Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tenang dulu
Adam mebalik badan ingin masuk ke ruang bayinya. Tapi Anim menahan lengannya.
"Kumohon padamu Mas, kau jangan salah paham dulu aku bisa menjelaskannya" Kata Anim menangis menahannya.
"Aku tidak membutuhkan penjelasan apa pun lagi darimu Anim, semuanya sudah jelas" Adam melepas jari-jari Anim yang menghalanginya.
Suara tangisan wanita itu semangkin deras. Tapi ia tak memperdulikannya ia tetap melangkah pergi dan masuk ke ruang bayinya yang baru saja lahir.
Melangkah pelan penuh keraguan melihat bayi mungil berada dalam kaca yang sangat mirip dengan wajahnya.
Bola matanya berkaca-kaca. Ia tak pernah membayangkan akan secepat ini ia bisa mempunyai seorang anak. Terasa bagai sebuah mimpi melihat bayi mungil itu.
Kebetulan ia melihat seorang nurse masuk ke dalam ruangan itu. Ia meminta tolong pada nurse untuk mengambil putranya.
Nurse-pun mengambil bayi mungil itu dan memberikannya pada laki-laki yang ia tau adalah Ayahnya.
Adam ingin mengazankan bayinya, tapi jujur saja ia sedikit bingung cara melakukannya. Tapi ia tetap berusaha.
Dengan susah payah akhinya ia bisa melakukannya.
Tersenyum bahagia setelah ia selesai mengazankan bayi itu.
Ia merasa bersyukur karena Dara dan bayinya selamat.
Hanya tinggal memikirkan bagaimana caranya ingin membawa Dara tinggal bersamanya.
Ia juga tak peduli dengan Maminya, terserah wanita itu mengizinkan ataupun tidak ia akan tetap membawa Dara pulang ke Villanya dan menikahi Dara secara resmi meski tanpa restu Yunda.
Selesai dari ruang bayi. Adam kembali ke ruangan Dara.
Oma yang melihatnya. Ia menitip Dara karena ia mau beristirahat sebentar, ia sudah sangat lelah sedari tadi. Apa lagi ini sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
Adam duduk di kursi samping brankar Dara menatap intens wajah wanita itu yang masih belum sadarkan diri.
Menarik nafas. Bagaimana jika dia tidak ingin mengikutiku pulang ke kota? Apa aku harus berdebat lagi dengannya? Hah ... Sangat melelahkan menghadapi wanita keras kepala satu ini.
Tanpa sadar Adam juga tertidur tanpa tau jika Anim masih berada di luar sedang tertidur di kursi tunggu setelah puas menangis.
,,,
Keesokan harinya di kota.
Angkasa mendapat kabar jika Dara sudah melahirkan, berniat mendatangi rumah sakit tempat Dara.
Ia mampir di sebuah supermarket membeli buah tangan untuk sang menantu. Anak dari wanita yang kekal mengisi hatinya meski tak dapat bersama sampai kapanpun.
Ia sudah selesai dan berjalan sedikit buru-buru menuju mobilnya.
BUK!
Ia bertabrakan dengar seorang anak muda. Laki-laki yang tak sengaja tuan Angkasa tabrak itu membantunya mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.
"Maaf tuan, saya tidak sengaja menabrak anda," kata Vano. Ternyata yang tak sengaja menabraknya adalah Vano putranya yang sering ia cari selama ini.
Vano memberikan belanjaan pria paruh baya yang sedang menatapnya intens, merasa ada terikatan batin di antaranya dengan anak muda tampan di depannya.
"Maaf tuan, ini punya anda. Maaf juga karena saya tidak sengaja menabrak anda tuan," kata Vano sopan. Entah mengapa ia juga merasa sangat dekat dengan pria paruh baya itu.
Lamunan Angasa buyar saat mendengar suara Vano, "Terima kasih." Angkasa kembali melangkah ke mobilnya.
,,,
Di rumah sakit.
Dara sudah mulai membuka kedua bola matanya. Penglihatannya tampak kabur.
Tak sengaja tangannya menyentuh kepala yang berbaring menjatuhkan kepalanya di pinggir brankar-nya.
Ia melihat siapa pemiliknya. Dara sangat terkejut saat yang ia lihat adalah Adam.
Adam juga mulai terbangun. mengangkat kepalanya melihat Dara yang sudah sadarkan diri.
"Kau sudah sadar?" Tanya Adam mengusap matanya dengan suara khas baru bangun tidur memperbaiki posisi duduknya.
"Apa yang kau lakukan disini? Mau apa lagi kau?" Dara curiga berpikir jika laki-laki itu ingin membawa pergi bayi yang baru saja ia lahirkan.
Bayi? Dara teringat kemana anaknya itu? Ia memegang perutnya yang sudah rata.
"Mana bayiku! Jangan bawa bayiku pergi!" panik Dara mulai menjatuhkan air matanya. Ia kembali teringat dengan kontrak perjanjian pernikahan mereka, di mana Adam akan membawa bayinya nanti jika bayi itu sudah lahir.
"Ssstttt tenang dulu Dara, tenangkan dirimu," Adam berusaha membuat wanita itu tenang.
"Bagaimana aku bisa tenang! Jika kau mau mengambil bayi yang sudah susah payah aku kandung dan aku lahirkan!" Teriak Dara tak peduli dengan tubuhnya yang terasa sakit semua.