tag khusus : cinta lansia
“Renata Thomson ?” panggil seorang pria bernama Prima ( 48 tahun ).
Suara yang tak asing dan bahkan sangat lama sekali tak pernah Re dengar tiba – tiba memanggil jelas namanya.
Re menoleh, alangkah terkejutnya ia dengan sosok pria bertubuh tinggi dan atletis itu. Ia tergugu dalam diam. Detik berikutnya ia setengah berlari seolah baru saja melihat hantu.
Setelah 22 tahun dan berumah tangga dengan pria lain, Renata bertemu kembali dengan tunangannya dulu.
Karena Duan sudah bosan dengan kehidupannya bersama Re, pada akhirnya Duan menceraikan Renata.
Lalu apakah Re akan terbuka kembali hatinya untuk seorang Prima ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Ibu, aku lapar. Apa tidak ada sedikit cemilan di rumah ini?" Mika muncul dari arah belakang mencairkan suasana yang sedikit beku.
Beruntungnya Mika datang sehingga Re bisa lari dari tatapan Prima yang hampir saja membuatnya terpaku.
"Oh iya, di tas ibu ada keripik singkong. Sebentar Ibu akan ambilkan." Re beranjak dari tempatnya.
Prima mengulas senyum tipis. "Bersabarlah ! Mike sedang dalam perjalanan ke sini membawa makan siang kita. Kamu alergi makanan tertentu ?"
Mika menggeleng, "Tidak Om, aku doyan semua makanan. Mau gurame bakar, pecel lele udang krispi, semua suka!"
"Sungguh ? Dari penampilanmu terlihat kamu kurusan ?"
"Hehehe, itu karena aku jarang makan, Om !"
"Kenapa bisa ?" sedikit terkejut.
"Aku harus menghemat, sttt ... jangan bilang ibu ya Om !" Mika memberi kode begitu Re datang.
Re membawa sebungkus cemilan yang ia beli saat sarapan pagi tadi. Ia tahu putrinya menyukai olahan singkong.
Mika mengambil cemilan itu dari tangan Re lalu duduk di samping Prima.
"Om Prima, mau ?" tawarnya sambil menyodorkan cemilan.
Prima menunjukkan telapak tangannya, "Tidak, terima kasih."
Re pun merasakan perutnya juga lapar hingga terdengar bunyi keroncongan.
Prima yang sedang menyeruput kopi mendengar jelas bunyi itu. Re menggigit bibir bawahnya, wajahnya bersemu kemerahan menahan malu.
Mika melirik ke arah ibunya, "Ini Ibu, makanlah!" ujarnya sambil menyodorkan cemilan.
Seketika itu juga terdengar suara mobil berhenti di halaman rumah.
"Nah, itu Mike datang! Re, tolong siapkan piring!" ujar Prima lalu beranjak berdiri menghampiri Mike untuk membantu membawakan makanan.
Re mengikuti perintah dan menuju dapur.
"Ibu, aku akan membantu !" seru Mika bergegas menyusul ibunya.
Terlihat Mike dan Prima berjalan ke dapur menenteng keresek merah lalu menaruhnya di atas meja.
Mike mengeluarkan satu persatu kotak makan dibantu Prima.
Re memindahkan semua makanan di atas piring.
"Wah, banyak sekali makanannya!" seru Mika, air liurnya hampir mau keluar.
"Mika ...." tegur Re lirih sambil tangannya bergerak.
"Biar aku bantu!" ujar Prima sambil mencuri kesempatan.
Menu yang di bawa Mike sangatlah bervariasi. Ada olahan sayur, ayam goreng, gurame bakar dan nasi. Tak lupa pula Mike membeli pencuci mulut semangka dan alpukat.
Mike tahu diri jika atasannya sedang kasmaran, "Saya akan membuatkan minuman." pamitnya memberi kesempatan agar tuannya bisa berduaan.
"Mika, apa kamu bisa membuat jus ? Bagaimana kalau kita membuat bersama, hm ? Nih, ada alpukat. " Mike menunjukkan sebungkus buah berkulit hijau.
Mika yang sudah tidak sabar ingin makan terpaksa tertunda.
"Bisa Paman, ayo kita buat !" Mika mengikuti Mike yang sudah berjalan duluan.
Prima sangat mendambakan suasana yang seperti ini, disaat dirinya akan makan bisa dilayani oleh seorang istri.
"Apa seleramu masih sama ?" tanya Prima memancing. Ia ingin tahu perasaan wanita di sampingnya itu.
Re mengerutkan dahi lalu menghentikan pergerakannya. "Tolong, jangan membahas itu !" ia sedikit tersinggung dengan pertanyaan Prima yang kurang sopan.
"Apa yang kamu kira ? Aku hanya sedang menanyakan menu ini, ada ayam krispi. Apa seleramu terhadap ayam krispi masih sama dengan yang dulu ?" Pria itu mengalihkan pembahasan hingga membuat Re malu untuk kesekian kalinya.
"Maaf, aku berprasangka buruk terhadapmu."
"Benar. Aku sudah tahu jawabannya." Prima mengulas senyum termanisnya. "Oke, Re, mulai besok kamu sudah bisa bekerja ditempatku. Jangan berkata TIDAK, karena aku tidak menyukai penolakan."
"Hah, bekerja ? Besok? Secepat itu ?" Re terlonjak kaget. Sungguh, ia tidak punya persiapan sama sekali.
"Lebih cepat lebih baik, bukan?" desak Prima dan sangat yakin sebentar lagi Re akan kembali padanya.
Mika dan Mike datang dengan nampan berisi jus alpukat.
"Paman Mike, Anda tahu, jika alpukat adalah buah kesukaan ibuku. Paman sangat pintar memilihnya!" bisik Mika sebelum menaruh nampan.
"Benarkah?" Lalu Mike membatin 'Tentu saja aku tahu, karena Tuan yang menyuruhku untuk membeli si hijau itu.'
Keempat orang di dalam rumah baru itu makan siang bersama. Selesai makan, Prima juga belum hendak ingin kembali ke apartemen. Ia teramat betah jika tinggal bersama Re.
Prima langsung menuju salah satu kamar yang seharusnya ditempati Renata. "Re, aku pinjam kamarmu sebentar. Aku ngantuk !" seru Prima sambil merebahkan tubuhnya di kasur dan menit berikutnya ia terpejam.
Re tercengang tak mengira jika Prima akan tidur di sini. Lalu pandangannya menatap Mike.
"He he, maafkan Tuan, Nyonya Re. Tuan selalu begitu. Suka menang sendiri. Em, saya merasakan udara siang ini teramat panas. Saya ke depan saja." ujarnya seraya mengibaskan tangan lalu bergegas pergi sebelum tanduk wanita itu ke luar.
Re ngedumel dalam diam. "Kalau saja aku tidak berhutang banyak padanya, sudah aku usir pria itu. Bisa - bisanya dia yang bukan apa - apa ku tidur di sini. Dikira kumpul kebo nanti."
"Ibu," Mika mengusap bahu ibunya. "Biarkan Om Prima beristirahat di kamar Ibu. Lebih baik kita juga beristirahat di kamarku. Aku sangat capek. Aku sudah kangen dengan bantal dan guling."
"Jadi, dengan Ibu kamu tidak kangen?" protes Re dengan wajah cemberut.
"Eh, bukan begitu! Tentu saja aku juga kangen." lalu memeluk ibunya.
.
Lyon sudah agak mendingan sekarang setelah Darwin menyakinkan abangnya untuk bisa pergi bertemu Mika.
"Kak Lyon harus sembuh dulu, baru bisa bertemu Mika." ujar Darwin memberi semangat.
"Sejak aku mengkonsumsi obat, kepalaku bertambah pusing dan semua anggota badanku terasa lemas." terang Lyon. Dengan mengikuti saran Darwin untuk berhenti minum obat, tubuhnya perlahan pulih.
Sebenarnya Lyon tidak begitu serius penyakitnya. Hanya ini bagian dari rencana Diana untuk memisahkan Lyon dari Mika untuk tidak bertemu lagi. Bahkan akan membawanya keluar negeri.
Darwin curiga jika ada yang tidak beres dengan kandungan obat yang selalu dikonsumsi abangnya. Darwin lantas mengambil obat itu untuk ia bawa ke dokter Sulung.
"Oke, Kak. Aku akan pergi sebentar mumpung mama belum pulang. Semoga kecurigaan ku tidak salah." lalu Darwin mengantongi sebotol obat dan membawanya pergi.
.
"Jadi, ini obat melemahkan sendi, Dok !" Darwin sangat shock. Setega itukah mamanya pada Lyon.
"Jika dikonsumsi terus - menerus, bisa menyebabkan kelumpuhan."
"Hah, lumpuh, Dok !" Darwin tercengang dan tidak akan membuat usaha mamanya berhasil. Ia sudah bisa menebak rencana mamanya membuat Lyon lumpuh.
Lalu Darwin meminta obat yang bisa memilihkan keadaan Lyon. Dan setelah mendapatkan obat itu, Darwin segera membuang semua obat di dalam botol dan menggantinya dengan obat pemberian dokter Sulung.
Sesampainya di rumah, Darwin menyelinap masuk ke dalam kamar Lyon secara diam - diam untuk mengembalikan obat yang sudah ditukar isinya. Ia melihat mobil mamanya sudah ada di garasi. Jika ketahuan ia pasti kena teguran.
"Darwin!" panggil Diana begitu Darwin keluar dari kamar Lyon.
"Eh, Mama!"
selamat membaca dan semoga terhibur!
😘😘😘