Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Nia duduk di bangku Kantin Perusahaan Dante Corporation sembari menghela napas panjang. Beriringan dengan Theo serta Moira, mereka ingin makan siang di Perusahaan terbesar di Kota Jakarta.
"Kau ini kenapa?" Tanya Theo, Nia selalu saja seperti itu suka uring-uringan tidak jelas.
Moira tertawa kecil melihat Nia yang cemberut, kalau diperhatikan baik-baik olehnya jika Nia merupakan pribadi yang sedikit menyenangkan.
"Aku sebal tau, masa iya wawancara yang sudah dinanti-nantikan hanya mendapatkan berita tidak sepenting ini?" Nia mengoceh kepada Theo yang fokus membaca buku menu.
"Aku rasa kita mendapatkan kabar yang tak kalah penting, seperti fakta jika yang dinikahi oleh Tuan Leon adalah putri Yaston." Timpal Theo, seolah tidak membenarkan apa yang diocehkan Nia.
Moira tetap diam dengan ponselnya, ia asik melihat sosial media yang baru beberapa menit saja sudah menyebarkan berita wawancara Leon Dante tadi.
"Iya aku tahu, tapi tidak ada yang tahukan siapa putri keluarga Yaston yang disembunyikan itu?" Nia masih belum terima juga.
Theo menghela napas panjang dengan kelakuan Nia yang memiliki kesabaran setipis tisu. "Mungkin Tuan Leon memang sesayang itu sama istrinya, hingga tetap bersikukuh menyembunyikan pernikahan dan identitas istrinya." Ucap Theo asal.
Sampai Moira tersedak minum dinginnya, ia terbatuk karna ucapan Theo.
"Kau baik-baik saja, Moi?" Tanya Nia bersamaan dengan Theo, terus membantu Moira yang terus terbatuk.
Moira menganggukkan kepala pertanda jika sudah baik-baik saja, mencoba tersenyum kepada Nia dan Theo yang khawatir.
"Pelan-pelan dong, Moi. Kita santai kok, nggak ada kerjaan lagi." Ucap Theo, ia tertawa kecil melihat kelakuan Moira yang sepertinya gugup.
Sebenarnya Moira merasa terkejut dengan apa yang Theo katakan, jika Leon mungkin saja menyayangi istrinya. Kenapa mendengar tebakan Theo itu malah membuat Moira terkejut seperti itu.
"Makanlah.." Theo memberi spageti kesukaan Moira, dari mana ia tahu tentu saja dari Moira sendiri yang bercerita.
Menikmati makan siang di Perusahaan besar ternyata sangat menyenangkan. Moira suka dengan kedekatan bersama rekan kerjanya, meskipun awalnya ia takut tidak diterima oleh lingkungan baru.
"Tuan, Nona terlihat bahagia sekali ya.." Ucap David, ya Leon dan David tengah memperhatikan Moira dari kejauhan.
Kenapa bisa sampai melakukan semua itu karna Leon sendiri yang ingin, ia yakin pasti Moira belum pulang masih ada di Perusahaannya. Dan ternyata dugaannya benar, malah Moira tengah makan siang bersama pria ganjen menurut Leon.
"Bahagia apanya, terlihat jelas jika Moira risih terus berdekatan dengan pria ganjen itu." Bantah Leon, bahkan melirik tajam David yang menatapnya aneh.
Jelas saja aneh bagi David, kembali ia melihat kearah Moira. Malah wanita itu tertawa lepas bersama dengan kedua temannya, bahkan sampai memukul terus lengan Theo.
"Astaga, dia memukul lengan pria itu?" Leon menunjuk kearah Moira, ia tertawa kesal sebenarnya. "Lihat, itu pertanda kalau dia tidak suka dengan Pria ganjen itu. Buktinya sampai dipukul begitu, tandanya dia benar-benar risih." Ucap Leon lagi.
David menghela napas berat, dengan tangan bersedekap didada ia melirik tajam Leon yang selalu saja berpikir sendiri.
"Tuan, kau harus tahu satu hal."
"Apa?" Leon masih melihat Moira dengan posisi tangan sama seperti David.
"Setiap wanita tertawa lalu memukul lengan atau apapun pada tubuh pria... itu berarti, dia menyukai atau merasa nyaman dengan pria tersebut." Jelas David dengan sangat detail dan jelas pada Leon.
"Dari mana kau tahu itu?" Leon masih ragu, ia yakin sekali jika sudah memukul berarti tidak suka.
"Kau meragukan aku, Tuan? Aku punya mantan 11 wanita yang cantik, tentu saja pelajaran seperti ini saja sangat mudah bagiku." David menyakinkan, ia menatap serius Leon yang kini juga sama menatapnya.
Leon lupa jika David memang digilai banyak wanita karna peka serta romantis. Itu berarti semua yang dikatakan pria itu benar, Moira terus memukul Pria ganjen tersebut sambil tertawa karna suka.
"Dia risih bukan suka!" Ucap Leon sangat tegas, ia berlalu pergi dari persembunyiannya.
David ternganga karna Leon tetap menyangkal hal sangat fakta itu, ia mengejar Leon. Bukannya pergi ke ruangannya malah Leon menuju kantin. Tidak pernah Leon menginjak kantin para karyawan sebelumnya, hingga para karyawan lain sampai bangkit karena kedatangannya.
"Selamat siang, Tuan.." Semua karyawan yang ada mengucapkan selamat kepada Leon. Hingga Theo yang tengah makan langsung mengajak Moira serta Nia untuk bangkit. Tentu saja Moira terkejut karna untuk apa Leon datang, malah sepertinya menuju kearahnya.
"Kau pemilik penyiar berita keluarga Alexander?" Tanya Leon sebagai sapaan pertama, ia bertanya pada Theo tapi tatapannya menuju kepada Moira.
Mendapatkan sapaan pertama kali Leon Dante tentu saja membuat Theo gugup. Ia menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat, lalu kembali mengangkat kepalanya.
"Benar, Tuan. Saya pemilik Penyiar tersebut, senang bertemu anda secara langsung." Jawab Theo, ia tersenyum canggung.
Moira menatap tidak suka Leon yang masih saja menatapnya, malah Leon menarik bangku kosong lalu duduk disamping Moira.
"Aku ingin makan siang bersama kalian, itupun kalau kalian tidak keberatan." Ucap Leon penuh penekanan di akhir.
"A-ap-apa makan bersama?" Theo serta Nia saling pandang satu sama lain, mereka gugup berdekatan dengan Leon bagaikan bisa makan bersama?
"Kalau kalian mengizinkan," Ucap Leon lagi, ia melihat kearah bawah dimana kaki Moira berpijak. Wanita itu memakai sandal bertumit pemberiannya membuat Leon merasa sedikit senang.
"Tentu saja kami mengizinkan, Kantin ini diarea Perusahaanmu. Rasanya anda tidak pantas meminta izin pada kami, Tuan." Ucap Nia, ia geram kepada Theo yang malah gugup setengah mati sampai tidak bisa berkata-kata lagi.
"Baguslah kalau begitu." Leon memberi kode kepada David agar lebih dekat dengannya. "Pesankan aku makanan yang biasa, sekalian minum dinginnya. Sangat menarik sepertinya makan bersama dengan para wartawan ini." Ujar Leon, kedua tangannya berada di meja seperti saling mengetuk membuat debaran jantung Nia serta Theo semakin berdebar kencang.
