NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Toko Lizza

Rizki pergi menemui orangtuanya yang masih duduk santai sambil ngobrol di ruang keluarga.

Dia menarik dua buah koper, langkahnya tertahan tepat di depan tangga. Ada rasa ragu yang masih menggelayut di hatinya, antara pindah sekarang dari rumah orangtuanya atau tetap tinggal di sana.

Sudah sebulan ia dan Syifa hidup bersama, namun rasa cinta untuk Anya masih ada, dan rasanya juga sulit untuk berpisah dari orangtuanya dan hidup hanya berdua dengan Syifa.

"Kenapa aku bimbang lagi, semalam aku sudah memantapkan hati, dan keputusanku sudah bulat," bisiknya dalam hati.

Rizki meletakkan kopernya di dekat tangga dan pergi ke ruang keluarga.

"Ma, Pa!" panggilnya begitu tiba di tengah-tengah mereka.

Obrolan suami istri itu terhenti begitu putranya masuk.

"Sayang, ada apa? Kamu mau pindah sekarang? Duduk di sini dulu!" kata bu Mila sambi melambai ke arah Rizki.

"Pa, aku sudah memutuskan untuk pindah hari ini. Aku tidak ingin menetap di pondok, aku sudah membeli rumah di kawasan yang dekat dengan kantor Papa, aku dan Syifa akan tinggal di sana!" kata Rizki. Dia juga masih ingin mendengar pendapat kedua orangtuanya tentang keputusan yang diambilnya itu.

"Apa kamu sudah yakin dengan keputusan kamu ini, Ki? Gimana sama abi Ilyas, apa beliau tidak apa-apa kamu enggak ngajar di pondoknya?" tanya pak Burhan memastikan.

Keputusan seperti ini tentu berat untuk Rizki, apalagi beliau tahu kalau anaknya menikah seperti merasa terdesak karena mamanya yang kemarin sempat masuk rumah sakit, sampai tidak sadarkan diri selama dua minggu.

Hanya karena merasa bersalah dan ingin menebus kesalahan itu, Rizki pun setuju untuk menikahi Syifa.

"Aku sudah membicarakan masalah ini lebih dulu sama abi, dan beliau setuju."

"Kalau Syifa gimana?" tanya mamanya.

"Dia nurut aja, Ma. Dia bilang, dia akan pergi kemana saja suaminya pergi, dia enggak masalah."

Bu Mila tersenyum puas mendengar jawaban putranya. "Nah, menantu seperti ini yang jadi idaman banget, nurut aja apa kata suami selama itu benar. Beruntung kan kamu nikah sama Syifa, coba kalau nikah sama Anya, entah jadi seperti apa keluarga kita sekarang."

Wajah Rizki yang awalnya tampak santai, kini jadi tegang begitu mendengar mamanya menyebut nama Anya.

pak Burhan tidak suka dengan omongan istrinya yang terus saja membandingkan Anya dengan Syifa.

Anya dan Syifa jelas beda, dua gadis itu tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

"Kalau gitu, Rizki pamit dulu ya, Ma, Pa." Rizki membungkuk seraya mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

Tidak ada kata-kata lagi yang bisa ia ucapkan, kala bu Mila dengan sengaja menyeret nama Anya dalam obrolan mereka.

"Loh, kamu mau pergi sekarang? Enggak mau makan siang dulu sama mama dan papa?" tanya beliau.

"Enggak, Ma. Rizki mau langsung jemput Syifa di rumah abi dan umi," jawab Rizki.

Pak Burhan bangkit dari duduknya, beliau ikut mengantarkan kepergian sang anak sampai di pintu depan.

Sebelum pergi, pak Burhan memberikan beberapa wejangan untuk Rizki.

"Papa tahu apa yang ada di pikiran dan di hati kamu saat ini, Nak. Namun, kamu harus ingat! Apa pun yang terjadi sekarang, semua itu sudah tertulis, dan kamu harus menerimanya. Syifa sudah menjadi istri kamu sekarang, dia jodoh kamu. Dialah wanita yang akan menemani sepanjang hidup kamu, cukup dia yang ada di hati kamu saat ini. Yang telah menjadi masa lalu, biarlah dia tetap di sana, jangan kamu bawa ke masa depan kamu. Jangan sampai terikat dengan masa lalu kamu, yang hanya akan membuat kamu kesulitan untuk bergerak ke depan. Ingat! Seumur hidup itu lama, jangan sia-siakan dia, Syifa perempuan yang baik. Kamu mengerti maksud papa kan?" kata pak Burhan panjang lebar, beliau menepuk halus beberapa kali pundak anaknya.

"Rizki mengerti, Pa. Rizki akan ingat pesan papa, assalamualaikum!" ucapnya, dia menengok lagi ke belakang. Tidak terlihat sang mama di sana, mamanya masih di dalam dan tidak ikut mengantar kepergiannya.

Rizki tahu apa yang terjadi saat ini, kenapa mamanya tidak keluar dan mengantarnya sama seperti papanya itu.

Bu Mila pasti sedang menangis di dalam, dan ternyata itu benar. Saat pak Burhan kembali masuk menemui istrinya, beliau pun dibuat bingung karena melihat tangisan istrinya yang seolah ditinggal mati sang anak.

"Rizki cuma tinggal di tempat yang berbeda dari kita, Ma. Dia cuma pindah rumah, tangisan kamu ini kayak ada yang meninggal aja!" celetuk pak Burhan seraya menyodorkan tissue untuk istrinya.

****

Mentari bersinar cukup terik, jalanan kota bahkan tidak sepi sama sekali. Anya memarkirkan mobilnya di parkiran depan toko Lizza Kosmetik. Itu adalah nama toko temannya, ada sesuatu yang ingin ia beli, namun dia merasa sedikit takut masuk ke sana.

Anya masih mematung di luar, dia kepikiran lagi soal video Sasha yang sampai sekarang masih menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Belum lagi kalau membicarakan tentang pengguna media sosial, mereka pasti tidak akan ketinggalan dengan video itu.

"Sudah berbulan-bulan, mereka pasti sudah lupa," gumam Anya, dia berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Dia melangkah dengan penuh keyakinan menuju toko Lizza, begitu tiba di sana ia langsung disambut hangat oleh teman satu SMP-nya dulu.

"Anya! Selamat datang di toko aku yang super super lengkap ini!" seru Lizza sambil berlari pelan menyambut kedatangan temannya. Ia berlari sambil membuka lebar kedua tangannya hendak memeluk Anya.

Anya melakukan hal yang sama, pertemuan mereka diawali dengan pelukan hangat dan tawa riang.

Tidak menyangka sama sekali kalau dia akan diperlakukan sebegitu istimewanya oleh Lizza.

"Udah lama enggak ketemu, udah cantik aja kamu, Liz," puji Anya.

"Bisa aja ah, kamu juga tambah cantik. Aku sampe kaget liat kamu dari cctv!" tunjuk Lizza ke arah komputer di depannya.

"Pantesan aja! Jadi dari tadi kamu pantau terus gerik gerik aku di depan sana?"

"Yups!" Lizza menaikkan kedua bahunya sembari tertawa kecil.

Lizza mengajak Anya berkeliling toko kosmetiknya yang lumayan luas itu, dia sendiri yang menemani Anya. Sedangkan para karyawannya, mereka sibuk menemani konsumen yang lain memilih produk yang ingin dibeli.

"Aku pikir kamu bakal lupa sama aku," ucap Anya di sela-sela obrolan mereka.

Keduanya mengobrol sambil melihat merek-merek kosmetik yang diinginkan Anya.

"Mana mungkin aku lupa sama kamu, Nya! Kamu itu orang yang paling baik yang pernah aku kenal, enggak pemilih, ramah, dan yang pasti kamu itu setia banget sama teman-teman kamu." Lizza mengingat kembali akan kebaikan Anya yang tidak bisa ia lupakan.

Mereka terus berjalan, keduanya tak sadar kalau Anya tidak sengaja menyenggol lengan seorang gadis cantik dengan seragam putih abu-abu.

"Auh!"

BRUK!

Semua barang yang dipegang gadis itu pun jatuh.

Menyadari kekeliruannya, Anya segera meminta maaf dan ikut membereskan barang-barang yang jatuh tersebut.

"Maaf ya, saya enggak sengaja! Maaf!" Anya membungkuk beberapa kali dengan ucapan yang sama.

"Mbak Anya!"

Suara halus dari gadis yang Anya tabrak tadi, seketika membuat suasana hening.

Waktu seperti berhenti untuk sesaat, Lizza ikut heran dengan kejadian itu.

"Mereka berdua kenapa?" pikir Lizza bingung.

"Liana," balas Anya yang kaget begitu tahu kalau gadis di depannya adalah adik Rizki.

Anya tidak sendirian saat itu, di belakangnya masih ada dua teman yang menemaninya belanja.

"Kalian saling kenal?" tanya Lizza.

Melihat dua orang di depannya, dia sudah dapat memastikan kalau mereka sudah lama tidak bertemu.

"Ini cal_"

"Ini kan kakaknya si mbak-mbak yang viral itu! Yang hamil di luar nikah loh," sela temannya lebih dulu.

Lizza dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah dua remaja di belakang Liana.

"Iya, adiknya itu yang koar-koar di jalan waktu itu kan. Video mereka bahkan tersebar ke seluruh penjuru kota, memalukan banget!" sinis yang lain.

Anya membisu mendengar cibiran dua gadis itu.

"Liana! Lo kenal sama mbak ini?"

"Dia yang sering aku ceritain sama kalian," ungkap Liana tanpa menoleh ke arah dua temannya.

"Beruntung banget kan abang lo enggak jadi nikah sama dia," kata temannya dengan tatapan menghina.

Anya sudah biasa mendengar kata-kata seperti itu, dia sudah kebal karena ini juga bukan pertama kalinya.

"Eh, enak benar kalau ngomong. Itu mulut bisa dijaga enggak? Yang ngelakuin kesalahan itu adiknya, bukan dia! Jadi enggak usah nyeret dia dalam masalah itu, kayak kalian udah bener aja. Sekolah dulu yang bener, enggak usah sibuk ngurusin hidup orang," ucap Lizza dengan kerasnya. Ia tidak terima jika Anya dihakimi oleh mereka.

"Lah, emang kita salah, Mbak? Kita ngomong benar loh!"

"Tap_"

"Udahlah, Liz. Enggak usah diperpanjang," potong Anya melerai.

"Dara, Vio! Kalian berdua enggak pantas ngomong kek gitu buat mbak Anya. Kalian enggak kenal sama dia, aku ngajak kalian ke sini buat nemenin aku belanja, bukan bikin keributan kayak gini," ucap Liana membela. Sedari tadi dia diam, tapi ternyata temannya tidak paham akan perubahan wajahnya kala itu.

Liana menyuruh dua temannya untuk pulang lebih dulu, dia ingin bicara berdua dengan Anya, ada banyak hal yang ingin dia sampaikan pada Anya.

Anya tidak mau duduk sendiri saja dengan Liana, dia juga mengajak Lizza sekalian. Sebenarnya Anya sudah ingin melupakan semuanya, termasuk siapa saja keluarga Rizki, tapi entah kenapa dia tetap saja bertemu dengan salah satu keluarganya.

Mungkinkah ini takdir? Kalau terus begini, akan sulit bagi Anya untuk move on lebih cepat.

1
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
P 417 0
dlm artian mnusia hnya bisa berencana/Smile/
P 417 0
ini pastinya bner/Hey/
P 417 0
yg ini mngkin bisa di cek lgi/Silent/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!