Masa Lalu Calon Suami
"Kinan."
"Kak Arya. Akhirnya kamu datang juga." Wanita itu berucap sambil meraih lengan pria tersebut.
Si pria terlihat engan. Sesaat kemudian, dia menarik tangannya dari cengkraman si wanita.
"Jangan berlebihan, Kinan. Kau tahu di mana posisiku sekarang, bukan? Aku juga sudah bilang, jangan mengajak bertemu lagi. Satu minggu lagi, aku akan-- "
"Aku tidak akan mengajak kamu bertemu kalau bukan soal Beby." Wanita itu menangis.
"Beby demam, kak Arya. Aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Di mana suami kamu, Kinan?"
"Kenapa kamu menanyakan soal itu, ha? Beby anak mu. Bagaimana bisa aku menyusahkan mas Gilang saat anak mu sakit?"
Prank! Byar. Segelas jus jatuh ke tanah. Sontak, kedua manusia yang sedang ngobrol di depan gerbang masuk taman kota langsung mengalihkan pandangan mereka secara bersamaan.
Mata Arya membulat seketika. Tubuhnya bergetar hebat saat matanya menatap sosok perempuan yang saat ini sedang ada tak jauh dari tempat di mana dia sedang berdiri. Zoya. Gadis itu sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Di bawah kakinya, segelas jus tumpah berserakan.
Belum sempat Arya mencerna apa yang sedang terjadi, Zoya malah sudah beranjak. Matanya yang sebelumnya berkaca-kaca, kini sudah mulai mengembun, lalu menjatuhkan buliran bening. Sudah bisa dipastikan kalau Zoya sedang sangat sakit hati setelah mendengar obrolan Arya dengan Kinan barusan.
"Zoya!"
Arya bergegas untuk mengejar kepergian Zoya. Tapi Kinan menahannya. Namun, pertahanan Kinan tak sekuat tekad Arya. Pria itu menyingkirkan cengkraman Kinan, lalu berlari dengan cepat untuk menyusul Zoya.
Namun sayang, usaha Arya masih tidak membuahkan hasil. Pengejarannya sama sekali tidak memuaskan. Karena Zoya yang dia kejar malah sudah masuk ke dalam mobil lalu pergi dengan cepat.
"Zoya!"
"Kak Arya."
Ternyata, Kinan menyusul Arya yang sedang mengejar Zoya. Kinan pun terlihat agak kesal, tapi sebisa mungkin untuk tetap menyembunyikan perasaannya.
"Maafkan aku. Ini semua salahku karena-- "
"Cukup! Sudah aku katakan kalau jangan pernah mencari aku lagi. Tapi kenapa? Kenapa kamu terus mencariku, Kinan!"
Kinan langsung menunduk.
"Maaf, aku hanya tidak bisa berpikir dengan baik. Saat Beby demam, hanya kamu yang aku ingat. Karena kamu adalah papanya."
"Itu bukan alasan, Kinan! Kau tahu, aku akan menikah satu minggu lagi. Tapi kenapa? Kenapa kamu malah membuatnya menjadi kacau?"
Ya. Satu minggu lagi, Arya memang akan menikah. Dan Zoya adalah calon istrinya. Setelah satu setengah tahun berusaha mendapatkan hati gadis pujaan. Akhirnya, pernikahan itu akan terjadi. Tapi, barusan, Zoya malah sangat terluka.
Rahasia calon suami yang baru saja Zoya ketahui membuatnya sangat terluka. Wanita itu baru tahu kalau Arya ternyata sudah punya anak. Tapi, status Arya masih lajang. Apa yang salah dengan pemahaman Zoya tentang lelaki? Selama ini, Arya sangat baik. Begitu memperjuangkan untuk mendapatkan hatinya. Tapi, setelah dia memberikan hati, lalu menerima lamaran Arya, kemudian, bersedia menikah. Hal buruk datang.
Zoya terus menangis, tapi mobil yang dia kendarai akhirnya sampai juga di depan rumah dengan selamat. Tangisannya semakin pecah ketika dirinya berlari masuk ke dalam rumah. Sang mama yang sedang ada di kursi depan sambil menikmati teh sore langsung bangun dari duduknya.
"Aya. Kamu kenapa, Nak?" Mamanya berucap dengan wajah panik. Tentunya, kedua tangan si mama langsung menyentuh pundak anaknya.
Tangis Zoya semakin pecah. Rasa sedih, sakit, juga amarah bercampur menjadi satu. Rasa sakit itu sedang memenuhi hatinya.
"Mama. Aku tidak ingin menikah dengan mas Arya. Aku ingin membatalkan pernikahan ku sekarang juga," ucap Zoya sambil menangis sesenggukan.
Tentu saja sang mama langsung terkejut. Matanya membulat sempurna, bibirnya terbuka, tangannya kaku, seolah tidak bisa dia gerakkan lagi.
"Apa yang baru saja kamu katakan, Aya? Ada apa dengan kamu, Nak?"
"Mama."
Terlalu sulit untuk Zoya buat menjelaskan. Karenanya, si mama langsung membawa anaknya masuk ke dalam rumah. Susah payah dia berusaha menenangkan si anak. Padahal, suasana hati dan perasaannya juga sedang tidak baik-baik saja sekarang.
Segelas air Zoya teguk. Beberapa saat menangis, akhirnya, perasaan Zoya bisa sedikit membaik. Emosi yang sudah dia salur kan lewat air mata, akhirnya bisa membuat perasaan kacau balau yang sebelumnya menggerogoti hati sedikit berkurang.
"Zoya."
"Aku ingin pernikaha ku dibatalkan, Ma."
"Ya Allah, Zoya. Apa yang sedang ada dalam pikiranmu, Nak? Katakan sama mama! Apa yang sudah terjadi."
Zoya lalu menatap lekat wajah sang mama sebelum bercerita. Sesaat lamanya, setelah ingatan yang menyakitkan itu berhasil dia bungkus, dia pun baru bisa berucap.
"Aku tahu masa lalu Mas Arya, Ma." Zoya berucap sambil kembali menangis. Wajahnya dia tundukkan sekarang. Terlalu sakit rasanya untuk Zoya berucap. Karena masa lalu itu, terlalu pahit buat Zoya.
Sebaliknya, wajah si mama langsung berubah seketika. Wajah prihatin yang awalnya dia perlihatkan, kini sudah berganti dengan wajah terkejut.
"Ap-- apa ... yang baru saja kamu katakan, Zoya? Kamu ... tahu masa lalunya Arya?"
Zoya mengangguk dengan cepat.
"Aku tahu rahasia masa lalu mas Arya, Ma. Aku tidak lagi ingin menikah dengannya."
"Zoya!"
Deg. Nada tinggi sang mama barusan langsung membuat Zoya terpaku. Jujur, dia cukup terkejut dengan nada tinggi yang mamanya ucap barusan. Hal tersebut membuat Zoya langsung menatap lekat wajah sang mama dengan wajah yang penuh tanda tanya tentunya.
"Mama?"
"Jangan mengambil keputusan secara sepihak, Zoya. Ini bukanlah hal yang kecil. Pernikahan kalian hanya tinggal satu minggu saja lagi. Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu?"
Sungguh, Zoya sangat amat tidak menyangka kalau sang mama akan berucap kata-kata itu. Awalnya, dia pikir, mamanya akan langsung mendukung keputusan yang akan dia ambil. Tapi ternyata, mamanya malah berucap di luar logika Zoya.
"Mama? Apa yang baru saja mama katakan? Aku ingin membatalkan pernikahan. Kenapa mama malah terlihat seakan menentang keinginan yang akan aku ambil?"
"Zoya, tenanglah. Jangan bicara sembarangan dulu. Kita bicarakan hal ini baik-baik."
"Mama akan minta papamu pulang sekarang."
"Kamu tenang dulu ya."
Tidak ada yang bisa Zoya ucapkan saat ini. Meski hati yang kesal semakin bertambah kesal, tapi Zoya masih ingin memiliki akan sehat. Sekuat tenaga dia berusaha untuk mengikuti apa yang mamanya katakan. Sambil berpikir, mungkin, keputusannya akan di dukung oleh papanya nanti. Karena kenyataan pahit sudah terbongkar.
Meski sakit, tapi Zoya juga merasa lega. Karena dia tahu masa lalu pahit sang calon suami. Dia mengetahui masa lalu itu sebelum mereka menikah. Bukankah itu adalah anugerah? Dengan begitu, dia tidak akan menikah dengan seseorang yang punya masa lalu buruk seperti Arya. Meskipun sebenarnya, rasa sakit akan hal tersebut sangatlah nyata. Karena hati Zoya, sudah pun terisi dengan nama Arya di dalamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴
hai kak...
sdah mampir...
semoga seru alur critanya...
semngat kak ...
2025-01-03
1
Patrick Khan
. hai kakak q mampir😘
2025-01-02
1
Kar Genjreng
OK mampir
2025-01-02
1