NovelToon NovelToon
Belenggu Masa Lalu

Belenggu Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Gresya Salsabila

Lintang Ayu Sasmita merasa terguncang saat dokter mengatakan bahwa kandungannya kering dan akan sulit memiliki anak. Kejadian sepuluh tahun silam kembali menghantui, menghukum dan menghakimi. Sampai hati retak, hancur tak berbentuk, dan bahkan berserak.

Lintang kembali didekap erat oleh keputusasaan. Luka lama yang dipendam, detik itu meledak ibarat gunung yang memuntahkan lavanya.
Mulut-mulut keji lagi-lagi mencaci. Hanya sang suami, Pandu Bimantara, yang setia menjadi pendengar tanpa tapi. Namun, Lintang justru memilih pergi. Sebingkai kisah indah ia semat rapi dalam bilik hati, sampai mati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Oh Ternyata

"Apa-apaan kamu, Lintang? Kamu membuat kekacauan di acaranya mbakmu. Apa menurutmu itu pantas?"

Bukan Utari atau Nurma yang bicara, melainkan Ningrum. Mendengar ada kegaduhan, wanita itu langsung mendekat. Betapa terkejutnya di saat tahu bahwa ternyata Lintang dan Utari yang sedang cekcok. Tanpa bertanya lebih dulu, dia langsung menyalahkan Lintang. Pikirnya, memang Lintang yang selalu salah. Tidak mungkin Utari. Anaknya itu terlalu baik, mustahil akan membuat kekacauan.

"Aku nggak membuat kekacauan, Bu. Aku hanya meluruskan kesalahpahaman orang-orang karena ulah Mbak Tari," jawab Lintang dengan cepat. Benar-benar jauh berbeda dengan dirinya sebelumnya, yang hanya diam dan pasrah dengan semua tuduhan.

"Memangnya mbakmu ngapain? Kalau orang-orang beranggapan buruk tentangmu, itu bukan karena kesalahan orang lain, Lintang, tapi karena sikapmu sendiri. Kamu itu sadar nggak selama ini ulahmu jarang bener. Tapi, kalau dinasihati selalu saja membantah. Kamu—"

"Cukup, Bu!" bentak Lintang.

Ningrum langsung terdiam, kaget dengan bentakan Lintang yang spontan. Bahkan, Rayana dan Albi yang sebelumnya masih di dalam pun, detik itu langsung keluar dan ikut mendekati Lintang.

"Lintang, kamu—"

"Ibu sudah nyalahin aku, apa Ibu tahu apa yang dilakukan Mbak Tari padaku? Dia bilang kalau pesta ini mengundang tukang catering dan tukang dekor. Dia menyuruh aku datang malam karena semua sudah dikerjakan ahlinya. Tapi, kenyataannya apa? Nggak ada tukang catering atau tukang dekor. Mbak Tari membuatku seolah-olah nggak mau membantu. Padahal, dia sendiri yang membuatku nggak tahu apa-apa."

Lagi-lagi Lintang memotong ucapan Ningrum. Matanya menatap tajam, bersamaan dengan terkikisnya angan dan harapan yang bertumpu pada wanita yang ia panggil ibu.

"Ibu sendiri kemarin juga nggak bilang apa-apa, kan? Ibu malah fokus memarahiku karena nggak jenguk atau nanya kabar waktu Ibu sakit. Tapi, asal Ibu tahu, aku benar-benar nggak ngerti kalau Ibu sakit. Mbak Tari dan Mas Albi nggak ada yang ngabari aku. Kalau Ibu percaya mereka sudah nelfon dan ngirim chat ke aku, suruh kasih bukti. Ada nggak riwayat mereka nelfon atau nge-chat aku," lanjut Lintang.

Melihat emosi adiknya yang mulai tidak terkendali, Utari langsung mengambil sikap. Dia menunduk sambil berpura-pura mengusap matanya, seolah sedang menutupi tangis.

"Maaf, Lin, kalau menurutmu aku dan Mas Albi yang salah. Terserah kamu mau percaya atau nggak, atau tetap menganggap kami bohong dan sengaja menjebakmu. Anggap saja begitu, aku nggak apa-apa. Aku juga nggak maksa orang lain untuk percaya. Aku emang nggak bisa ngasih bukti karena semua udah kuhapus. Aku orangnya nggak pernah nimbun chat atau riwayat panggilan. Jadi, emang udah nggak ada bukti," ucap Utari, yang sontak mendapat perhatian dari Ningrum.

"Kamu nggak perlu minta maaf. Bukan kamu yang salah, Tari. Adikmu saja yang memang nggak tahu diri," kata Ningrum, sangat pedas. Dia tak sadar kalau ucapannya itu sangat melukai Lintang.

"Bu, jangan ngomong gitu. Mungkin, memang aku yang salah, kemarin melarang Ibu untuk ngomong ke Lintang kalau dia harus datang pagi dan bantu-bantu di sini. Aku cuma nggak enak aja karena dia nggak merespon chat-ku. Kalau Ibu juga ikut nyuruh, sama aja kayak maksa. Takutnya memang Lintang sibuk atau ada urusan lain. Jadi, aku larang Ibu untuk ngomong. Dan sebenarnya aku juga nggak masalah meski Lintang baru datang sekarang." Utari kemudian mendongak dan menatap Nurma. "Tante, udah ya. Jangan salahkan Lintang lagi. Kita di sini untuk bersenang-senang. Kasihan Lintang," ucapnya.

"Kamu lihat, Lintang! Buka matamu! Betapa baiknya mbakmu ke kamu, tapi masih kamu salahkan. Apa nggak bisa kamu belajar dari dia, apa terus-terusan kamu mau jadi pembangkang yang sulit diatur begitu?" sela Ningrum.

"Apa yang dikatakan Lintang memang benar, Bu. Mbak Tari memang menyuruh kami datang malam karena sudah ada tukang catering dan tukang dekor. Waktu Ibu sakit juga tidak ada yang menghubungi kami. Jadi di sini bukan Lintang yang bohong." Pandu ikut menimpali. Dia sudah muak dengan drama yang dibuat Utari. Tak akan dia biarkan sang istri terus ditindas oleh mereka.

Namun, ucapan Pandu itu langsung dibantah oleh Albi.

"Bukannya setiap hari kamu kerja, Pandu? Berangkat pagi pulang sore. Memang kamu tahu kami menghubungi Lintang atau tidak. Bisa saja kan dia sengaja menghapusnya dan tidak memberitahumu? Aku sudah berulang mengubungi Lintang mengabari kalau Ibu sakit. Tapi, sekali pun nggak pernah direspon. Itu juga yang menjadi alasanku kenapa tidak telfon ke nomormu. Karena adik kandungku saja tidak peduli, bagaimana mungkin aku akan merepotkanmu yang hanya adik ipar. Aku punya rasa segan, Pandu."

"Dengar itu, Lintang! Dengar! Mas dan mbakmu sudah menghubungimu, masih mau mengelak apa lagi? Kamu itu dari dulu memang selalu membuat masalah, tapi nggak pernah mau disalahkan. Egois, ingin menang sendiri. Kamu—"

"Cukup, Bu! Atas dasar apa bilang Mas Albi dan Mbak Tari yang benar, sedangkan aku yang salah? Apa ada bukti? Nggak, kan? Ibu lebih percaya ke mereka karena dari dulu memang mereka yang Ibu sayangi!" pungkas Lintang dengan intonasi yang makin meninggi. Tatapan nyalangnya mulai memburam, terhalang air mata yang mendadak menggenang dengan sendirinya.

"Lintang—"

"Coba Ibu ingat-ingat, pernahkah sekali saja Ibu percaya ke aku? Pernahkah sekali saja Mbak Tari dan Mas Albi memberikan bukti valid? Nggak pernah, Bu! Ibu hanya percaya dengan apa yang mereka katakan karena menganggap mereka lebih baik dariku. Tapi, apa Ibu tahu apa yang mereka lakukan di belakang Ibu?" lanjut Lintang. Sedikit pun tidak memberi sempat pada Ningrum atau yang lain untuk menyela ucapannya.

"Asal Ibu tahu, dulu mereka yang selalu mencuri uang Ibu dan uang Nenek. Tapi, Ibu percaya saja saat mereka mengatakan bahwa akulah yang mencuri. Padahal, apa Ibu pernah melihatku membeli jajan atau apa pun dengan uang itu? Bukankah untuk peralatan sekolah saja aku selalu mendapat bekasnya Mbak Tari? Dan asal Ibu tahu, justru uang sakuku yang selalu diambil paksa oleh Mas Albi dan Mbak Tari. Tapi, apa Ibu pernah mencari kebenaran itu? Nggak! Nggak sama sekali! Ibu hanya percaya dengan apa yang keluar dari mulut mereka!"

Napas Lintang makin memburu, bersamaan dengan langkahnya yang terus maju mendekati Ningrum. Namun, Ningrum sendiri justru melangkah mundur dan tetap memberi jarak dengan Lintang.

"Apa Ibu tahu kenapa dulu aku nggak pernah mengerjakan PR? Setiap pulang sekolah, bukuku selalu diambil oleh Mbak Tari dan baru dikembalikan besok pagi. Aku nggak punya kesempatan untuk mengerjakan PR atau belajar, Bu. Apa Ibu ingat, dulu aku pernah mengadu ini pada Ibu dan Bapak. Tapi, kalian nggak peduli sama sekali. Kalian malah memarahiku dan menyebutku anak nakal. Kalian langsung mengambil sikap tanpa menyelidiki kebenarannya. Kalian adalah orang tua yang nggak pernah adil!"

Air mata Lintang mengalir makin deras. Namun, mulutnya belum cukup puas untuk bicara dan mengungkap semuanya.

"Dan apa Ibu tahu, sebenarnya sepuluh tahun lalu siapa yang menodaiku? Apa sampai sekarang Ibu masih percaya kalau aku melakukannya dengan pacar? Sadar, Bu, kalau memang aku punya pacar dan sampai tidur bareng di rumah kosong, pasti Bapak sudah bisa mengetahui siapa laki-laki itu. Tapi, nyatanya nggak kan? Karena aku nggak pernah punya pacar, Bu! Mas Albi dan Mbak Tari yang menjebakku! Mereka yang membuatku dinodai pria-pria itu, dan mereka juga yang memfitnahku, Bu! Tapi, apa Ibu peduli?"

Lintang menjeda ucapannya sesat, sembari mengusap pipinya yang makin basah.

"Aku hancur, Bu. Aku trauma dengan kejadian itu. Aku berharap Ibu dan Bapak bisa memelukku, memberikan keadilan untukku. Tapi, apa? Kalian hanya percaya dengan ucapan Mas Albi dan Mbak Tari. Kalian sama sekali nggak mau menyelidiki kasus itu. Bahkan ... dengan teganya Ibu mencekoki aku dengan obat-obatan keras agar janinku gugur. Ibu pernah membayangkan nggak bagaimana sakitnya aku ketika obat itu bereaksi? Aku berdarah-darah sendirian di kamar! Aku sakit, aku menjerit, sendirian. Kalian semua tuli! Nggak ada yang mau menolongku! Malah ... dengan bangganya Ibu dan Bapak menjalin hubungan besan dengan orang yang telah menodaiku."

Air mata Lintang berhenti menetes. Kesedihan yang terlalu, tak lagi cukup dilampiaskan dengan tangis.

Lintang pun tersenyum miring saat melihat ibunya terkejut.

"Jangan kaget, Bu. Memang besan Ibu yang menodaiku." Dengan tatapan yang penuh dengan kebencian, Lintang beralih menatap Rayana. "Ayahnya Mbak Rayana ... beserta dua temannya ... bajingan-bajingan brengsek yang telah merampas masa depanku, " ucapnya dengan tangan yang mengepal.

Tenggorokan Rayana menciut. Ludah serasa menyangkut dan tak bisa ditelan. Apa yang ia dengar dari Lintang barusan, perlahan mengingatkannya pada kejanggalan di masa silam.

Bersambung...

1
Murni Yastuti
bagus
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
masih menyesakkan ternyata. lanjut lintang, supaya lepas semua bebanmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes lintang.... ini sesak yang melegakan.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semangat lintang. luapkan semuanya. itu jalan terapi untukmu.
Uba Muhammad Al-varo
gimana Bu Ningrum setelah semua kejadian yang terjadi pada Lintang tahu yang sebenarnya apa kamu masih belum sadar juga.
semoga aja ada orang yang merekam dan melaporkan ke pihak kepolisian dan mengusut tuntas kebenaran nya itu dan orang2 yang terlibat ditangkap serta dihukum
Susanti
y Alloh sampe segitunya /Sob//Sob//Sob/
Retno Ningsih
Ya Allah Thor...q baca sambil mbrebes air mata q...bagusss banget karyamu thorrr...bisa mengena ke hati para pembaca..terutama q...lanjut thorrr💪💪
ken darsihk
Semoga ada yng berpihak pada Lintang dan mempercayai semua ucapan nya
Konspirasi apa lg tuh antara Alby dan Utari , Rayana sekarang kamu tahu siapa suami dan bapak mu
Aditya HP/bunda lia
kebusukan kalian sudah terbongkar dan aku harap rayana tidak diam saja dengan kejahatan yang dilakukan suaminya ....
Apriyanti
sedih bgt,, segitu tragis nya nasib mu lintang,,semoga rayana lgsg tau seberapa kejam Albi dan Utari SM bapak nya yg Uda kerjasama melecekan lintang,,semoga sadar tuh si Ningrum,, lanjut thor double up nya,, 🙏😘💪
ken darsihk
Yesss Lintang menyerukan suara hati nya yng sdh lama terpendam , semoga setelah kejadian ini Lintang sembuh dari rasa trauma nya 🤗🤗
ken darsihk
Yeaayyy good Lintang memang harus kamu lawan kesewenang wenangan yng kakak dan ibu lakukan ke kamu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mending langsung pulang. gak ada satupun keluargamu yang bagus lintang
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sampai kapan lintang menderita begini? 😭😭😭😭😭😭😭
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
albi & tari sering diasuh neneknya dulu kan ya?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pak sunandar hanya mendengar katanya... semangat pandu..
Maya
akhirnya keluar semua ya lintang apa yg kmu rasakan selama ini
Uba Muhammad Al-varo
lagi serius baca sudah selesai, good jobs Lintang kamu memang harus berani ngomong jujur tentang semua kejadian yang terjadi pada mu,ada iya saudara kandung yang begitu kejam,jadi meragukan Lintang itu sebenarnya siapa,pandu dan lintang,usut tuntas dan laporkan ke yang berwajib
Aditya HP/bunda lia
akhirnya terbongkar juga ayo Lintang beberkan semuanya ...
Susanti
ayo lintang hajar terusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!