacauan didepan matanya.
Tuan Brahma hanya bisa diam, mengatur nafas dan juga emosinya. Dia perlahan merambat kearah sofa, dan langsung menjatuhkan tubuhnya disana.
Hah!
Hah!
Suara nafas itu nyaring terdengar, karena saking geramnya tuan Brahma menahan emosi.
Ayunda yang melihat papahnya terpuruk, langsung saja duduk disampingnya. Tanganya terulur untuk mengambil segelas air, dan diberikan langsung oleh Ayahnya.
"Papah minum dulu ...."
Glek!
Satu tegukan air, rupanya mampu membuat nafas pria tua itu perlahan membaik.
"Semua ini gara-gara Anissa! Jika bukan dia yang lebih dulu menghampiri kita saat lalu ... Pasti kejadian ini tidak akan terjadi," geram bu Marita sambil menjatuhkan tubuhnya diatas sofa.
Ayunda semakin mengernyit tidak mengerti.
"Prabu tadi datang, dan membatalkan kontrak kerja dengan perusahaan mamah. Hanya karena papahmu waktu lalu menampar wajah Anissa," gerutu bu Marita mencoba menjelaskan.
"Lalu, sekarang mbk Anissa kemana?"
"Papah juga nggak tahu, Yunda ... Mungkin dirumahnya!" balas sang ayah dengan pelan.
Perbedaan sikap yang begitu jelas. Nyaris dirasakan Anissa setiap harinya. Tuan Brahma selalu memperlakukan Ayunda begitu lembut. Sangat jauh berbeda dengan perlakuannya dengan Anissa.
Dan hal itu yang membuat Ayunda, bahkan tidak pernah bertegur sapa, walaupun diantara mereka masih terhubung darah yang sama.
"Sudah! Papah tenang. Biar aku nanti yang berbicara dengan mbak Anissa," kata Ayunda sambil mengusap bahu sang ayah, berharap dapat mengurangi rasa khawatir yang berlebihan.
*
*
*
•••Rumah Sakit Salatiga•••
'Ya ALLAH tuan ... Anda ini sebenarnya sakit apa? Nyonya besar saja belum pulih, ini anda gantian yang masuk rumah sakit'
Fahmi sejak tadi mondar mandir didepan IGD guna menunggu sang dokter keluar, setelah memeriksa tubuh Prabu.
Klek!!
Fahmi langsung mendekat, begitu mendengar pintu terbuka dari dalam.
"Anda keluarganya?"
Fahmi mengangguk, "Saya sepupunya, dok!"
"Ikut saya keruangan! Ada yang ingin saya sampaikan," seru Dokter muda tadi.
Fahmi mengangguk kembali, lalu mengikuti langkah sang dokter menuju ruangan kerjanya.
"Silahkan duduk!"
Setelah Fami duduk, dia mencoba memfokuskan wajahnya pada sang dokter. Seolah tidak ingin melewatkan satu kata yang nantinya akan terucap.
"Apa pasien akhir-akhir ini sering hidup tidak sehat? Contohnya merokok, atau mengkonsumsi minum-minuman?" tanya dokter itu.
"Mungkin iya dok! Saudara Prabu akhir-akhir ini juga jarang sekali makan nasi! Ada sedikit problem, hingga membuat dia menjadi stres berat!" balas Fahmi menjelaskan.
"Terdapat gangguan pada aliran darahnya! Yang saya takutkan, jika pasien masih melakukan hidup tidak sehat, maka akan menjadi pemicu datangnya berbagai penyakit berbahaya! Salah satunya~Cancer!"
Degh!
Tubuh Fahmi seketika menegang. Kedua kakinya terada lemas bak tiada tulang penyangga.
"Apa separah itu, dok!"
"Tidak begitu. Hanya saja, pasien sudah lama menderita Disfungsi Ereksi. Penyebabnya ya itu, gangguan hormon, kerusakan saraf, dan yang saya sebut tadi, adanya gangguan dalam aliran darah pasien. Dan semua itu, bisa mengarah pertumbuhan Cancer berkembang lebih pesat dari semestinya."
Fahmi mendadak pucat. Terdiam, dan hanya bisa mendengarkan semua penjelasan dokter.
Rupanya, selama ini Prabu menutupi semua penyakitnya seorang diri, tanpa siapapun yang tahu, termasuk ibunya~bu Laksmi.
"Apa ada cara, untuk pulih kembali dok? Maksud saya ... Agar dapat menghilangkan penyakit tersebut."
"Semua penyakit datangnya dari pikiran yang tidak sehat. Jadi saya sarankan, pasien agar melakukan hidup sehat, dan menghindari stres berat untuk saat ini," jawab Dokter bersungguh-sungguh.
Karena memang apa yang terjadi pada Prabu, karena dia teramat lelah berpikir, ditambah kepergian istrinya dari rumah. Seakan dia terkejut, oleh kejutan yang diberikan Anissa pada hidupnya.
"Baik dok! Terimakasih. Kalau begitu saya permisi," ucap Fahmi sambil menggeser kursi.
Setelah itu dia keluar, untuk menghubungi Elang yang masih dirumah tuannya.
'Jika Prabu tidak dapat bertindak, maka jangan salahkan jika aku yang bertindak lebih dulu. Ailin ... Kamu harus pergi dari rumah ini! Aku yang akan mengantarkanmu langsung'
Kalimat itu berdengung dalam batin Elang, saat dia menatap gadis depresi itu diambang pintu kamar Ailin.
"Ailin ...." seru Elang sambil berjalan mendekat.
Ailin yang sedang duduk tenang menatap lurus kearah taman, masih seperti biasanya hanya diam dan menikmati angin siang menyibak rambut lurusnya.
"Ailin ...." seru Elang kembali.
Namun kali ini, panggilan Elang mendapat respon dari sang empunya. Ailim perlahan mengangkat kepalanya, lalu menoleh perlahan kearah Elang.
"Damar ...." lirihan itu nyaris ta terdengar.
Elang tersenyum. Tidak dapat dipungkiri. Wajah Elang sekilas begitu mirip dengan mendiang sepupunya~Damar. Mungkin karena wajah Elang mirip dengan sang ayah, jadi wajah Damar juga sama miripnya dengan wajah tuan Darmanta. Sementara Prabu, wajahnya dominan lebih ke bu Laksmi ketimbang wajah Ayahnya. Jadi, sudah adil bukan.
Ailin bangkit dari duduknya. Dia mendekat kearah Elang dengan mengembangkan senyum nanar. Entah mengapa, dada Ailin terasa sesak, hingga buliran bening tampak menggantung dipelupuk matanya.
"Aku Elang! Bukan mas Damar," Elang mencoba menyadarkan kekasih sepupunya, saat tangan Ailin terulur hampir memegang wajah Elang.
"Kamu bukan kekasihku?"
Elang masih menyengkal tangan Ailin, hingga tangan mereka tampak terangkat di udara.
"Bukan! Aku Elang. Sadarlah ... Sekarang, ayo ikut aku kesuatu tempat," ucap Elang begitu lembut, hingga membuat Ailin terpana, seolah gadis depresi itu tersihir oleh beberapa kalimat indah.
Ailin hanya mengangguk. Tatapanya masih mengunci wajah Elang, dengan senyum simpul terlukis.
"Nona mau di bawa kemana, den?" tegur mbok Marni saat melihat Elang menggandeng tangan Ailin berjalan keluar.
"Ikutlah denganku, Mbok! Aku akan mengantarkan Ailin pulang kerumah orang tuanya. Aku rasa, mungkin kepergian Anissa karena rasa lelah yang terus menggrogoti jiwanya."
Mbok Marni terdiam. Namun batinya sangat jelas membenarkan ucapan sepupu majikannya itu.
"Tapi den, bagaimana kalau tuan muda tahu?"
"Simbok tidak perlu khawatir! Prabu, biar menjadi urusanku," jawab Elang tersenyum hangat.
"Ya sudah den, ayo ...."
Ailin hanya diam, berjalan tanpa bantahan apapun. Tetapi, sejak tadi tatapanya tidak lepas dari wajah Elang, walaupun sedetik saja.
Drrt
Drrt
Hampir setengah perjalanan, ponsel Elang berdering tanda ada panggilan masuk.
•Fahmi•
"Hallo, bagaimana? Apa ... Sekarang ada di rumah sakit? Setelah urusan saya selesai, nanti saya langsung ke Salatiga!"
Elang memutus panggilannya. Dia benar-benar terkejut, atas penyataan asisten sepupunya saat ini.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat